Bersungguh-sungguh Mendalami Sutra Makna Tanpa Batas
Jurnalis : Khusnul Khotimah, Fotografer : Khusnul KhotimahRumah
relawan yang berjauhan tak menjadi halangan bagi tim He Qi Pusat. Mereka bisa berlatih di mana saja, bahkan di lapangan
basket pada malam hari, itulah sekelumit kisah persiapan tim He Qi Pusat untuk kompetisi ini.
Kompetisi isyarat tangan Sutra Makna Tanpa Batas yang diadakan Tzu Chi Indonesia pada Minggu, 5 Agustus 2018 lalu masih menyisakan cerita-cerita menarik. Di antaranya bagaimana masing-masing He Qi yang jumlahnya delapan tim menyiapkan diri untuk tampil semaksimal mungkin di atas panggung.
Tim He Qi Pusat misalnya yang memiliki wilayah begitu luas, dari Sunter sampai Bekasi, Karawang, Cikarang bahkan Bogor. Karena luasnya wilayah, latihan pun tak memungkinkan untuk digabung, melainkan masing-masing komunitas harus berlatih sendiri.
“Relawan dari Bogor juga termotivasi, ada empat peserta yang ikut. Jadi kami latihannya setiap pulang kerja di masing-masing komunitas. Kami digabung itu baru empat kali. Jadi malam-malam kami kami pinjam lapangan karena tidak ada rumah relawan yang luas,” kata Noni Intan.
Setiap tim meraih gelarnya masing-masing. DAAI TV misalnya, mendapatkan predikat tim yang penampilannya paling rapi, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi menjadi tim terkreatif.
Meski hanya empat kali berlatih bersama-sama, gerakan relawan He Qi Pusat yang kompak berhasil membuat para penonton yang memadati Guo Yi Ting, Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara memberikan tepuk tangan yang meriah.
Lain He Qi Pusat, lain pula bagaimana tim dari DAAI TV yang berasal dari berbagai divisi ini berlatih. Dari 25 orang yang tampil di panggung, yang sering memeragakan isyarat tangan hanya dua orang, yakni Dina dan Hasan. Karena itu mereka pun membuka kelas setiap hari untuk mengakomodir peserta yang tidak bisa ikut, misalnya yang harus bertugas meliput.
“Mereka semangatnya ada karena setiap hari, setiap ketemu di manapun kami sambil menyanyikan liriknya,” ujar Dina.
Penampilan
He Qi Utara 2 juga banyak menerima
pujian, termasuk pemilihan background
yang indah.
Tak hanya tentang bagaimana tim DAAI TV berlatih, Ersita yang baru pertama kali mengikuti isyarat tangan pun memetik pelajaran dari gelaran ini.
“Yang saya pelajari dari kompetisi ini adalah tentang komitmen. Kita jarang kumpul yang full team dan bahkan ada yang setiap hari harus liputan, tapi Ci Dina ini terus semangati kita melalui grup whatsapp, dikasih video dan menyuruh menyanyikannya setiap hari. Jadi bisa tampil seperti tadi karena komitmen kita,” tutur Ersita.
Melihat bagaimana para relawan begitu meresapi lirik dan juga menuangkan kreativitas dalam gerakannya, Chia Wen Yu yang kali ini menjadi salah satu juri mengaku sangat tersentuh. Ia bahkan berlinangan air mata.
Kedelapan
tim peserta adalah He Qi Pusat, He Qi Utara 1, lalu He Qi Utara 2, He Qi
Barat 1, He Qi Barat 2, DAAI TV, dan
Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng,
pesertanya adalah para guru.
“Saya benar-benar terharu. Berapa lama sih latihannya? Shixiong Shijie begitu meresapi,” ujarnya sesaat setelah ke delapan tim He Qi unjuk kebolehannya.
“Master Cheng Yen berpesan relawan Indonesia hendaknya mendalami Dharma. Harapan Master Cheng Yen, relawan Indonesia selain bekerja haruslah mendalami Dharma,” tambahnya.
Berbagai cara tengah dilakukan relawan Tzu Chi di tiap komunitas untuk mendalami Dharma, dalam hal ini Sutra Makna Tanpa Batas. Ada yang menggelar sharing lirik lagu, bedah buku, dan kelas menyalin sutra. Begitu juga dengan kompetisi ini yang bertujuan agar gaung dalam rangka pendalaman Sutra Makna Tanpa Batas makin besar, relawan pun makin semangat. Namun yang paling penting dari semua kegiatan ini adalah relawan memahami makna dari apa yang dilakukan.
“Keinginan, minat, dan sifat orang itu berbeda-beda. Karena itu dengan berbagai cara, kita membuat semua orang bisa mendalami Dharma,” kata Hendry Chayadi, relawan Tzu Chi yang pada kompetisi ini juga membagikan ilmunya tentang Sutra Makna Tanpa Batas.