Bersumbangsih dan Belajar

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Benny, Rostam (Tzu Chi Medan)
 
 

fotoPara relawan Tzu Chi menemani donor yang sedang menyumbangkan darahnya, mengajak mereka berbincang dan membuat mereka rileks agar proses transfusi berjalan lancar dan nyaman.

“Sebenarnya menyenangkan juga mendapatkan kesempatan seperti ini, “ ungkap Fredy, salah satu siswa Sekolah W.R. Supratman 1 yang ikut mengambil relawan di acara donor darah yang dilaksanakan di sekolahnya pada tanggal 23 Maret 2012. Fredy yang membantu di ruang tensi sempat kebingungan dalam menjalankan tugasnya karena itu adalah kali pertama baginya. Tugas Fredy adalah mencatat calon pendonor yang masuk dan memanggil satu per satu nomor antriannya agar dapat diperiksa tekanan darahnya oleh dokter.

 

“Saya harus bisa menjaga nama baik sekolah dan nama baik Yayasan Buddha Tzu Chi, ibaratnya menjaga nama baik keluarga sendiri,” ungkap Fredy sewaktu ditanya bagaimana sewaktu berhadapan dengan calon donor yang berkata-kata kurang enak didengar. Calon donor tersebut merasa kalau dirinya telah menunggu terlalu lama sehingga membuatnya sedikit emosi.  Fredy dengan intonasi suara yang lembut menjelaskan kondisi yang ada pada saat itu agar dapat membuat calon donor tersebut tenang. “Saya sendiri biasanya tukang marah di kelas, tetapi saya akan menjadi lebih baik di kemudian hari,” tambahnya.

Setiap kali Tzu Chi mengadakan donor darah di Sekolah W.R. Supratman 1 (sudah ke-4 kalinya -red.), para relawan berharap para siswa-siswi yang ikut bergabung dalam kegiatan tersebut dapat belajar melatih diri dengan mengendalikan emosi dan berpikir lebih bijaksana. Banyak sekali masukan-masukan yang bermunculan dari benak mereka yang membuat para relawan menyadari bahwa itu adalah saran yang baik dan harus diperbaiki pada kesempatan berikutnya. Inilah wujud kebijaksanaan yang muncul dari benak setiap orang, sama seperti yang dikatakan oleh Master Cheng Yen, kita belajar sembari melakukannya, pada saat belajar, kita hendaknya merasakannya lalu menyadarinya.

Yayasan Buddha Tzu Chi adalah wadah pelatihan diri bagi setiap orang. Pelatihan diri pada saat berkegiatan Tzu Chi dan lingkungan. Karena di sanalah semua relawan harus melepaskan semua atribut-atribut yang biasanya melekat pada dirinya dan harus berbaur dengan relawan lainnya sehingga terwujudlah kesatuan hati, keharmonisan, saling mengasihi, dan gotong royong. Master Cheng Yen mengatakan jika setiap orang memiliki pekerjaannya masing-masing, dan setiap pekerjaan ada orang yang mengerjakannya. Oleh karena itu semua posisi di setiap bagian pastilah terdapat relawan yang melakukannya. Meski pekerjaan tersebut terkesan kurang enak dilihat, seperti membersihkan toilet. Indahnya Tzu Chi adalah di saat para relawan dapat memberikan pelayanan terbaik bagi orang yang membutuhkan. Mungkin untuk urusan toilet, jarang ada yang berniat untuk menggarap ladang berkah tersebut, tetapi tidak dengan sekumpulan siswa-siswi ini, mereka tidak merasa kotor, malah mengatakan, “Ini adalah sekolah kami. Kami harus dapat membuat semua orang nyaman di sekolah kami.”

foto   foto

Keterangan :

  • Setiap donor ditemani oleh satu relawan, mendampingi dan menyemangati donor untuk rileks dan senang (kiri).
  • Sebelum memasuki ruang donor, setiap calon donor dicatat terlebih dahulu nomor antrian dan golongan darahnya (kanan).

Banyak kisah-kisah yang menarik pada saat berkegiatan yang tidak akan habis untuk diceritakan. Dimulai dari penyambutan tamu, pendaftaran hingga ke tim konsumsi yang terus bekerja tanpa kenal lelah. Meski terkesan lelah, raut kebahagiaan tetap terpatri di wajah karena telah bersumbangsih dengan sepenuh hati kepada sesama, sehingga Master Cheng Yen mengatakan pada waktu bersumbangsih sebenarnya kita sedang menolong diri kita sendiri.

Di ruang donor, kita semua dapat melihat begitu banyak Bodhisatwa dunia yang merelakan bagian tubuhnya untuk didonasikan kepada orang yang membutuhkan. Setiap calon donor yang hendak memasuki ruang donor terlebih dahulu dicatat nomor urut dan golongan darahnya. Para relawan kemudian segera melayani dengan baik setiap pendonor layaknya keluarga sendiri. Sesekali terdengar senda gurau antara relawan dengan pendonor yang membuat suasana menjadi lebih akrab. Donor darah yang dilaksanakan bersama dengan Unit Transfusi Darah Rumah Sakit Pusat Adam Malik ini dihadiri oleh 386 orang calon donor dan berhasil mengumpulkan 315 kantong darah.

  
 

Artikel Terkait

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Sekali Mendayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui

Pekan Amal Tzu Chi 2018: Sekali Mendayung, Dua Tiga Pulau Terlampaui

23 April 2018
Anne Djasa, Dewi Janti, dan beberapa temannya memborong berbagai kebutuhan pokok di Pekan Amal Tzu Chi. Bukan untuk keperluan pribadi, bahan-bahan pokok yang dibeli itu mereka salurkan ke panti jompo. Bagaikan peribahasa sekali mendayung dua tiga tiga pulau terlampaui. Dalam satu kali berbuat kebaikan, mereka sekaligus memberikan manfaat ke banyak tempat.
Baksos Pengobatan untuk Memperingati Hari Juang kartika

Baksos Pengobatan untuk Memperingati Hari Juang kartika

04 November 2013 Pada hari Jumat, 1 Oktober 2013, di lapangan Monas, Jakarta Pusat, diadakan Bakti Sosial kesehatan : operasi bibir sumbing, pengobatan gigi dan mulut dalam rangka Hari Juang kartika Tahun 2013.
Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -