Bersama Tzu Chi untuk Melayani

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati
 
 

foto
Selasa, 23 Juli 2013, sebanyak sepuluh frater bersama insan Tzu Chi mengadakan acara perpisahan setelah tiga minggu lamanya mengadakan "live in" di Yayasan Buddha Tzu Chi.

Selasa, 23 Juli 2013, sebanyak sepuluh frater (calon Pastor/Imam) dari Wisma Sang Penebus lengkap dengan jubah putihnya telah mengisi ruangan rapat yayasan Buddha Tzu Chi lantai 6, PIK. Bersama-sama dengan insan Tzu Chi, mereka mengadakan perpisahan setelah selama tiga minggu, frater-frater ini mengadakan “Live In” di Yayasan Buddha Tzu Chi, Jakarta. Sesuai dengan tujuan utama mereka, bahwa mereka ingin mengalami, merasakan, dan belajar bersama dengan para relawan Tzu Chi bersumbangsih melakukan kebajikan.

Selama tiga minggu ini pula, banyak kegiatan yang dilakukan para frater bersama Tzu Chi dalam bersumbangsih melayani masyarakat, seperti kunjungan kasih, kegiatan depo daur ulang, relawan pemerhati pasien di rumah sakit, pembuatan celengan bamboo, dan lain-lain.

Dalam acara perpisahan ini, juga dihadiri oleh Romo Yoakim Rambaho Ndelo, C.Ss.R selaku Rektor Wisma Sang Penebus. Ia mengucapkan terima kasih atas diterimanya frater-frater untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat bersama Tzu Chi. Menurutnya, Tzu Chi berbicara tentang cinta kasih yang memiliki kesamaan dengan ajaran Kristen yang dianutnya. “Saya merasa tertarik karena ada agama yang memiliki satu dasar yang sama yaitu cinta kasih. Di lapangan yang ditemui juga manusia yang sama, sehingga dari sini saya memilih Yayasan Buddha Tzu Chi,” tuturnya. Ia berharap pengalaman yang didapatkan para frater dalam ditanamkan dalam diri kelak. “Untuk mereka (para frater), saya berharap dengan pengalaman langsung dan terlibat pada aksi sosial, panggilan mereka untuk menjadi imam semakin kokoh dan suatu saat tidak hanya menjadi imam di langit tetapi juga imam bagi masyarakat,” ungkap romo Yoakim.

Banyak Pengalaman Berharga
Selama tiga minggu mengikuti berbagai kegiatan Tzu Chi, ternyata mengisahkan banyak kisah dan pengalaman baru bagi para frater. Salah satunya Fr. Arnoldus Ricardo Misi, C.Ss.R, ia merasa memperoleh pengalaman hidup setelah bersama-sama Tzu Chi terjun langsung melakukan kegiatan sosial di masyarakat. Baginya, pengalaman harus menjadi sesuatu yang berharga untuk melangkah lebih jauh. Ia juga terlibat dalam pembuatan celengan bambu bersama frater-frater yang lain. Ini merupakan suatu pengalaman yang baginya sangat memberikan pemahaman baru. “Saya membuat celengan bambu. Saya memang tidak mengisi celengan itu, tetapi saya menyediakan celengan itu untuk orang lain melakukan kebajikan,” tutur frater Ricky, sapaan akrabnya.

foto   foto

Keterangan :

  • Penyerahan kenang-kenangan kepada romo Yoakim (kanan) saat acara perpisahan berarkhir (kiri).
  • "Tzu Chi itu seperti laboratorium hidup yang kami lihat. Di yayasan Tzu Chi semua agama bisa masuk. Tzu Chi juga sangat tulus menolong orang lain tanpa pamrih," ungkap Fr. Ricky, satu dari sepuluh frater yang hadir (kanan).

Selain itu, Frater Ricky mengikuti kegiatan pemilahan sampah di depo daur ulang Tzu Chi. Ia pun akan menerapkan pengalaman memilah sampah ini saat pulang nanti dengan memilah sampah kertas bekas untuk di jual. Langkah kecil inilah yang akan dipraktikkan oleh frater Ricky dengan mengajak frater-frater lain di wisma Sang Penebus, Yogyakarta. Bukan hanya kegiatan pelestarian lingkungan saja yang ikuti oleh frater Ricky. Kunjungan kasih ke pasien penerima bantuan Tzu Chi, pendampingan pasien di rumah sakit juga diikutinya. Melalui kunjungan kasih, ia mengaku merasa tersentuh dengan kondisi pasien yang sakit tetapi juga tidak memiliki ekonomi yang cukup untuk melakukan pengobatan.

Dari berbagai kegiatan kerelawanan ini, Frater Ricky mengaku bahwa Tzu Chi merupakan yayasan yang memiliki cinta kasih universal. “Tzu Chi itu seperti laboratorium hidup yang kami lihat. Di Tzu Chi semua agama bisa masuk. Tzu Chi juga sangat tulus menolong orang lain tanpa pamrih,” ungkapnya. Frater Ricky bersama frater-frater lainnya pun menerima kenang-kenangan berupa buku karya Master Cheng Yen dari Tzu Chi, demikian juga terdapat penyerahan kenang-kenangan kepada romo Yoakim.

  
 

Artikel Terkait

Suara Kasih : Hati Selaras Dunia Sempurna

Suara Kasih : Hati Selaras Dunia Sempurna

14 April 2010
Relawan Huang Jinshan hidup dalam dunia tanpa suara. Ia tak dapat mendengar maupun berbicara. Lalu, bagaimana ia menyelami Dharma?
Peran Serta Muda Mudi Dalam Dunia Tzu Ching

Peran Serta Muda Mudi Dalam Dunia Tzu Ching

21 September 2023

Melalui sambungan online ZOOM, Sean Tan yang berada di Taiwan membagikan tips bagi 26 relawan muda-mudi yaitu Tzu Ching Indonesia mengenai bagaimana mengembangkan komunitas muda mudi.

Banjir Jakarta: Jemput, Rawat, dan Antarkan kembali

Banjir Jakarta: Jemput, Rawat, dan Antarkan kembali

22 Januari 2013 Banyak para warga korban banjir yang ingin mengeluarkan perasaan mereka. Rasa bahagia karena para warga korban banjir tidak hanya mendapat bantuan tempat tinggal sementara tetapi juga mendapat bantuan makanan dan pengobatan secara cuma-cuma.
Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -