Bersyukur, Menghormati, dan Cinta Kasih
Jurnalis : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Bali), Fotografer : Maggie (Tzu Chi Bali) Dalam perayaan Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Sedunia, relawan Tzu Chi Bali mengadakan perayaan Waisak dan juga acara untuk menghormati ibu. Anak-anak diajari untuk memperlakukan orangtua mereka dengan penuh kasih sayang. | Di bulan Mei setiap tahunnya, seluruh relawan Yayasan Buddha Tzu Chi di dunia merayakan ”Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Sedunia”. Demikian pula dengan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Penghubung Bali yang ikut merayakannya pada tanggal 17 Mei 2009. Perayaan tersebut mengambil tempat di Kharisma Ballroom, Kartika Plaza Hotel, Kuta, Bali. Setelah diadakan pembagian tugas pada rapat sebelumnya, para relawan mengumpulkan semua barang-barang yang akan dibawa ke lokasi perayaan di ”Rumah Sehat” pada tanggal 16 Mei 2009. Dua orang relawan Tzu Chi Bali, Khimberly dan Luvi bersama-sama memastikan semua barang-barang telah terkumpul. |
Keesokan harinya, semua relawan bergerak dari dua tempat yang berbeda, yakni Denpasar dan Jimbaran menuju Kuta. Dengan penuh semangat, semua relawan tiba di lokasi pada jam 09.30 WITA. Para relawan yang dipandu oleh I Wayan Kertha dan Joe Heran Rahula memasang spanduk dan bendera Tzu Chi di sekitar lokasi. Para shijie (relawan perempuan) lebih berkonsentrasi pada ruang utama pelaksanaan pemandian Buddha Rupang. Dengan adanya koordinasi yang baik, tepat pada pukul 12.00 WITA semua relawan telah selesai melaksanakan tugasnya masing-masing. Setelah istirahat makan siang selama setengah jam, sesuai dengan jadwal, dilakukan gladi resik tata cara pemandian Buddha Rupang dan Pradaksina. Dengan sabar semua relawan mendengar arahan demi arahan. Tepat pada pukul 14.00, semua tamu dan relawan sebanyak 54 orang telah hadir dan acara pun dimulai. Sebelum memulai acara inti, semua tamu diberikan pengarahan mengenai tata cara pemandian Buddha Rupang dan Pradaksina. Setelah semuanya mengerti, maka dimulailah prosesi pemandian Buddha Rupang.
Ket : - Dengan khidmat dan penuh perhatian, semua hadirin melaksanakan Pradaksina untuk melatih kesabaran Perayaan Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Sedunia yang dilaksanakan secara bersamaan bertujuan agar setiap insan manusia tahu membalas budi luhur Sang Buddha, orangtua, dan semua makhluk di dunia ini. Ini dikarenakan Buddha telah mengajarkan serta memandu kita ke jalan kebijaksanaan dan kita tumbuh dari kecil sampai dewasa dalam perlindungan orangtua serta pengasuhan dari guru. Bukan hanya itu, alam juga telah membesarkan kita. Pada awal prosesi, relawan Tzu Chi Bali mempersembahkan pelita, air, dan bunga kepada Buddha. Persembahan pelita melambangkan semoga cahayanya bisa menerangi hati semua makhluk. Persembahan air melambangkan semoga hati kita semua sejernih air. Persembahan bunga melambangkan harumnya Dharma Sang Buddha. Pada prosesi pemandian Buddha Rupang, diharapkan pada hati semua orang dapat bangkit rasa cinta kasih dan dalam perbuatan sehari-harinya selalu ada rasa syukur dan menghormati. Master Cheng Yen mengatakan, apabila kita telah melakukan ketiga hal ini maka setiap hari kita telah melakukan prosesi pemandian Buddha Rupang. Setelah selesai pelaksanaan pemandian Buddha Rupang, kini saatnya melakukan prosesi Pradaksina. Prosesi Pradaksina lebih awam dikenal dengan istilah mengitari Buddha dan Dharma. Dengan mengitari Buddha, berharap Sang Buddha senantiasa berada di alam manusia dan dengan mengitari Dharma, berharap Dharma senantiasa berada dalam lahan batin manusia sehingga semoga dalam hati setiap orang ada Buddha dan dalam setiap perbuatannya ada Dharma serta melangkah pantang mundur di jalan Bodhisatwa. Ket : - Relawan Tzu Chi dan Semua hadirin dengan penuh hormat menjalankan acara pemandian Buddha Setelah secara keseluruhan acara prosesi perayaan Waisak telah selesai dilaksanakan, di tempat yang sama Tzu Chi Bali juga merayakan Hari Ibu. Para orang tua yang kebanyakan adalah para ibu-ibu duduk di kursi yang sudah disediakan. Di sanalah, anak-anak mereka berlulut dan membersihkan kaki ibu mereka. Dengan lembut mereka membersihkan kaki ibunya. Perasaan haru mulai terasa, dimana sang ibu terharu melihat anaknya membersihkan kakinya. Mungkin jasa seorang ibu belum bisa terbayarkan hanya dengan membersihkan kakinya, tetapi pada hari itu, anaknya telah menunjukkan rasa bakti mereka kepada orangtuanya. Setelah membersihkan kaki ibu mereka, anak-anak memberikan secangkir teh dan sepotong kue kepada ibu mereka sebagai wujud rasa terima kasihnya. Master Cheng Yen pernah ditanya oleh salah seorang relawan mengenai bagaimana membalas budi orangtua kita. Master mengatakan, di dalam Sutra Bakti Seorang Anak dikatakan, apapun yang dilakukan oleh seorang anak kepada orangtuanya, belum bisa membayar budi baik orangtua tersebut. Jadi, cara yang paling baik untuk membalas budi baik orangtua kita adalah dengan menjaga kesehatan kita. Ini dikarenakan tubuh ini dilahirkan dan dibesarkan oleh orangtua kita, hendaklah kita bisa menjaganya dengan baik. Apabila kita sakit, yang menderita bukan saja kita sendiri tetapi juga orangtua kita yang senantiasa akan merasa khawatir. Ket : - Menunjukkan rasa bakti seorang anak kepada ibunya dengan membersihkan kaki ibu. | |
Artikel Terkait
Suara Kasih : Bertobat Saat Bencana
07 Maret 2011 Kita harus menyadari bahwa segala niat yang timbul dari hati kita akan menjadi bencana atau berkah serta berdampak pada setiap orang di dunia. Jadi, kita harus lebih banyak menciptakan berkah. Kini kita berada dalam Era Kemunduran Dharma di mana prinsip kebenaran dalam diri manusia semakin terkikis.Makin Mantap Menjalankan Misi Pendidikan
30 April 2019Di tahun 2019 ini, relawan Tzu Chi Indonesia di Misi Pendidikan bertekad untuk meningkatkan wawasan tentang anak bagi para relawan pendamping. Relawan juga bertekad untuk lebih kompak supaya dapat melaksanakan Misi Pendidikan lebih baik lagi.