Bersepeda Santai Dengan DAAI TV

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
 

foto
sebanyak 355 peserta Green Fun Bike yang diadakan oleh DAAI TV Indonesia dilepas oleh panitia untuk bersepeda dengan rute yang telah ditentukan.

Setelah tahun lalu mengadakan malam keakraban bertajuk DAAI Nite, tahun ini DAAI TV Indonesia kembali mengadakan acara dengan tujuan serupa namun dikemas dengan tampilan yang sangat berbeda, yaitu berupa aksi pelestarian lingkungan dengan melakukan sepeda santai. Kegiatan bersepeda santai dengan mengambil tema Green Fun Bike ini dilaksanakan pada Minggu, 15 September 2013 yang diikuti para penikmat televisi DAAI yang biasa disebut dengan Sahabat DAAI, sebanyak 355 orang pengendara sepeda mulai dari anak-anak hingga orang dewasa mengambil andil dalam memeriahkan acara ini.

Hal yang unik bahkan dianggap aneh oleh hampir sebagian besar bikers yang datang adalah tidak adanya pungutan biaya untuk mengikuti kegiatan fun bike ini. Mereka hanya didaulat untuk membawa minimal 5 barang berupa sampah daur ulang untuk mendaftar. “Ini aneh,” ujar Wardani, salah satu peserta. “Aneh tapi bagus,” tambahnya lagi. Awalnya pria asal Yogyakarta ini tidak percaya bahwa pendaftaran cukup dilakukan dengan membawa sampah daur ulang, tapi setelah datang sendiri dia merasa ternyata ini bukan main-main. “Mosok mbayar-nya pake itu (barang daur ulang)? Tapi ternyata memang bener juga,” ucapnya dengan logat jawa yang kental.

Hal yang sama juga dirasakan oleh H. Cholil Ghozali, ketua komunitas sepeda Al Kamal Kebon Jeruk, yang sudah sejak pagi mengendarai mobilnya dari Kedoya, Jakarta Barat menuju Tzu Chi Center untuk ikut andil dalam fun bike ini. “Ini sebuah wacana baru buat kita, kenapa malah barang-barang yang nggak berguna malah dipakai buat pendaftaran?” ujarnya. “Persoalan di kita sekarang adalah orang begitu gampang mengonsumsi makanan atau minuman kemudian bungkus atau kalengnya itu tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja seakan-akan itu tidak berguna. Ternyata di sini (Yayasan Buddha Tzu Chi) berbeda,” tambahnya menganalisis. Dia juga berharap bahwa kebiasaan untuk mendaur ulang bisa dilakukan secara berkesinambungan, bukan hanya karena euphoria semata.

foto  foto

Keterangan :

  • Para peserta yang datang melakukan daftar ulang dengan membawa persyaratan berupa barang daur ulang (kiri).
  • Dengan rute yang nyaman, peserta merasakan bahwa tema yang diangkat (Green Fun Bike) sangat sesuai dengan apa yang diberikan (kanan).

Mewakili panitia, Sumboko menjelaskan bahwa konsep ini memang telah matang-matang dipikirkan karena DAAI TV tidak hanya ingin membuat kegiatan yang ramai diikuti oleh masyarakat namun ingin membuat kegiatan yang memberikan pendidikan juga bagi penikmatnya, dalam hal ini pelestarian lingkungan menjadi pokok utama. Selain ingin mengedukasi masyarakat, tujuan mendasar yang ingin diwujudkan adalah ingin memperkenalkan DAAI TV kepada khalayak ramai. “Kita ingin memperkenalkan bahwa DAAI TV dan Tzu Chi kini sudah ada di kawasan PIK berikut dengan depo daur ulang. Dengan kondisi seperti itu kita juga ingin mengintensifkan teman-teman yang ingin menjadi Sahabat DAAI,” ujar Sumboko.

Fun bike kali ini juga diramaikan oleh berbagai macam stan produk makanan, minuman, stan pemeriksaan kesehatan, produk-produk olahraga dan tidak ketinggalan stan celengan bambu yang terletak di barisan paling depan.

foto  foto

Keterangan :

  • Dalam kesempatan ini, relawan xie li PIK juga menyosialisasikan mengenai celengan bambu (kiri).
  • Kegiatan fun bike ini ditutup dengan pembagian doorprize dari para sponsor (kanan).

Setelah berputar satu putaran berjarak 7 km, para bikers kemudian dimanjakan dengan suguhan sarapan sehat yang disiapkan khusus oleh para relawan. Selain itu para bikers juga dipersilahkan menukarkan potongan kartu peserta yang bisa ditukarkan dengan berbagai jenis makanan dan minuman yang tersedia. Para peserta juga dihibur dengan penampilan dari beberapa staf DAAI TV yang mempunyai bakat menyanyi, selain itu ada juga penampilan isyarat tangan lagu Masa Celengan Bambu, dan juga penampilan tabuh genderang yang dibawakan oleh murid SD Sekolah Tzu Chi Indonesia.

Patut Dicontoh
Setiap stan yang ada terlihat dipenuhi oleh para pesepeda, namun stan pertama yang terlihat penuh adalah stan celengan bambu yang dikoordinir oleh Relawan Tzu Chi. Stan ini menyambut datangnya para pesepeda yang telah berputar dari rute yang disediakan.

Para relawan dengan sigap menuliskan nama dan membagikan celengan tersebut. Menerima celengan tersebut, Wardani yang tadinya merasa aneh dengan pendaftaran kembali merasa aneh dengan celengannya, “Aneh tapi bagus!” begitu tuturnya lagi. Bahkan sesaat setelah mendapatkan celengan, dia menyadari bahwa tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan apabila ada niat. “Apa sih yang nggak bisa didapat kalau ada ini (celengan bambu)?” tanyanya sambil memegang celengan seraya tersenyum. “Tapi ada ini (celengan bambu), harus dibarengi dengan kemauan, baru semuanya bisa terwujud keinginannya,” tukasnya.

  
 

Artikel Terkait

Banjir Jakarta: Melihat, Mendengar, Melaporkan

Banjir Jakarta: Melihat, Mendengar, Melaporkan

24 Januari 2013 Jakarta yang dilanda banjir sejak hari Rabu tanggal 16 Januari 2013 dan merata hampir di seluruh wilayah, harus menangis, namun insan Tzu Chi tanpa tergoyahkan tetap memiliki tekad dalam memberi bantuan dan menebar cinta kasih kepada para korban banjir.
Gempa Aceh: Kehangatan Kasih untuk Korban Gempa

Gempa Aceh: Kehangatan Kasih untuk Korban Gempa

13 Desember 2016

Meringankan penderitaan korban bencana dengan memberikan bantuan sandang, pangan dan obat-obatan serta memberikan perhatian untuk mengurangi trauma para korban bencana gempa Aceh oleh Tim Medis dan Relawan Tzu Chi Medan.

Dana Kecil Amal Besar dari Kalimantan Timur

Dana Kecil Amal Besar dari Kalimantan Timur

05 Oktober 2016

Relawan Tzu Chi Sinar Mas Xie Li Kalimantan Timur 1 mengadakan penuangan celengan yang bekerjsama dengan para Dharmawanita. Kegiatan penuangan celengan yang ke-5 ini diadakan pada tanggal 19 September 2016 di kebun Pantunmas, Kalimantan Timur.

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -