Bersukacita di Kelas Budi Pekerti
Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara 2), Fotografer : Lo Wahyuni, Johnsen Wijaya (He Qi Utara 2)Minggu 25 September 2016, kegiatan kelas budi pekerti di He Qi Utara 1 kembali diadakan. Kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap minggu ketiga ini diikuti oleh 18 anak bersama orang tuanya.
“Saya sangat bersyukur, Yonathan (8 tahun) baru 7 kali ikut kelas Qing Zi Ban ini, tetapi sekarang dia tidak buang sampah sembarang lagi. Yo (panggilan akrabnya) malah rajin kumpulin botol-botol bekas di rumah, lalu setelah terkumpul papanya akan kasih sampahnya ke depo pelestarian lingkungan,” kata Vina yang bahagia melihat perubahan positif anaknya.
Ibu empat anak itu tinggal di Jelambar bersama keluarganya. Ia tampak gembira karena bisa hadir dalam kelas budi pekerti Tzu Chi yang diadakan pada minggu ketiga setiap bulannya itu, Yonathan pun demikian. “Saya senang di kelas budi pekerti, banyak permainannya dan Yo bisa belajar baca mandarin juga,” kata murid kelas tiga SD ini. “Setiap malam sebelum tidur, Yo selalu baca Sutra tapi tak mengerti artinya. Kalo sudah belajar mandarin, nanti jadi bisa mengerti,” tambah anak yang hobi membaca buku ini penuh harap.
Saat ditanya cita-citanya, secara spontan Yonathan menjawab, “Yo mau jadi astronot!” dengan tatapan mata bersinar. Sang ibu yang duduk di sampingnya mengusap pipinya penuh kasih. “Iya Yo harus rajin belajar dan tak lupa berdoa ya,” tutur Vina disambut anggukkan Yo. Yonathan menambahkan, “Setiap datang ke sini Yo juga berdoa buat Master Cheng Yen, karena selalu mengajarkan banyak kebaikan seperti jangan buang sampah sembarangan, jangan melukai binatang, dan harus sayang sama kedua orang tua,” pungkas Yonathan dengan tangan beranjali.
Yonathan bersama mamanya merasa senang bisa ikut dalam kelas budi pekerti karena banyak nilai positif yang didapatkan pada setiap kesempatannya.
Perubahan positif juga dirasakan oleh Youmi ketika Carine, anaknya menjadi semakin mandiri dan berempati terhadap orang lain.
Sebelum memulai kelas budi pekerti pada pukul 09.10 WIB, semua orang yang hadir memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen dengan membungkukkan kepala pada Minggu 25 September 2016. Tampak 18 anak dan orang tua hadir di kelas budi pekerti Qing Zi Ban dan ada 15 orang relawan Tzu Chi yang datang menemani mereka sebagai Daai Mama dan Daai Papa di Jing Si Books & Café Pluit, Jakarta.
Ketika peragaan isyarat tangan yang dibawakan oleh Airu Shijie dan para relawan, tampak Carine (9) yang sangat fasih mengikuti isyarat tangan dengan sukacita. “Senang dan seru ikutin isyarat tangan,” kata anak bungsu dari seorang relawan Tzu Chi. Sang mama, Youmi yang juga sebagai Daai Mama berkata, “Ada beberapa perubahan pada Carine sejak ikut kelas ini, dia lebih penurut. Saya bersyukur, karena ketika dia salah sekarang bisa minta maaf. Rasa empati pada orang lain juga lebih tinggi. Di jalan, kalau lihat pengemis, Carine mau membagikan makanannya untuk mereka.” Carine tersipu mendengar penjelasan mamanya, “Iya kasian sama mereka dan uang receh kadang kasih juga.” Sang ibu tersenyum. “Dia juga bisa lebih mandiri, sekarang bisa bantu beres-beresin barang padahal dulu kalau mainan suka berantakan dan tidak mau beresin,” tutur Youmi.
Kelas kemudian dilanjutkan dengan sharing interaktif dari murid bersama orang tuanya yang menjadikan tema Gan En ini begitu bermakna. Seperti penuturan salah seorang Daai mama Tjong Mei mie yang sudah 5 tahun menjadi relawan Tzu Chi berkata, “Kata Gan En bagi saya sangat mendalam artinya. Bersyukur atas segala hal maka hidup menjadi lebih indah dan bahagia dan yang terpenting rasa bersyukur ini harus dipraktikkan juga dalam kehidupan sehari-hari. Melihat tetangga dekat rumah banyak yang hidupnya kekurangan, kita harus bersyukur bisa berkecukupan. Jangan banyak keinginan, tetapi bersyukur dengan apa yang kita miliki. Sekeluarga hidup sehat, hati bahagia,” pungkas ibu dua anak ini.