Bersepeda Santai Dengan DAAI TV
Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari
|
| ||
Hal yang unik bahkan dianggap aneh oleh hampir sebagian besar bikers yang datang adalah tidak adanya pungutan biaya untuk mengikuti kegiatan fun bike ini. Mereka hanya didaulat untuk membawa minimal 5 barang berupa sampah daur ulang untuk mendaftar. “Ini aneh,” ujar Wardani, salah satu peserta. “Aneh tapi bagus,” tambahnya lagi. Awalnya pria asal Yogyakarta ini tidak percaya bahwa pendaftaran cukup dilakukan dengan membawa sampah daur ulang, tapi setelah datang sendiri dia merasa ternyata ini bukan main-main. “Mosok mbayar-nya pake itu (barang daur ulang)? Tapi ternyata memang bener juga,” ucapnya dengan logat jawa yang kental. Hal yang sama juga dirasakan oleh H. Cholil Ghozali, ketua komunitas sepeda Al Kamal Kebon Jeruk, yang sudah sejak pagi mengendarai mobilnya dari Kedoya, Jakarta Barat menuju Tzu Chi Center untuk ikut andil dalam fun bike ini. “Ini sebuah wacana baru buat kita, kenapa malah barang-barang yang nggak berguna malah dipakai buat pendaftaran?” ujarnya. “Persoalan di kita sekarang adalah orang begitu gampang mengonsumsi makanan atau minuman kemudian bungkus atau kalengnya itu tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja seakan-akan itu tidak berguna. Ternyata di sini (Yayasan Buddha Tzu Chi) berbeda,” tambahnya menganalisis. Dia juga berharap bahwa kebiasaan untuk mendaur ulang bisa dilakukan secara berkesinambungan, bukan hanya karena euphoria semata.
Keterangan :
Mewakili panitia, Sumboko menjelaskan bahwa konsep ini memang telah matang-matang dipikirkan karena DAAI TV tidak hanya ingin membuat kegiatan yang ramai diikuti oleh masyarakat namun ingin membuat kegiatan yang memberikan pendidikan juga bagi penikmatnya, dalam hal ini pelestarian lingkungan menjadi pokok utama. Selain ingin mengedukasi masyarakat, tujuan mendasar yang ingin diwujudkan adalah ingin memperkenalkan DAAI TV kepada khalayak ramai. “Kita ingin memperkenalkan bahwa DAAI TV dan Tzu Chi kini sudah ada di kawasan PIK berikut dengan depo daur ulang. Dengan kondisi seperti itu kita juga ingin mengintensifkan teman-teman yang ingin menjadi Sahabat DAAI,” ujar Sumboko. Fun bike kali ini juga diramaikan oleh berbagai macam stan produk makanan, minuman, stan pemeriksaan kesehatan, produk-produk olahraga dan tidak ketinggalan stan celengan bambu yang terletak di barisan paling depan.
Keterangan :
Setelah berputar satu putaran berjarak 7 km, para bikers kemudian dimanjakan dengan suguhan sarapan sehat yang disiapkan khusus oleh para relawan. Selain itu para bikers juga dipersilahkan menukarkan potongan kartu peserta yang bisa ditukarkan dengan berbagai jenis makanan dan minuman yang tersedia. Para peserta juga dihibur dengan penampilan dari beberapa staf DAAI TV yang mempunyai bakat menyanyi, selain itu ada juga penampilan isyarat tangan lagu Masa Celengan Bambu, dan juga penampilan tabuh genderang yang dibawakan oleh murid SD Sekolah Tzu Chi Indonesia. Patut Dicontoh Para relawan dengan sigap menuliskan nama dan membagikan celengan tersebut. Menerima celengan tersebut, Wardani yang tadinya merasa aneh dengan pendaftaran kembali merasa aneh dengan celengannya, “Aneh tapi bagus!” begitu tuturnya lagi. Bahkan sesaat setelah mendapatkan celengan, dia menyadari bahwa tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan apabila ada niat. “Apa sih yang nggak bisa didapat kalau ada ini (celengan bambu)?” tanyanya sambil memegang celengan seraya tersenyum. “Tapi ada ini (celengan bambu), harus dibarengi dengan kemauan, baru semuanya bisa terwujud keinginannya,” tukasnya. | |||
Artikel Terkait

Suara Kasih: Mengurangi Nafsu Keinginan
26 April 2012 Lihatlah sebuah keluarga di Singapura yang terdiri atas tiga orang lansia. Jika usia ketiga lansia ini dijumlahkan, maka usia mereka telah lebih dari 230 tahun. Ketiga kakak beradik ini hidup saling bergantungan. Insan Tzu Chi berkeinginan untuk membantu mereka, namun mereka merasa sangat puas dengan kehidupannya sekarang.Menghilangkan Takhayul, Membangkitkan Kebijaksanaan
21 Agustus 2014 Banyak orang menganggap bulan tujuh ini adalah bulan yang tidak baik, bulan hantu. Sedangkan di Tzu Chi bulan tujuh merupakan bulan yang penuh berkah dan bisa dikatakan sebagai bulan bakti, dimana setiap orang bisa memberikan rasa baktinya kepada para leluhur dengan berdoa bersama.