Penampilan Relawan menyanyi diikuti Isyarat tangan Ren Se Ni Zhen Hao (Senang bertemu denganmu).
Relawan Tzu Chi Komunitas He Qi Pusat (Xie Li Selatan) berkumpul bersama di Sekolah Surya Dharma, Jalan Toapekong 14 Grogol Selatan, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan di Minggu pagi yang cerah, 16 Oktober 2022. Setelah melaksanakan kegiatan pelestarian lingkungan, dilanjutkan dengan Gathering Relawan Xie Li Selatan.
Sekitar jam 9 pagi, relawan mulai berdatangan satu per satu hingga total 36 relawan Tzu Chi mengikuti acara Gathering Relawan Xie Li Selatan. Segenap relawan menyiapkan susunan kursi, makanan, minuman, sound system, dan proyektor. Sekitar jam 9.30 acara dibuka oleh Yuly, ketua Xie Li Selatan dengan sebuah sambutan yang hangat. Selanjutnya Feny Dwi Ekabuari selaku Wakil Ketua Xie Li Selatan menjabarkan struktur 4 in 1 dan pengurus Xie Li Selatan. Feny yang sudah 12 tahun menjadi relawan Tzu Chi menjelaskan struktur 4 in 1 dibentuk agar koordinasi kegiatan yang direncanakan dari Yayasan bisa berjalan dengan baik, mudah, efisien, dan efektif menjangkau ke semua relawan Tzu Chi.
Feny menjelaskan konsep 4 in 1 dan struktur pengurus Xie Li Selatan.
Yuli sharing kilas balik kegiatan Tzu Chi Xie Li Selatan.
Acara selanjutnya diisi kembali oleh Yuly yang mengajak segenap relawan mengenang kembali memory atau kenangan suka dan duka selama menjalani kegiatan Tzu Chi di Xie Li Selatan. Yuly memulai kenangan dengan tayangan Cikal Bakal Relawan Selatan dan sebuah Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Kehidupan dengan kemampuan bersumbangsih adalah kehidupan yang paling menyenangkan dan juga paling berguna”.
Begitu banyak kegiatan dan kenangan yang sudah dilewati, mulai dari Baksos Kesehatan Bagi Balita yang mengalami gizi buruk (Baksos Garis Merah), pelestarian lingkungan, kunjungan kasih ke panti wreda dan panti asuhan, bedah buku, donor darah hingga celengan bambu. Di akhir sharing-nya, Yuly mengajak relawan agar bersemangat bersama dalam menebarkan cinta kasih ke pelosok dunia, bersama menggarap ladang berkah, dan bersama melatih diri menjadi pribadi yang lebih bijak.
Dari Satu Menjadi Tak Terhingga, Harmoni dalam Berkegiatan
Setelah kilas balik, selanjutnya sharing pengalaman dari Eva Wiyogo (biasa dipanggil Shijie Eva). Relawan senior Tzu Chi He Qi Pusat ini merupakan bibit awal tumbuhnya Xie Li Selatan. Eva menceritakan asal mula terbentuknya Komunitas Xie Lie Selatan. Awal mula semua kegiatan bertempat di rumah Eva yang tidak jauh dari daerah Blok M, Jakarta Selatan. Berbagai kegiatan dilakukan, mulai dari Gathering, Bedah Buku, Meeting, dan lain-lain. Semakin berjalan waktu dari satu menjadi tak terhingga, relawan pun semakin banyak sehingga Eva mengajukan sebuah tempat untuk komunitas Xie Lie Selatan berkumpul. Tahun 2012, diresmikannya Jingsi Books and Café di Blok M Plaza lantai 3, yang sekaligus menjadi “rumah” insan Tzu Chi di wilayah Selatan Jakarta ini.
Eva Wiyogo, relawan Komite Tzu Chi yang sudah cukup lama aktif di Tzu Chi sharing pengalaman awal mula Xie Li selatan terbentuk hingga sekarang.
Merangkul beberapa relawan untuk merenovasi tempat akhirnya terbentuklah komunitas He Qi Selatan pada waktu itu. Eva berpesan semoga bibit-bibit relawan baru dalam kegiatan apapun harus bisa harmonis: He Xin (artinya Bersatu Hati), He Qi (artinya Menciptakan Harmoni atau Beramah-tamah), Hu Ai (artinya Saling Menyayangi), dan Xie Li (artinya Semangat Gotong Royong). “Kita semua sama-sama melatih diri karena background relawan berbeda-beda, baik pendidikan maupun kondisi ekonominya,” kata Eva yang sudah 19 tahun lebih melangkah di jalan Bodhisatwa Tzu Chi.
Berkah dan Kebijaksanaan
Sharing pengalaman berikutnya adalah dari Johan Tando, atau yang biasa disapa Shixiong Johan, Ketua He Qi Pusat. Johan merasa gembira karena merasa seperti bagian dari keluarga Xie Lie Selatan. Johan berharap ke depannya Xie Lie Selatan bisa semakin berkembang. Sejak Johan bergabung di Tzu Chi tahun 2015 hingga sampai sekarang menjadi Ketua He Qi Pusat, beliau banyak sekali belajar mengenai Berkah dan Kebijaksanaan serta Jalinan Jodoh yang baik.
Ketua He Qi Pusat, Johan sharing tentang berkah dan kebijaksanaan dari pengalaman pribadinya. Johan berharap komunitas relawan di Xie Li Selatan bisa terus tumbuh dan berkembang.
Sejak itu Johan mulai belajar menjalin jodoh baik baik dengan semua orang. “Suka dan tidak suka semua harus dijalani, dimana kita harus mengubah jalinan jodoh buruk menjadi baik,” ungkapnya. Johan juga banyak belajar bahwa sebetulnya jalinan jodoh buruk tercipta salah satunya karena komunikasi yang kurang baik sehingga sering terjadi kesalahpahaman. “Mulai sekarang kita harus membuka diri untuk belajar berhati-hati dalam bertindak, berucap atau berkata-kata dan berprilaku sehingga jalinan jodoh baik tetap tercipta,” tegasnya.
Dengan kita bersungguh hati di dalam berkegiatan Tzu Chi dan ada perbedaaan ide atau gagasan baiknya sama-sama berpengertian terlebih dahulu. Master Cheng Yen selaku pendiri Tzu Chi berpesan bahwa kita harus menghargai berkah yang ada dalam diri kita dan menyadari akan berkah yang kita terima baik sandang, pangan, pendidikan maupun berkah mengenal ajaran Dharma serta menciptakan berkah kembali seperti membantu orang lain sama dengan membantu diri kita sendiri.
Semangat Gotong Royong
Rien Yuniantari berbagi pengalaman dan semangat tentang semagat gotong royong di Tzu Chi.
Rien Yuniantari, relawan abu putih yang bergabung ke dalam barisan relawan Tzu Chi setelah melihat website Tzu Chi (
www.tzuchi.or.id) dan DAAI TV Indonesia. Rien Yuniantari kagum dengan kegiatan Tzu Chi yang terlihat serentak dan kompak sekali. Setelah ikut kegiatan pembagian beras cinta kasih Tzu Chi pertama kali, kesan Rien Yuniantari adalah adanya semangat gotong royong yang terjadi dalam kegiatan itu. “Tiba-tiba saja ada yang bagian beres-beres kursi, mengepak beras, taruh dan susun rapi di meja, dan sebagainya,” ungkap Rien Yuniantari. Tergerak hatinya untuk ikut membantu, namun karena tidak kuat bantu angkut beras, Rien Yuniantari akhirnya ikut membantu menerima pengunjung dan mempersilahkan duduk di antrian bagi beras. “Tadinya saya pikir saya sudah terlalu tua untuk ikut kegiatan Tzu Chi, tapi kemudian saya melihat bahwa melakukan hal (kegiatan Tzu Chi) ini bisa dilakukan oleh siapa saja dan umur berapa saja,” ungkap Rien Yuniantari menjelang akhir
sharingnya.
Ruth Falina adalah relawan abu putih yang juga tahu Tzu Chi lewat DAAI TV. Dengan mengikuti kegiatan Tzu Chi, Ruth Falina merasakan dapat banyak berkat seperti banyak kenalan dengan orang-orang baru dan banyak berbagi pengalaman. “Perasaan senang dan syukur masih bisa ikut berkegiatan, serta bisa menjadi berkat buat orang lain sekitarnya,” kata Ruth.
Foto bersama relawan Xie Li Selatan seusai gathering.
Setelah serangkaian sharing pengalaman relawan, selanjutnya para relawan ditayangkan video Lentera Kehidupan berjudul Membentangkan Jalan Bodhisatwa Demi Masa Depan yang menceritakan kondisi kota dan jalan di Lumbini, Nepal yang cukup memprihatinkan. Hanya ketika kita terjun ke tengah mereka yang menderita, barulah kita bisa membangkitkan tekad dan ikrar untuk bersumbangsih. Di dalam video itu, Master Cheng Yen mengucapkan terima kasih dan bersyukur atas waktu yang telah berlalu, yang memungkinkan Tzu Chi dapat menghimpun Bodhisatwa dunia yang terus membentangkan jalan hingga masa depan.
Setelah penayangan video selesai, selesai sudah Gathering Xie Li Selatan. sebagai penutup gathering relawan Xie Li Selatan, Yuly mengajak segenap relawan untuk berkumpul bersama kembali menggarap ladang berkah di kegiatan-kegiatan bulan berikutnya. Seperti Kata Perenungan Master Cheng Yen, “Jika dapat bersatu hati dan bersatu tenaga, kekuatannya tentu akan lebih besar.”
Xie Li Selatan, Semangat Gotong Royong!!! Gan En.
Editor: Hadi Pranoto