Bersatu Hati untuk Bersumbangsih

Jurnalis : Supardi (Tzu Chi Batam), Fotografer : Dewi Soejati, Supardi (Tzu Chi Batam)

Dalam kekurangan seorang pengemis pasar berusaha memberikan yang terbaik bagi para korban bencana gempa Lombok dan Palu.

Bencana gempa bumi yang menimpah warga Lombok, Nusa Tenggara Timur dan Palu, Sulawesi Tengah mengakibatkan ribuan warga kehilangan tempat tinggal. Tempat pengungsian dan tenda-tenda dengan kebersihan, ventilasi, serta sanitasi yang tidak memadai membuat relawan Tzu Chi sadar bahwa para korban belum sepenuhnya selamat dari bencana. Oleh sebab itu, Tzu Chi Indonesia dan TNI sepakat untuk membangun 3.000 unit rumah bagi korban bencana di Lombok dan Palu. Untuk mendukung program tersebut, Tzu Chi Batam menyelenggarakan kegiatan galang dana di beberapa pasar dan mal di Kota Batam.

Selama 2 hari, relawan Tzu Chi yang terbagi dalam 50 tim terjun ke 9 pasar dan 7 mal untuk menggalang hati dan dana dari masyarkat Kota Batam.

Selama 2 hari, tepatnya tanggal 3 dan 4 November 2018, sekitar 200 relawan Tzu Chi yang terbagi dalam 50 tim/titik terjun ke 9 pasar dan 7 mal untuk menggalang hati dan dana dari masyarkat Kota Batam. Berbeda dengan galang dana sebelumnya yang diadakan di 6 lokasi, kegiatan kali ini Tzu Chi Batam memutuskan untuk menggalang dana di pusat perbelanjaan yang berada di pinggiran Kota Batam. Walau dana yang terkumpul mungkin tidak besar dan relawan juga harus menempuh jarak yang cukup jauh, namun Tzu Chi Batam tetap mengharapkan kegiatan galang dana ini bisa mencakup area lebih luas dan warga dari berbagai lapisan sosial.

Menghimpun 200 relawan untuk menggalang dana bagi Tzu Chi Batam bukanlah perkara yang mudah. Terlebih lagi pada hari Sabtu (3/11), banyak banyak warga Batam yang masih bekerja. Oleh sebab itu, sebelum menggalang dana, relawan perlu terlebih dahulu menggalang relawan yang bisa ikut dalam kegiatan. Dan tanggung jawab mengkoordinasi para relawan ini jatuh ke pundak koordinator Tanggap Darurat, Toni Djono (Hu Ai 1) dan Siha (Hu Ai 2).


Mengangkat tinggi papan galang dana, mengeraskan suara, dan membungkukkan ego, dengan cara demikianlah relawan menarik perhatian warga terhadap kegiatan galang dana Tzu Chi.

“Ini mungkin pertama kali kami jadi korlap (koordiantor lapangan), saat kita mendengar bahwa kali ini kami akan ada banyak titik, kami merasa khawatir. Khawatir bagaimana bisa kumpulkan relawan untuk kegiatan ini,” kata Siha.

Karena lebih dari 50% peserta adalah sukarelawan dan belum pernah mengikuti kegiatan galang dana, relawan pun mempersiapkan sosialisasi untuk membekali para peserta dengan pengetahuan yang dibutuhkan. Dalam sosialisasi ini, Siha menyampaikan bantuan-bantuan yang telah Tzu Chi berikan, tujuan diadakanya galang dana, dan budaya humanis Tzu Chi yang perlu ditampilkan saat galang dana.

Setelah berdoa bagi para korban bencana, para peserta beserta relawan yang mendampingi pun segera berangkat ke lokasi masing-masing. Para sukarelawan sangat antusias dapat berpartisipasi dalam kegiatan ini. Salah satunya ialah Erlina, sukarelawan yang baru pertama kali mengikuti kegiatan galang dana. Walau sulit menggalang dana untuk bencana terjadi lebih dari satu bulan lalu, namun Erlina dapat mengugah hati pengunjung mal untuk bersumbangsih. “Kami galang dana untuk Palu dengan menitikberatkan ini untuk membangun rumah mereka setelah gempa,” ucap Erlina, sukarelawan yang pertama kali mengikuti kegiatan galang dana Tzu Chi.

Siha, Koordiantor Tanggap Darurat Hu Ai 2, memberikan pengarahan singkat tentang kegiatan galang dana dan budaya humanis Tzu Chi.

Tidak memandang ras, suku, ataupun agama yang diyakini, para sukarelawan dengan tulus bersumbangsih dalam kegiatan galang dana. Ketulusan lah yang mendorong banyak pengunjung pusat perbelanjaan untuk turut bersumbangsih.

“Itu sangat bagus karena kita juga harus bantu rumah untuk mereka. Karena mereka saudara kita, supaya buat mereka senyum lagi. Saudara-saudara yang membantu 3.000 rumah saya sangat apresiasi. Mereka sudah kehilangan banyak jadi memang harus kita bantu. Jangan sampai mereka kedinginan, rumahnya hilang, dan saudaranya sudah hilang. Kita hanya kehilangan uang dan itu juga bukan kehilangan,” kata Binsar Marbun, pengunjung mal yang turut berdonasi.

Erlina (memakai rompi Tzu Chi) menyapa setiap mengunjung dengan senyuman dan pandangan yang penuh kehangatan.

Kegiatan galang hati galang dana ini kembali mengingatkan relawan akan cinta kasih universal yang dimiliki oleh setiap manusia. Tidak peduli perbedaan antara manusia, cinta kasih yang tulus selalu dapat mempersatukan perbedaan tersebut. Selama relawan Tzu Chi terus memiliki dan mempraktikan cinta kasih tersebut, maka dunia bebas bencana, masyarat harmonis dan sejahtera, seera hati manusia tercerahkan akan segera terealisasikan.


Editor: Metta Wulandari


Artikel Terkait

Tiga Ribu Rumah: Berdana dengan Sukacita

Tiga Ribu Rumah: Berdana dengan Sukacita

23 Oktober 2018

Sejak penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) tentang kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dengan pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam pembangunan 3.000 unit rumah untuk masyarakat Lombok (Nusa Tenggara Barat), Palu, Sigi, dan Donggala (Sulawesi Tengah), yang dilaksanakan pada 15 Oktober 2018 lalu, relawan Tzu Chi pun mulai menggalang dana untuk itu.

Galang Dana, Galang Kebajikan Hati Manusia

Galang Dana, Galang Kebajikan Hati Manusia

28 November 2013 Para relawan bersemangat menyiapkan kotak – kotak dana, brosur, dan banner. Mereka juga tulus berdoa bersama sebelum dan sesudah penggalangan dana dilakukan. Untuk mendoakan para korban bencana topan di Filipina ini.
Semangat Cinta Kasih untuk Palu dan Lombok

Semangat Cinta Kasih untuk Palu dan Lombok

31 Oktober 2018
Sejak tanggal 26 Oktober 2018, relawan Tzu Chi di He Qi Utara 2 tepatnya di Hu Ai Angke memulai penggalangan dana pembangunan 3.000 rumah untuk Palu dan Lombok. Di Hari pertama, yakni hari Jumat pukul 18.30 WIB, selepas relawan beraktivitas dari tempat kerja, tanpa mengenal rasa lelah relawan langsung menuju swalayan Hari Hari yang terletak di Duta Harapan Indah, Jakarta Utara.  
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -