Bersyukur dan Berbagi Kasih

Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan), Fotografer : Relawan Tzu Chi Medan
 
 

fotoDengan sambutan yang hangat keluarga Gan En Hu memasuki tempat acara Syukuran Penuh Kasih. Acara menjelang Tahun Baru Imlek seperti ini dilakukan oleh para relawan Tzu Chi di berbagai belahan dunia.

Bertempat di Lapangan Bulu Tangkis Sekolah Chandra Kusuma, pada tanggal 16 Januari 2011, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Medan mengadakan acara Syukuran Penuh Kasih. Pada acara tersebut, Tzu Chi Medan mengundang semua penerima bantuan Tzu Chi untuk berkumpul dan mempererat jalinan kekeluargaan. Hadir sebanyak 375 keluarga dengan total 920 orang. Acara yang bertujuan untuk meningkatkan hubungan kekeluargaan antar relawan Tzu Chi dengan penerima bantuan Tzu Chi itu bukan hanya diadakan di Medan saja tetapi juga dilaksanakan Tzu Chi di berbagai tempat lain.

Pada pukul 09.00 WIB, acara dimulai dengan pertunjukan bahasa isyarat Satu Keluarga. Setelah pertunjukan isyarat tangan, relawan juga mengajak semua yang hadir untuk bersama-sama memperagakannya. Sebait demi sebait, syair lagu tersebut diajarkan dan sewaktu musik diperdengarkan kembali, semua hadirin ikut memperagakannya. Pembawa acara juga menjelaskan makna dari lagu tersebut, dimana lagu yang sederhana itu memiliki makna yang sangat mendalam yakni kita semua adalah satu keluarga yang harus saling bersyukur, saling mempercayai, saling mendukung, dan saling membutuhkan.

Memiliki Batin yang Kaya
Dalam tayangan ceramah Master Cheng Yen yang diputarkan kepada semua hadirin, Master Cheng Yen bercerita mengenai sebuah keluarga Bapak Lim yang memiliki sepasang anak yang sangat berbakti. Bapak Lim ini adalah seorang penderita penyakit diabetes. Pernah terlintas olehnya untuk mengakhiri hidupnya karena penyakit yang tidak kunjung sembuh dan beban yang harus ditanggung oleh anak-anaknya. Melihat kondisi tersebut, relawan Tzu Chi tidak serta merta meninggalkan Bapak Lim. Nasihat demi nasihat serta dorongan terus diberikan hingga semangat hidup Bapak Lim bangkit kembali. Bapak Lim bernasib sangat baik karena kedua anaknya sangat berbakti kepadanya. Anak pertama melakukan pekerjaan layaknya seorang ibu dan anak keduanya senantiasa membantu merawat ayahnya. Mereka berdua juga tetap bersekolah dan tidak menunjukkan kemunduran dalam prestasi. Seminggu 2 kali, anak-anak ini akan membantu keuangan keluarganya dengan berjualan di pasar. Meskipun keluarga ini mendapatkan bantuan dari Tzu Chi, tetapi mereka tidak terus mengharapkan bantuan melainkan juga berusaha mandiri dan menjadi donatur tetap Tzu Chi.

Master Cheng Yen pernah mengatakan bahwa bersumbangsih bukan hak dari orang kaya tetapi hak dari orang yang mampu. Orang yang mampu di sini adalah orang yang kaya secara batiniah. Aliran cinta kasih yang dikumpulkan melalui celengan-celengan bambu mengalir ke tangan yang membutuhkan. Tetapi aliran tersebut jangan sampai terhenti pada penerima bantuan. Hendaknya aliran tersebut dapat terus mengalir tanpa henti. Master Cheng Yen mengatakan cukup mudah untuk menolong fisik seseorang tetapi yang tak kalah pentingnya adalah menolong batin orang tersebut sehingga dapat timbul kebijaksanaan dalam diri setiap orang.

foto  foto

Keterangan :

  • Melani, ibu dari Mutiara bersama dengan ibunya, Berliana, bercerita bagaimana kondisi anaknya dulu sebelum. (kiri)
  • Sesi pembasuhan kaki orang tua memberi kesempatan kepada setiap anak untuk menunjukkan rasa syukur dan terima kasih. (kanan)

Ada yang berkesan dalam acara tersebut di mana beberapa keluarga penerima bantuan Tzu Chi naik ke atas panggung untuk bercerita kepada semua hadirin. Salah satunya adalah keluarga Berliana yang mengutarakan rasa syukur dan terima kasihnya kepada Tzu Chi. Jalinan jodoh antara keluarga Berliana dengan Tzu Chi berawal dari cucunya yang bernama Mutiara yang menderita TBC dan mengalami kurang gizi. “Saya benar-benar menyaksikan bahwa Tzu Chi itu tidak pandang agama dan suku. Cucu saya inilah buktinya. Tzu Chi telah membantu pengobatan cucu saya ini,” ujar Berliana seorang penganut Katolik kepada semua hadirin. Berliana menceritakan kisahnya sebelum dibantu Tzu Chi sembari bercucuran air mata. Yang patut dibanggakan adalah keluarga Berliana adalah donatur tetap Tzu Chi. Inilah bukti nyata dimana secara ekonomi memang keluarga Berliana tergolong keluarga yang tidak mampu tetapi secara batiniah, keluarga Berliana adalah keluarga yang kaya.

Tanda Bakti pada Orang Tua
Salah satu sesi acara yang benar-benar berkesan bagi semua yang hadir pada saat itu adalah sesi pembasuhan kaki orang tua. Acara ini tidak dipublikasikan sebelumnya dan disimpan sebagai sebuah kejutan. Tiba-tiba sekelompok Tzu Ching datang membawa kursi dan baskom yang sudah berisikan air dan handuk. Kursi dan baskom tersebut diletakkan di depan panggung. Setelah tertata rapi, pembawa acara mengajak semua hadirin yang datang bersama dengan orang tuanya agar dapat maju ke depan dan mempersilahkan orang tuanya untuk duduk di kursi yang sudah disediakan. Hadirin yang selaku anak bersujud di hadapan orang tuanya. Dengan perlahan-lahan mengangkat kaki orang tuanya ke dalam baskom untuk dibasuh. Suasana haru meliputi seisi ruangan. Master Cheng Yen mengatakan ada 2 hal yang tidak dapat ditunda yakni berbakti kepada orang tua dan melakukan kebajikan. Memang acara pembasuhan kaki orang tua ini tidak bertepatan dengan Hari Ibu tetapi ini merupakan sebuah wujud bagaimana seorang anak mengucapkan syukur dan berterima kasih kepada orang tuanya. Salah satu relawan sempat bercerita bagaimana dirinya sekarang sudah tidak ada kesempatan untuk membasuh kaki orang tuanya karena kedua orang tuanya sudah tidak ada di dunia ini lagi. Oleh sebab itu selagi orang tua kita masih bersama dengan kita, pergunakanlah kesempatan yang ada untuk berbakti.

Pada sesi terakhir acara, semua hadirin berdoa bersama. Ada tiga harapan dalam doa tersebut, yakni semoga batin setiap manusia terjernihkan, semoga masyarakat aman dan tenteram, serta semoga dunia ini bebas dari bencana. Setelah sesi berdoa selesai, relawan Tzu Chi membagikan paket Tahun Baru Imlek bagi keluarga penerima bantuan yang akan merayakannya. Terlihat semua relawan dan penerima bantuan berbaur menjadi satu layaknya satu keluarga besar, yakni keluarga besar Tzu Chi.

  
 

Artikel Terkait

Kamp Pengusaha Indonesia - Malaysia Tahun 2018

Kamp Pengusaha Indonesia - Malaysia Tahun 2018

30 Oktober 2018
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali bekerja sama dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Malaysia mengadakan Kamp Pengusaha bagi para pengusaha asal Indonesia dan Malaysia. Sebanyak 189 pengusaha asal Malaysia dan 332 pengusaha asal Indonesia turut serta mendengarkan materi yang dibawakan oleh para pengusaha yang mendedikasikan dirinya di Tzu Chi.
Untuk Pendidikan yang Lebih Baik

Untuk Pendidikan yang Lebih Baik

01 Desember 2015
Relawan Tzu Chi Sinar Mas Xie Li (komunitas) Siak, Riau mengikuti kegiatan training Program Ayo Belajar SMART term kedua. Sebanyak 30 relawan pendidikan (pengajar) yang merupakan istri dari staf perkebunan tergabung dalam training kali ini.
PAT 2018: Teduhnya Persamuhan Sutra Makna Tanpa Batas

PAT 2018: Teduhnya Persamuhan Sutra Makna Tanpa Batas

14 Januari 2019

Syahdu, tenang, teduh. Itulah suasana Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas yang digelar di Aula Jing Si Tzu Chi Indonesia kemarin, Minggu 13 Januari 2019. Suasana ini tercipta karena ratusan relawan yang mementaskan persamuhan ini mempersiapkan hatinya dengan sepenuh jiwa.


Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -