Jhon Oberlin Damanik membantu pasien setelah keluar dari ruang operasi.
“Bila kita selalu berbaik hati, maka setiap hari adalah hari yang baik”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-
Keberhasilan bakti sosial operasi katarak di RSUD dr. Abdul Rivai tak lepas dari kontribusi banyak orang, termasuk para relawan. Sebanyak 129 pasien berhasil dioperasi selama dua hari. Selain melayani pasien dari Kabupaten Berau, bakti sosial ini juga diikuti 17 pasien yang berasal dari dua kecamatan di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur, yaitu dari Kecamatan Muara Wahau 12 pasien dan Kecamatan Telen 5 pasien. Para pasien ini dibawa relawan Perkebunan Sinar Mas dari Xie Li Kalimantan Timur 1 dan Kalimantan Timur 2 melalui perjalanan darat yang ditempuh selama 8 jam.
Jhon Oberlin Damanik, Ketua Xie Li Kalimantan Timur 1 mengatakan, di Kecamatan Muara Wahau memang masih ada beberapa warga yang menderita katarak. “Kami cari datanya dengan melibatkan dokter-dokter puskesmas, juga asisten kemitraan. Dan ada kesempatan operasi di Berau, jadi kami berangkat meski harus kami tempuh cukup lama baik pada saat screening awal maupun ketika menjalani operasi katarak,” ujarnya.
Perjalanan yang cukup jauh dijalani relawan demi membantu kesembuhan para pasien. “Yang kami berangkatkan dominan kan orang tua. Jadi memang keluarganya itu mewanti-wanti kami bagaimana dia makan, bagaimana penginapan?”. Tapi kami yakinkan bahwa kiami punya program dan sosialisasikan apa yang akan peroleh. Jadi dengan begitu keluarganya yakin kepada kami,” sambungnya.
Jalan berkelok dan tidak selalu mulus membawa cerita tersendiri bagi relawan. “Di tengah perjalanan banyak hal terjadi, apalagi jalan yang berkelok-kelok,bergunung-gunung. Ada yang muntah juga. Bahkan pada saat screening, kami sampainya 10 jam karena banyak berhenti,” jelasnya. “Namun semua itu kami lakukan demi membantu menuntaskan warga Kutai Timur agar bebas dari katarak,” tambahnya.
Iver Sagiagora menuntun pasien saat menjalani proses screening di Hotel Makmur, Berau, Kalimantan Timur.
Cerita serupa disampaikan Iver Sagiagora, relawan dari Xie Li Kalimantan Timur 2. Meski tak sebanyak Xie Li Kalimantan Timur 1, perjalanan yang jauh menjadi cerita tersendiri. Namun demi memberi kesembuhan atas katarak yang diderita 5 pasien dari Kecamatan Telen, semua itu dilakukan.
“Dengan adanya kegiatan ini kami sangat bersyukur dan berterima kasih karena bisa menolong sesama walaupun jaraknya jauh tetapi kami tetap semangat karena ini sangat berguna sangat bermanfaat bagi orang yang membutuhkan,” ungkapnya. Ia menambahkan jika selama perjalanan tidak ada kesulitan berarti. Juga tidak ada yang mabuk darat. Hanya saja ada pasien yang kurang nyaman dan tidak kuat melakukan perjalanan jauh ketika proses screening, sehingga tidak mengikuti tindakan operasi.
Kebahagiaan memberi
Rasa syukur atas bantuan operasi katarak gratis ini diungkapkan Cornelis (32) Meski harus menempuh perjalanan yang panjang, demi penglihatan yang lebih baik, semua itu tidak ia rasakan. “Biar bisa melihat seperti kawan yang lain lah daripada kita sengsara sendiri kan. Jadi maunya bisa melihat seperti biasa,” ungkapnya. “Sekarang sudah mulai bisa melihat seperti ini sangat bersyukur dan saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi yang sudah membantu kami semua. Tidak sia-sialah perjalanan jauh ini selalu membawa hasilnya,” tambahnya.
Relawan dari Xie Li Kalimantan 1 dan 2 bersatu hati memberikan pelayanan terbaik untuk para pasien.
Andreas Sempa (60) sudah setahun terakhir terganggu penglihatannya. Sejak itu pula ia tidak bisa bekerja. “Rasanya bahagia Pak karena sudah bisa melihat lagi huruf yang kecil, sudah bisa baca lagi,” ujarnya. “Saya mengucapkan terima kasih kepada relawan yang sudah mengurus kami selama operasi mata ini. Semoga ke depannya diberikan kelancaran,” ungkapnya.
Sementara Hamja (48) merasa sangat terbantu operasi mata sebelah kanannya. “Iya meski harus menempuh perjalanan jauh, tapi saya mau bisa melihat mata kanan saya. Jadi bisa kerja lebih terbantu,” ujar Hamja yang sehari-hari bekerja membuka lahan. Pascaoperasi, perlahan ia sudah mulai bisa melihat lebih jelas dibanding sebelumnya. “Alhamdulillah. Terima kasih banyak atas bantuan para relawan,” ungkapnya.
Margaretha Octavia Sirait memberikan nomor urut untuk pasien sebelum menjalani operasi katarak.
Peluh lelah relawan berubah menjadi kebahagiaan ketika melihat satu per satu pasien keluar dari ruang operasi. Kebahagiaan makin memancar ketika hari berikutnya dilakukan pemeriksaan pascaoperasi. Banyak pasien yang sudah mulai membaik penglihatannya. Kebahagiaan ini pula yang dirasakan Jhon Oberlin Damanik dan Iver Sagiagora.
“Saya rasa memang inilah pengalaman batin, pengalaman rohani, pengalaman spiritual. Karena apa? Karena kita merasa bahagia bahwa apa yang selama ini disusahkan orang, kita bisa bantu. Jadi sebenarnya itu merupakan pengalaman batin tersendiri juga buat kami relawan dan saya secara pribadi,” jelasnya.
Lalu Muhammad Lukman turut membantu pasien setelah menjalani operasi katarak.
Hal yang sama diutarakan Iver Sagiagora. “Kami sangat senang, sangat bersyukur karena dengan operasinya itu semoga mereka bisa melihat lagi mungkin kemarin penglihatannya buram atau kabur atau ada yang sama sekali tidak bisa melihat, dengan adanya operasi ini sudah bisa melihat kembali ya kami sangat berterima kasih kepada Yayasan Tzu Chi yang telah membantu untuk operasi katarak pada tahun ini,” ujarnya.
Editor: Khusnul Khotimah