Bersungguh Hati dalam Pembekalan Diri Sebagai Relawan Tzu Chi
Jurnalis : Ami Haryatmi (He Qi Barat 2), Fotografer : James Yip (He Qi Barat 2)Suasana Pelatihan tentang misi amal sebagai pelatihan pertama di tahun 2020.
Tzu Chi memiliki 4 Misi dan 8 jejak langkah.
Yaitu Misi Amal dengan jejak langkah Bantuan International,
Misi Kesehatan dengan Donor sumsum tulang,
Misi Pendidikan dengan Relawan komunitas
Misi Budaya Humanis dengan Pelestarian Lingkungan.
Relawan Tzu Chi harus memahami seluruh misi tersebut, oleh karenanya setiap tahun diadakan 4 kali pelatihan bagi relawan berseragam Abu Putih.
Pada hari minggu 9 Februari 2020 diadakan pelatihan yang pertama bagi relawan Abu Putih wilayah He Qi barat 2 Jakarta, berlokasi di Depo Pelestarian Lingkungan Kosambi, Jakarta barat.
Pelatihan tentang Misi Amal ini diikuti oleh 26 Relawan Abu Putih, 2 orang relawan baru dan 31 orang panitia penyelenggara dengan koordinator Lie Na Junus.
Setelah pendaftaran pada pukul 8.30, pelatihan dibuka oleh Elvina Tarasia sebagai pembawa acara dengan penghormatan pada Master Cheng Yen agar mengingatkan para relawan untuk meneladani beliau, menyanyikan Mars Tzu Chi agar setiap liriknya membangkitkan tekad dan membuka hati untuk bersumbangsih, lalu mengucap 10 sila Tzu Chi sebagai pedoman berkegiatan sebagai relawan.
Elly Widjaja ( foto sebelah kanan) sebagai pembawa materi tentang filosofy amal.
Materi pertama dibawakan oleh Elly Widjaja tentang Filosofy misi Amal.
Sangat lengkap materi yang dipaparkan, dari pemahaman bahwa misi amal adalah gerbang pertama relawan untuk memahami penderitaan orang lain, sehingga mampu bersyukur. Membangkitkan niat untuk menolong. Hingga tayangan video tentang bagaimana menjadi penolong yang bijaksana.
Elly Widjjaja menambahkan: “Dengan mengikuti kegiatan amal kita bisa melihat penderitaan orang lain, sehingga mengasah kepekaan hati kita untuk berempati. Dan bisa bersyukur serta menjadikan kebijaksanaan sebagai dasar untuk bersumbangsih sebagai relawan yang baik. Bisa membantu orang lain untuk keluar dari penderitaan sampai bisa mandiri. Setelah mandiri orang yang telah lepas dari penderitaannya akan dibimbing membantu orang lain. Sehingga misi amal ini akan menjadi rantai kebajikan yang berkembang lebih luas”.
Lie Na Junus ( tengah ) selaku koordinator pelatihan bersama tim yang solid berbekal hen yun xin (bersungguh hati) merencanakan dan melaksanakan dengan sukacita.
Disinilah dimulai pembekalan tersebut. Dlm training kali ini bukan hanya dijelaskan bagimana membantu orang lain lewat misi amal, namun juga mengajarkan kebijaksanaan dalam membantu seperti ditayangkan dalam video pendek pada akhir sesi yang dibawakan oleh Elly Widjaja.
Setelah pemaparan tentang misi amal dilanjut dengan Keindahan Budaya Humanis oleh Yonga Wang.
Materi ini tak kalah pentingnya, karena di dalamnya tercantum etika berpenampilan, berpakaian, makan, duduk dan berkegiatan. Dengan etika tersebut diharapkan relawan dipandang baik oleh masyarakat, juga sebagai langkah disiplin terhadap diri sendiri.
Seusai break ditampilkan Shou Yi ( lagu dan isyarat tangan) berjudul Ren Shi Ni Zhen Hao dan pemaparan materi tentang berdana dari Moni. Dalam materi tersebut dipaparkan bahwa setiap dana sekecil apapun bisa membuahkan manfaat besar bila dilakukan dengan disiplin, rutin dan ikhlas bersumbangsih. Seperti awal dimulainya Tzu Chi oleh Master Cheng Yen dengan celengan bambu yang kemudian berkembang menjangkau 101 negara di dunia yang dibantu. Serta memiliki 54 perwakilan di seluruh dunia. Dari hal itulah relawan dihimbau untuk mengenal apa manfaat yang dipetik dari berdana. Dengan satu benih dana, menghindarkan seribu bencana.
Moni membawakan materi dan berpesan bahwa dengan satu benih berdana . Beramal, akan menghindarkan dari seribu bencana.
Selanjutnya sharing kelompok, sharing peserta dan kilas balik sumbangsih Tzu Chi bagi dunia di tahun 2019 serta pesan cinta kasih dari ketua dan wakil ketua he qi barat 2. Tak lupa pembagian souvenir.
Dalam pelatihan tersebut para peserta sangat tekun mengikuti setiap materi maupun sharing-sharing yang ditampilkan, di antaranya adalah Surawaty relawan dari Duri Kosambi Jakarta barat. Ungkapnya dalam bincang singkat: ” Saya membekali diri dengan niat sudah sejak lama, baru tahun 2018 saya melanjutkan dengan tekad dan mewujudkannya dengan semangat bersumbangsih. Sebenarnya saya cukup sibuk dengan urusan rumah tangga, namun berbekal pada kata perenungan Master Cheng Yen bahwa “jangan pernah meremehkan potensi diri sendiri” saya terus belajar mengembangkan kemampuan bersumbangsih,” demikian ungkap Surawaty yang sangat aktiv dan bersungguh hati dalam misi amal maupun kegiatan bedah buku.
Surawaty ( tengah), bergabung sejak tahun 2018 di awali dengan niat, dilanjut dengan tekad, mempraktekkannya dengan semangat dan kesungguhan hati. Adiyarti Yani ( sebelah kiri ), berusaha bangkit dan bangkit lagi untuk mendengarkan panggilan hati agar terus bersumbangsih bila kondisi kesehatan memungkinkan.
Duduk berdampingan dengan Surawaty adalah Adiyarti Yani, relawan yang telah bergabung dengan Tzu Chi sejak lama ini sempat sangat aktiv, namun kemudian terkendala pada kesehatannya. Setiap kali kondisi badannya mulai bangkit dari kelainan imunitas yang dideritanya Adiyarti Yani berusaha menyempatkan diri untuk mulai dan mulai kembali. Seperti yang terlihat dalam pelatihan kali ini :” Saya ini pengagum Master Cheng Yen, walau kadang berat karena kondisi kesehatan, saya ingin mempraktekkan apa yang beliau ajarkan. Cukup lama saya menjadi relawan pemerhati Rumah Sakit Cinta Kasih. Namun bila saatnya kurang fit, saya tidak aktiv sementara. Tetapi setiap kali selalu ada panggilan hati untuk bangkit dan bangkit lagi, seperti kali ini saya ikut training dan berusaha bersungguh hati menyerap semua penjelasan, agar menyalakan semangat saya lagi. Mohon doanya ya, supaya bisa lebih sehat dan kuat bersumbangsih lagi”, harap wanita berusia 70 an tahun itu.
Pelatihan diakhiri dengan ceramah Master Cheng Yen tentang bencana kesehatan dampak Virus Corona yang melanda dunia. Hal ini terjadi bermula dari konsumsi makanan berjiwa. Oleh karena itu Master Cheng Yen tak kenal lelah mengingatkan semua insan di dunia dan khususnya para relawan untuk bervegetaris.
Pembagian souvenir.
Dari semua materi yang dibawakan, pelatihan kali ini dikemas dengan sederhana, namun kaya akan kebahagiaan dan sukacita. Nampak dari para panitia dan peserta. Seperti yang diungkapkan Lie Na Junus selaku koordinator: “Pelatihan ini bisa dilaksanakan karena para panitia benar-benar Hen Yung Xin ( bersungguh hati) dalam menyusun rencana hingga melaksanakannya. Materi dasar diberikan oleh Yayasan sebagai arahan. Dan para pembawa materi mengembangkan dan menyesuaikan sesuai pengalaman dan kondisi komunitas masing-masing. Tim pelatihan misi amal ini mengemas dengan nilai nilai pendidikan, terutama membekali setiap relawan dengan dasar yang terpuji. Pelatihan ini membekali relawan untuk terjun membantu sesama dengan etika yang baik, kesungguhan hati dan mengentaskan yang menderita sehingga bisa memberikan kebahagiaan. Semua hal tak terkecuali sebagai relawan Tzu Chi bila dilakukan dengan Hen Yun Xin ( Bersungguh hati), segalanya akan berhasil dengan baik”, pungkas Lie Na Junus.
Semoga Hen Yun Xin ( bersungguh hati) akan terus menjadi bekal pada pelatihan-pelatihan selanjutnya dan pada sumbangsih seluruh relawan Tzu Chi di seluruh dunia sesuai 4 misi dan 8 jejak langkah Tzu Chi.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Bersungguh Hati dalam Pembekalan Diri Sebagai Relawan Tzu Chi
25 Februari 2020Pelatihan pertama tahun 2020 yang membawakan materi tentang misi amal sebagai misi pertama Tzu Ch, digelar dengan sederhana namun kaya manfaat dan sukacita. Hal ini karena dilakukan dengan sungguh hati oleh para relawan penyelenggara, koordinator maupun peserta. Dengan pelatihan yang bermanfaat diharapkan menjadikan semua yang hadir Bersungguh Hati dalam Pembekalan Diri Sebagai Relawan Tzu Chi.