Bersama-sama Mengubah Pandangan yang Keliru

Jurnalis : Utami Deni (Tzu Chi Tebing Tinggi), Fotografer : Erik Wardi, Amir Tan, Lily Hermanto (Tzu Chi Tebing Tinggi)

Para Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi dan Kisaran mementasakan isyarat tangan berjudul “Gai Wang Bing Xiu Lai”  yang maknanya memperbaiki masa lampau dan membina masa mendatang.

Para Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi dan Kisaran mementasakan isyarat tangan berjudul “Gai Wang Bing Xiu Lai”  yang maknanya memperbaiki masa lampau dan membina masa mendatang.

Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Tebing Tinggi pagi itu sudah ramai dengan aktivitas para relawan yang mempersiapkan acara Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah. Di satu sudut ruangan ada beberapa relawan yang tengah mempersiapkan dekorasi yang berisi ajakan untuk bervegetarian. Di sudut lainnya ada relawan yang mengatur penempatan celengan bambu. Yang tidak kalah sibuknya, relawan bagian komsumsi sedang mempersiapkan menu vegetarian untuk memanjakan lidah para relawan dan tamu yang akan yang pada hadir pada kegiatan Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah.

Acara Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah yang digelar pada Minggu, 28 Agustus 2016 ini dihadiri sekitar 400 orang. Di antaranya tokoh masyarakat, para donatur, anak anak Panti Asuhan Amaliyah, relawan daur ulang Kampung Bicara, dan tiga  orang Bhikku dari Thailand. Dari tahun ke tahun, tamu yang hadir semakin banyak. Ini karena masyarakat merasakan sukacita mengikuti acara Bulan Tujuh Penuh Berkah di Tzu Chi.

Sosialisasi makna dari acara Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah mengawali kegiatan ini. Para tamu juga diajak menyimak Ceramah Master Cheng Yen tentang makna dari bulan tujuh penuh berkah. Dalam ceramahnya Master mengajak setiap orang untuk berbakti kepada orang tua setiap hari dan setiap saat, bukan menunggu hingga bulan tujuh penanggalan  Imlek.

Pada zaman Buddha, saat Maudgalyayana merenungkan  dari mana kehidupannya berasal, beliau teringat pada ibunya. Berhubung mengetahui perbuatan sang ibu semasa hidup, Maudgalyayana sangat khawatir dengan buah karma yang akan diterima ibunya. Karena itu, Maudgalyayana melakukan meditasi dan mendapati bahwa ibunya terlahir di alam setan kelaparan. Demikianlah kisah ini terus tersebar sehingga orang-orang menganggap bahwa bulan tujuh  adalah bulan yang tidak baik sehingga pantang bagi mereka mengadakan acara di bulan tujuh. Padahal pandangan tersebut keliru. Dengan mengubah pandangan tersebut, maka setiap hari adalah hari baik dan segala sesuatu akan berjalan dengan lancar.

Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah yang digelar pada Minggu, 28 Agustus 2016 ini dihadiri sekitar 400 orang. Di antaranya tokoh masyarakat, para donatur, anak anak Panti Asuhan Amaliyah, relawan daur ulang Kampung Bicara, dan tiga orang Bhikku dari Thailand.


Para relawan berdoa agar setiap orang dapat mengubah pandangan yang keliru dan semoga lebih banyak batin orang tersucikan, masyarakat hidup damai dan sejahtera, dunia terhindar dari bencana.

Dalam Ceramah Master juga disinggung tetang asal muasal pembakaran kertas sembahyang. Diawali dari sepasang suami istri yang memulai usaha berjualan kertas sembahyang, suami yang bisa kembali dari kematian karena istri menyalakan pelita kaki dan pembakaran kertas. Orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut kemudian memiliki pandangan yang keliru. Maka hingga kini, setiap kali ada upacara tahunan, mereka menggelar persembahan mewah untuk bersembahyang. Bersembahyang memang baik, tetapi haruslah memiliki keyakinan benar.

Para Relawan Tzu Chi Tebing Tinggi dan Kota Kisaran juga mementaskan isyarat tangan Gai Wang Bing Xiu Lai, yang artinya dengan memperbaiki masa lampau dan membina masa mendatang. Maksud dari lagu tersebut adalah bertekad memutus pandangan sesat dengan giat membina hati welas asih, berbelas kasih dan rela memberi dengan suka cita, serta menerapkan welas asih dan kebijaksanaan dalam menolong semua makhluk.

Para tamu juga berkesempatan menuang celengan bambu.

Dalam pementasan isyarat tangan yang berjudul bunga teratai tumbuh di lumpur, para relawan juga diingatkan bahwa kekeruhan, keserakahan, kebencian dan kebodohan dapat mengacaukan pikiran. Karena itu setiap orang harus seperti Bunga Teratai.

“Walaupun sekeliling kita dipenuhi lumpur tapi hati kita harus tumbuh bersih dan suci.Teratai dan kolam berlumpur seiring berjalan dan saling bergantungan, benar dan salah , baik dan buruk tak terpisahkan. Hanya Kebijaksanaan yang bisa melenyapkan kerisauan,” ujar seorang relawan Tzu Chi.

Setelah pementasan sutra, para relawan berikrar dan berdoa agar semoga setiap orang dapat mengubah pandangan yang keliru dan semoga lebih banyak batin orang tersucikan, masyarakat hidup damai dan sejahtera, dunia terhindar dari bencana.


Artikel Terkait

Menyambut Bulan Tujuh Penuh Berkah dengan Makanan Vegan Catering Rumahan

Menyambut Bulan Tujuh Penuh Berkah dengan Makanan Vegan Catering Rumahan

11 Agustus 2022

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Timur membuka vegan catering selama dua minggu sejak 1-12 Agustus 2022. Setiap harinya dengan menu-menu vegan yang disajikan bervariasi.

Bulan Tujuh Penuh Berkah: Kembali ke Kehidupan yang Sederhana

Bulan Tujuh Penuh Berkah: Kembali ke Kehidupan yang Sederhana

28 Agustus 2015 Sekumpulan orang berpakaian sederhana, tua dan muda, tampak bercakap-cakap dengan gembira menyambut panen. Itulah adegan awal isyarat tangan "A Pa Khan Cui Gu" (Ayah Menuntun Kerbau) yang membuka drama dalam rangkaian acara Bulan Tujuh Penuh Berkah, Minggu 23 Agustus 2015 di Aula Jing Si Lantai 3, Tzu  Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Berbagi Cinta Kasih di bulan Tujuh Penuh Berkah

Berbagi Cinta Kasih di bulan Tujuh Penuh Berkah

07 September 2022

Relawan Tzu Chi Jambi berbagi cinta kasih di Bulan Tujuh Penuh Berkah kepada Opa Oma di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur. Pada kesempata itu, relawan juga memberikan bingkisan dan keperluan para oma opa penghuni panti.

Umur kita akan terus berkurang, sedangkan jiwa kebijaksanaan kita justru akan terus bertambah seiring perjalanan waktu.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -