Bersumbangsih Memberikan Waktu dan Tenaga

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Metta Wulandari

Tina Lee Shijie (baju biru), bersama 14 baby sitter (pengasuh anak) dari Sekolah Tzu Chi Indonesia melakukan pemilahan dan penghitungan koin celengan bambu di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi, PIK, Jakarta Utara.

Bunyi gemericik koin yang saling beradu membuka pagi (11 November 2014) di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Sebanyak 15 orang duduk berkelompok di dua meja yang berbeda. Sarung tangan membalut tangan mereka, tak tertinggal masker penutup hidung juga dikenakan. “Kami menjadi relawan penghitung koin dari celengan bambu,” ucap Tina Lee Shijie, seorang relawan biru putih yang memandu 14 orang baby sitter (pengasuh anak) dari murid-murid Sekolah Tzu Chi Indonesia untuk memilah koin berdasarkan nilainya.

Kesibukan (menghitung koin) ini sudah berlangsung sekitar tiga bulan lamanya. Awalnya, Tina yang juga merupakan PIC Daai Mama di Sekolah Tzu Chi Indonesia, melihat begitu banyak koin yang belum dihitung di salah ruangan di yayasan. Ia kemudian mengambil inisiatif untuk membantu menghitung koin dengan meminta bantuan dari Daai Mama. Ia mengatur jadwal penghitungan koin bagi para Daai Mama. Namun seiring tugas dari Daai Mama yang semakin bertambah di masing-masing kelas (swimming class, ceremony, flower arrangement, dan kelas penyajian teh), maka penghitungan koin dilakukan tidak rutin dan hanya dalam waktu yang minim. “Terakhir kan koin ini sangat banyak. Jadi terpikir saja gitu pas saya lewat basement, itu ada baby sitter anak-anak lagi pada nganggur, ada yang tunggu anak sambil ngantuk, nonton, ada yang main handphone. Jadi saya ajak mereka untuk kerja sosial saja,” ucap Tina.

Para baby sitter secara sukarela membantu pemilahan dan penghitungan koin. Bagi mereka kegiatan ini sangat bermanfaat karena selaihn mereka bisa memanfaatkan waktu senggang, kegiatan ini juga bermanfaat bagi orang yang membutuhkan.

Kerja sosial yang dimaksudkan Tina adalah menggarap ladang berkah yang ada di Tzu Chi termasuk memilah koin yang merupakan hasil dari penuangan celengan bambu di berbagai tempat. “Sebenarnya awalnya saya nggak langsung minta mereka buat pilah koin. Waktu itu saya minta bantuan mereka untuk setting sprei di mess Tzu Chi. Mereka welcome, bahkan menawarkan diri untuk membantu hal lain jika diperlukan,” tutur Tina. “Hal itu bagaikan gayung bersambut,” gumamnya. Sejak saat itulah, para pengasuh ini rutin berkontribusi dalam pemilahan koin dan penempelan barcode di celengan bambu.

Inisiatif untuk Bersumbangsih

Tina mengutip salah satu perkataan Master Cheng Yen bahwa, bertutur dengan kata yang baik, berpikir dengan niat yang baik dan lakukanlah perbuatan baik niscaya mampu mengubah jalan pikiran kita perlahan-lahan menjadi baik. Itulah yang ia terapkan dalam kesehariannya kini. “Maka dari itu saya bisa bergaul dengan siapa saja, termasuk dengan para pengasuh dari anak-anak,” ucapnya. “Di jalan kebenaran, nggak ada pandang status sosial. Di jalan kebaikan, semua menjadi satu. Semua punya niat awal yang baik, jalan yang baik, tujuan yang baik,” tambahnya.

Setelah koin dipilah berdasarkan berdasarkan nilainya, koin kemudian dipisahkan per 500 buah untuk memudahkan penghitungan.

Ia merasa sangat bersyukur setiap saat karena bisa membantu, apalagi bisa mengajak orang lain untuk bersama-sama menggarap ladang berkah menumbuhkan niat baik setiap orang. “Itu juga berkah yang sangat luar biasa bagi saya karena ada kebahagiaan tersendiri bahwa setiap orang ada niat baiknya cuma kita buka jalannya aja. Dan sekarang mereka bisa bersumbangsih dengan bahagia,” tuturnya.

Di waktu pemilahan, Tina juga sedikit demi sedikit berbagi mengenai asal koin, ia menjelaskan kepada para sukarelawannya bahwa uang koin yang begitu banyak terkumpul dari masyarakat yang nantinya dipergunakan untuk kepentingan masyrakat juga. “Kalau kita bantu hitung koin jangan anggap sepele, ini kerjanya berat juga. Karena kalau nggak dihitung, bagaimana bisa disalurkan? Jadi kita cepat hitung, cepat disalurkan untuk mereka yang kurang mampu. Makanya kita menumbuhkan niat baik mereka, mereka mau dan sekarang terlihat lebih senang karena bisa memanfaatkan waktu,” ujar Tina.

Sarkinem (tengah), memilih turut menyumbangkan tenaganya untuk melakukan pemilahan koin. Ia mengaku senang dan selalu ingin ikut dalam kegiatan ini.

Kebahagiaan karena mampu bersumbangsih tidak hanya dirasakan oleh Tina, namun juga oleh semua sukarelawan yang ia ajak untuk membantu memilah dan menghitung koin. Salah satunya adalah Sarkinem (47) yang juga bekerja sebagai pengasuh anak. Selama ini ia ditugaskan oleh majikannya untuk menemani anak di sekolah. Di jam-jam pelajaran, ia menunggu si anak majikan di ruang tunggu sembari bergosip dengan teman sepekerjaan. Tak jarang waktunya terbuang begitu saja karena mengantuk dan tidak ada kegiatan lain saat menunggu. Satu kali ia sengaja memanfaatkan waktunya dengan membuat syal rajutan yang berakhir dengan beberapa pesanan dari para temannya. “Bisa buat pemasukan sih dikit-dikit. Sambil nunggu, sambil ngerajut,” tukasnya. Namun sejak tiga bulan lalu, ia memutuskan untuk tidak membuat syal rajut di waktu senggangnya saat menunggu anak. Ia lebih memilih untuk membantu Tina memilah koin. Menurutnya, memilah koin bisa mendatangkan manfaat bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan juga untuk orang lain. “Kalau sekarang lebih milih untuk bantu Tina Shijie hitung koin sih daripada ngerajut. Soalnya kan kalau hitung koin cuma bisa di sini dan harus cepat karena untuk bantu orang lain, kalau ngerajut bisa di mana aja,” ucapnya tersenyum.

Berawal dari niat tulus untuk bersumbangsih, Tina Shijie  berhasil memberikan satu jalan bagi orang lain untuk turut bersumbangsih dengannya. Walaupun bukan berbentuk materi, namun sumbangan tenaga tidak ada bedanya. Satu harapan yang selalu terbersit di benaknya saat tangannya bergerak lincah di tumpukan koin adalah, semoga dana yang masuk melalui celengan bambu bisa cepat tersalurkan bagi mereka yang membutuhkan.


Artikel Terkait

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -