Menjelang Natal, relawan Tzu Chi dan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) Batam membersihkan Pulau Lingka, Batam.
Pulau Lingka merupakan pulau kecil yang terletak di sisi barat Pulau Batam. Pulau ini dihuni oleh warga suku Laut yang mayoritas bermata pencarian sebagai nelayan. Penghasilan sebagai nelayan yang terbatas serta tidak menentu, mendorong relawan Tzu Chi untuk memberikan bantuan pendidikan dalam bentuk transportasi pulang-pergi ke Pulau Kasu, pulau dimana para anak suku Laut bersekolah, yang berjarak 30 menit perjalanan laut.
Pada Minggu Siang, 11 Desember 2022, relawan Tzu Chi berkumpul di Jing Si Tang Batam. Pada saat itu, hujan mengguyur Kota Batam yang mengakibatkan pengunduran waktu. Panitia melakukan pengarahan di lobi. Perjalanan mobil dari Jing Si Tang menuju pelabuhan swasta sekitar 35 menit. Beruntung, tak lama kemudian hujan pun terhenti. Semangat relawan pun mulai terbangun kembali dan bersiap menuju ke Pulau Lingka. Karena jumlah peserta sebanyak 31 dan tugboat hanya dapat muat 20 orang maka peserta dibagi menjadi 2 trip perjalanan. Membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk sampai di Pelabuhan Pulau Lingka.
Kegiatan Pembersihan Pantai Pulau Lingka diikuti oleh 31 peserta yang terdiri dari muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) dan relawan Tzu Chi Batam.
Pembersihan juga dilakukan di sekitar tempat tinggal warga. Melihat ini, warga pun ikut berpartisipasi membersihkan lingkungan mereka.
Sesampainya di Pulau Lingka, para relawan berkumpul di dalam Gereja GPIB Pulau Lingka dan mendengarkan arahan yang dibawa oleh Ali selaku pengurus gereja. Ia menyampaikan area mana yang akan dibersihkan oleh para insan Tzu Chi pada kegiatan hari itu. “Terima kasih kepada relawan Tzu Chi yang sudah jauh-jauh datang ke sini untuk bersama-sama membersihkan area pantai di Pulau Lingka,” kata Ali.
Para relawan dengan dibantu warga masyarakat bergegas melakukan pembersihan sampah berupa botol plastik, plastik pembungkus makanan atau snack, sandal, diapers, dan bahan-bahan lainnya yang mencemari area bawah tempat tinggal dan pesisir pantai. Kalangan muda-mudi hingga dewasa memungut sampah ke dalam baskom, kemudian sampah-sampah tersebut dimasukan ke dalam karung goni. Satu per satu karung goni pun diangkat. Bahan yang dapat didaur ulang kemudian dipilah oleh peserta saat tiba di halaman gereja.
Dengan kedua tangan, muda-mudi Tzu Chi ini tanpa ragu membersihkan sampah yang berserakan di sekitar pantai dan memindahkannya ke tempat penampungan sampah.
Siti Santia merasa seru bisa ikut bersama-sama relawan dan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) bergotong-royong membersihkan pantai.
Di akhir kegiatan, relawan juga menyumbangkan pohon berjenis sukun dan bibit Matoa Papua supaya masyakarat dapat memberdayakan tanah yang tersedia untuk bercocok tanam menambah penghasilan warga sekaligus juga memperindah Pulau Lingka.
Salah Satu anak warga Suku Laut, Siti Santia mengungkapkan kebahagiaan dan keseruannya saat mengikuti kegiatan ini. Relawan Tzu Chi dan warga bergotong-royong membersihkan pantai dari sampah yang mencermari.
Pohon Sukun diberikan relawan Tzu Chi (Bun Hiong) kepada Ali, pengurus gereja. Selain untuk penghijauan, tanaman ini diharapkan dapat sedikit menambah pendapatan warga.
Prisicilia, salah satu anggota Tzu Ching mewakili rekan-rekannya menyerahkan buku bacaan kepada Pendeta Ananda.
“Kebersihan sangatlah penting, jika kita tidak menjaga kebersihan kita akan hidup berdampingan dengan sampah, tempat yang kotor, serta tidak bersih dan tidak nyaman. Jika kita mau membersihkan lingkungan, kita akan hidup lebih bersih, sehat, dan nyaman,” tegas Ervin, salah satu peserta.
“Banyak yang tidak menyadari kebersihan itu sangat penting dan kita sebagai relawan Tzu Chi mengajak warga untuk menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal mereka. Even-even kayak gini merupakan kesempatan besar bagi kita untuk menjaga kebersihan sekaligus melibatkan warga dalam kegiatan ini,“ kata Prisicilia Mareta, salah satu koordinator kegiatan ini.
Editor: Hadi Pranoto