Bersama Tzu Chi, GPM Jadi Tempat Perlindungan dan Penyaluran Bantuan untuk Pengungsi Banjir

Jurnalis : Marlina (He Qi Cikarang), Fotografer : Marlina (He Qi Cikarang)

Seorang relawan dengan penuh perhatian membopong seorang pengungsi Lansia yang tiba di GPM pada pagi hari 5 Maret 2025. Meskipun lelah dan kedinginan, pengungsi tersebut diberi perhatian dan bantuan langsung, memastikan mereka mendapat tempat perlindungan yang aman di dalam aula sekolah GPM.

Hujan deras yang menguyur cenderung pada malam hari belakangan ini mengakibatkan beberapa titik di Jabodetabek mengalami banjir. Setidaknya 80 orang dan terus bertambah, warga terdampak banjir berdatangan dan mengungsi ke sekolah Global Persada Mandiri yang sering dipanggil sebagai GPM. Sebagian besar dari mereka adalah warga area Jl. Irigasi yang memang tidak jauh dari GPM.

Relawan melihat warga-warga yang berdatangan ada dengan kondisi baju yang basah, tidak beralas kaki, dan beberapa Lansia yang harus digendong turun dari kendaraan. Sebagian besar dari mereka tidak lagi membawa harta materi melainkan raut muka yang lelah dan cenderung tidak berekspresi.

Tim Medis Menjaga Kesehatan Pengungsi
Di depan pintu sebelum memasuki aula GPM, sederet meja pemeriksaan dengan lima orang dokter dan seorang apoteker yang merupakan anggota TIMA Cikarang terlihat sibuk memeriksa beberapa warga pagi itu dan menyediakan obat yang diperlukan. Di seberangnya duduk warga-warga lainnya yang mengantre untuk ikut diperiksa keadaan fisik mereka yang kelihatan lelah akibat bencana banjir.

Denasari, selaku koordinator bantuan bencana banjir di GPM, memberikan pendampingan kepada Opa Thamrin yang sudah lanjut usia, bersama dengan Dokter Andree Arthur, MARS. Mereka memastikan Opa Thamrin mendapatkan perawatan medis yang diperlukan setelah mengalami luka akibat bencana banjir yang menerjang.

Nenek Rosalina, salah satu pengungsi yang terluka, mendapatkan pengobatan dari Dokter Andree Arthur, MARS. Luka di dagunya diperiksa dan ditangani dengan cermat, memberikan rasa lega dan perhatian.

Di antara kesibukan menerima konsultasi kesehatan, salah satu dari dokter juga melakukan tindakan kepada serorang pengungsi Lansia yang terlihat menempelkan perban di bagian dagunya. “Tadi itu lima jahitan, kelihatannya sudah mengering tapi sesungguhnya adalah darah yang mengental menutupi luka,” ujar dr. Andree Arthur, MARS.

Sebagian dari warga yang datang mengungsi juga terlihat langsung memasuki aula yang dilengkapi dengan pendingin ruangan, memberikan kenyamanan tersendiri bagi para pengungsi dibandingkan dengan posko-posko pengungsian di luar.

Pintu GPM Terbuka Lebar untuk Para Pengungsi
GPM mulai dibuka bagi warga pengungsi yang membutuhkan tempat berteduh mulai 4 Maret 2025 siang. “Semakin malam semakin banyak pengungsi ke sini,” ujar Andi yang merupakan pemilik Sekolah GPM sekaligus relawan Tzu Chi komunitas Bekasi.

Andi, pemilik Sekolah GPM, dengan penuh empati menyerahkan paket bantuan kepada salah seorang pengungsi banjir Bekasi. Di tengah kepadatan pengungsi dan kesibukan relawan, Andi tetap memastikan setiap pengungsi mendapatkan bantuan yang dibutuhkan dengan rasa nyaman yang mendalam.

“Kami harus berbagi dengan sesama dan sesuai dengan pesan Master Cheng Yen untuk tidak menunda berbuat kebajikan,” tambah Andi saat ditanya mengapa tergerak untuk membantu. “GPM akan dibuka selama warga masih membutuhkan,” ujar Andi dengan mata yang terus memantau keadaan aula. 

Sepanjang hari, Andi sibuk melakukan koordinasi dari berbagai pihak termasuk mengantar sendiri paket bantuan Tzu Chi ke beberapa titik di luar GPM. Sebanyak 200 paket bantuan yang berisikan selimut, handuk, alat-alat mandi, ember, gayung dan air minum serta tikar diberikan kepada warga yang membutuhkan.

Relawan Siaga 24 Jam Sediakan Makanan Hangat
Dapur umum yang terletak di samping luar aula GPM merupakan area dengan kesibukan tiada henti. Sedikitnya 10 orang relawan terus bergiliran mempersiapkan bahan makanan, memasak hingga membungkus makanan. Sebanyak 460 porsi nasi disediakan untuk makan siang, makan malam, hingga persiapan sahur.

Relawan tim konsumsi yang bekerja tanpa henti, mempersiapkan makanan dalam jumlah yang cukup bagi para pengungsi yang berada di aula Sekolah GPM Bekasi juga sekitarnya. Mereka memastikan setiap porsi makanan dapat memenuhi kebutuhan para pengungsi yang terdampak bencana banjir.

Selain itu, ada pula beberapa warga dari luar yang memohon bantuan nasi bungkus untuk dibawa keluar, ke area pengungsian lainnya. Relawan pun dengan cekatan kembali membungkus untuk segera dapat dibawa oleh warga tersebut. Kesibukan menyediakan pasokan makanan ini sudah dimulai sehari sebelumnya.

“Saya sudah turun ke pasar untuk beli bahan kemarin dan lanjut memasak sedikit untuk dibawa ke sini agar bisa langsung dikonsumsi,” ungkap Ratna selaku koordinator tim konsumsi.

Terus diburu oleh waktu, para relawan dengan cekatan membungkus makanan yang sudah disiapkan, untuk segera dibawa dan dibagikan kepada warga yang membutuhkan.

Ratna yang sedang menjalankan ibadah puasa kemudian mengambil sedikit waktu untuk merebahkan badannya sejenak beristirahat di dalam ruangan aula. Kelelahan cukup terlihat dari wajahnya yang layu, “nanti akan lanjut lagi untuk persiapan sahur,” ujar relawan yang piawai berbahasa mandarin ini.

Sebanyak 35 orang relawan dari komunitas Bekasi dan Cikarang turun ke GPM bahu-membahu membantu para pengungsi banjir di Bekasi yang terus berdatangan memenuhi ruangan aula sekolah GPM. Sejak pagi hari, semua relawan dengan cekatan mengambil bagian masing-masing dimanapun diperlukan. 

Dukungan Keluarga Kedua
“Jam enam itu air sudah segini”, ujar Yuli sambil meletakan telapak tangannya di depan leher. Ia membawa dua orang anak remaja dan papanya yang telah Lansia mengungsi ke GPM. Masih tetap ingin bertahan di rumahnya dengan harapan air segera surut, Yuli masih sempat merencanakan pesanan kue kering yang diterimanya. “Bahan-bahan yang sudah saya beli, jadi kerendem,” ujar Yuli dengan sedih. 

Para relawan yang cekatan, bahu-membahu menyiapkan paket bantuan di aula Sekolah GPM Bekasi, yang berisi kebutuhan penting seperti selimut, alat mandi, dan makanan siap saji untuk membantu para pengungsi yang memerlukan.

Anto dan beberapa relawan lainnya sedang membagikan paket bantuan ke salah satu posko pengungsian di RW 08 Kelurahan Bekasi Jaya. Dengan penuh semangat, mereka memastikan bantuan sampai ke tangan warga yang berada di luar GPM.

Ibu berumur 44 tahun ini belajar baking secara otodidak sembari merawat papanya yang kini sudah berusia 85 tahun. Ia terpaksa harus meninggalkan pekerjaan kantornya di Jakarta karena orangtuanya yang tidak bisa ditinggal sendiri di rumah. “Sering jatuh karena ada hipertensi,” ujar Yuli sambil menunjuk Opa Lim Tjun Yap yang terbaring dibelakangnya. 

Yuli mengucapkan banyak terima kasih dengan bantuan Tzu Chi bagi keluarganya, yang ternyata kedua anak remajanya adalah merupakan anak asuh (anak Teratai) Tzu Chi.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Tzu Chi Salurkan Bantuan Banjir untuk 6 Kecamatan di Kab. Pati Jawa Tengah

Tzu Chi Salurkan Bantuan Banjir untuk 6 Kecamatan di Kab. Pati Jawa Tengah

19 Januari 2023

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bersama Pemkab Pati menyalurkan bantuan berupa 5.500 paket sembako dan beras 10 Kg untuk enam Kecamatan di Kab. Pati Jawa Tengah yang sudah lebih dari dua pekan terendam banjir.

Kepedulian Bagi Warga Desa Sungai Cambai

Kepedulian Bagi Warga Desa Sungai Cambai

06 Desember 2022

Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas Xie Li Lampung menyalurkan 100 paket berisi beras dan mi instan untuk warga Desa Sungai Cambai, Kecamatan Mesuji Timur, Lampung yang terdampak banjir.

Menjalin Jodoh Baik dengan Warga Desa Asam Baru

Menjalin Jodoh Baik dengan Warga Desa Asam Baru

02 Desember 2022

Relawan Xie Li Kalimantan Tengah (Kalteng) 3 pada Sabtu 19 November 2022 menyalurkan 584 paket sembako di Desa Asam Baru Kecamatan Danau Seluluk Kab. Seruyan, Kalimantan Tengah. 

Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -