Lina (dua dari kiri) bersama relawan Tzu Chi lainnya mengunjungi rumah Ameena (2), penerima bantuan jangka panjang Tzu Chi. Kepada Rini Afrianti, ibu Ameena, relawan memberikan semangat dan motivasi untuk terus bersemangat menjalani pengobatan untuk Ameena.
“Jalan kehidupan memang penuh dengan rintangan dan sulit untuk dijalani, namun asalkan bersedia untuk bersumbangsih dengan ikhlas dan hati yang selalu dipenuhi dengan perasaan sukacita maka tidak akan terasa sebagai penderitaan.” (Master Cheng Yen)
Hari Kunjungan Kasih kembali dilaksanakan relawan Tzu Chi Batam pada Minggu, 7 Juli 2024. Kegiatan ini diikuti oleh 90 orang peserta. Kegiatan rutin setiap 2 bulan sekali ini seringkali menjadi pintu masuk bagi masyarakat umum bahkan relawan Tzu Chi dari misi lain untuk mengenal misi amal yang merupakan akar atau pondasi dari Yayasan Buddha Tzu Chi.
Setelah doa bersama, para peserta menonton tayangan Lentera Kehidupan bertema Menapaki Jalan Bodhisatwa dengan Hati Buddha dan Tekad Guru. Dalam ceramah tersebut, Master Cheng Yen menyampaikan adanya banyak penderitaan di dunia, sehingga membutuhkan banyak insan menapaki jalur Bodhisatwa Dunia serta tekun mempelajari dan mempraktikkan Ajaran Buddha.
Sebanyak 90 orang peserta kunjungan kasih menyaksikan tayangan Lentera Kehidupan Master Cheng Yen sebelum melakukan kegiatan.
Sebelum berangkat untuk mengunjungi penerima bantuan Tzu Chi (Gan En Hu), Ketua Amal He Qi, Suryati Yeo menyampaikan pesan cinta kasih serta memberikan pengarahan singkat mengenai Tata Krama dan Budaya Humanis (Bersyukur, Menghormati, Cinta Kasih) Tzu Chi saat berkunjung ke rumah para penerima bantuan Tzu Chi.
Kunjungan kasih ke daerah Tanjung Riau, relawan berkesempatan mengunjungi dua rumah penerima bantuan Tzu Chi, yaitu Ameena (2 tahun) dan Syarin (4 tahun). Sungguh jalinan jodoh yang luar biasa 2 anak ini berada di satu area tetapi beda alamat, sehingga relawan punya kesempatan mengunjungi keduanya secara serentak.
Ameena menderita Truncus Arteriosus (kelainan pembuluh darah dan jantung bocor). Saat kasus ini dilaporkan (14/2/2023), Ameena masih bayi berusia 4 bulan. Ameena merupakan anak bungsu dari 4 bersaudara. Hasil konsultasi dari dokter di poli jantung anak, Ameena harus menjalani dua tindakan operasi pemasangan selang pembuluh darah. Kendalanya adalah saat itu kondisi Ameena berat badannya tidak ideal (cukup) untuk menjalani tindakan operasi sehingga operasi mengalami penundaan. Kini Ameena sudah bisa lanjut tindakan ke RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. Ini adalah hal gembira yang ditunggu oleh orang tuanya. Bisa melihat Ameena sembuh layaknya anak-anak normal lainnya merupakan doa dan harapan orang tua Ameena.
Relawan Tzu Chi membawakan bantuan dan santunan kepada para penerima bantuan pengobatan Tzu Chi.
Pasien berikutnya, Syarin merupakan penderita kanker mata. Saat berusia 4 bulan, ditemukan ada kelainan pada mata kiri. Setelah dilakukan pengecekan, hasilnya ternyata Syarin mengidap kanker mata stadium 3. Tahun 2022, Syarin menjalani operasi pengangkatan mata kiri, namun sel kanker telah menyebar ke mata kanannya. Kini Syarin sedang menjalani kemoterapi untuk mata kanannya.
Bantuan kepada kedua pasien penerima bantuan pengobatan jangka panjang Tzu Chi ini tidak hanya berupa materi, namun perhatian dan dukungan batin. Mendampingi pasien serta menyemangati keluarga pasien melewati proses pengobatan yang kadang terlihat tidak berujung (jangka panjang). Dukungan batin dan pendampingan relawan bagaikan pelita yang membimbing setiap langkah para penerima bantuan dan juga keluarganya.
Setelah selesai berkunjung ke rumah Ameena dan Syarin, para relawan pun kembali berkumpul di Aula Jing Si Batam. Kegiatan diakhiri dengan sharing pengalaman dan perasaan para relawan yang mengikuti kunjungan kasih ini.
Para relawan saling berbagi cerita dan kesan mereka selama mengunjungi dan mendampingi para penerima bantuan.
Salah satu relawan, Lina mengungkapkan perasaan harunya melihat perjuangan para penerima bantuan pengobatan Tzu Chi ini untuk sembuh. "Saya sangat terkesan terhadap kondisi Syarin. Bersyukur atas apa yang kita miliki sekarang dan menyadari berkah kita bagus. Hidup penuh dengan ketidakkekalan dan penderitaan, terutama sakit. Kita sendiri perlu bersyukur karena anak dan keluarga kita sehat dan normal. Melihat apa yang diderita oleh Gan En Hu bersama keluarganya, terpukul hati saya. Saya harus bergerak untuk melangkah di jalan Bodhisatw dengan tubuh yang sehat. Saya harus lebih menggenggam kesempatan untuk berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain,” kata Lina.
Editor: Hadi Pranoto