Bersyukur Menjadi Insan Tzu Chi
Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso (He Qi Utara) Dengan lugas Anand Shixiong menceritakan pengalaman-pengalamannya selama menjadi karyawan sekaligus relawan Tzu Chi. |
| ||
Pada saat itu ia bekerja di sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing di Aceh dan relawan Tzu Chi pernah meminjam perahu karet dari tempatnya bekerja. Demikian diungkapkan Anand saat sharing di kegiatan Bedah Buku, Kamis malam di Jing Si Pluit. Rupanya jalinan jodohnya dengan Tzu Chi terus bergulir sampai pada awal tahun 2005, ia bergabung menjadi seorang relawan Tzu Chi. Lalu apa yang membuat Anand begitu terkesima pada Tzu Chi? Ia pun meneruskan kisahnya pada sekitar 30 relawan yang hadir pada malam itu. “Memanusiakan manusia, itulah Tzu Chi. Sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,” ungkap Anand. Ia bercerita, pada saat di Magelang, relawan Tzu Chi membagikan bantuan untuk pengungsi di tenda pengungsian dengan mendatangi satu per satu penerima bantuan untuk diberikan kupon. Penerima bantuan merasa dirinya sangat diperhatikan dan rasa kekeluargaan yang ditunjukkan oleh relawan Tzu Chi sungguh menggugah hati penerima bantuan. Budaya kemanusiaan yang selalu Master ajarkan memang sangat diperlukan dalam menjalankan kehidupan ini. “Master Cheng Yen berpesan, saat membangun rumah untuk penerima bantuan, kita harus membangun rumah seperti rumah yang akan kita tempati sendiri. Begitu juga saat memberi bantuan kepada penerima bantuan, harus memilih barang yang baik dan seperti yang ingin digunakan oleh diri sendiri,” ujar Anand.
Keterangan :
Belajar Bersyukur Satu tahun pertama menjadi relawan ia masih belum merasakan perubahan apa-apa, karena saat meliput kegiatan selalu disibukkan dengan keinginan mengambil foto yang bagus. Namun seiring berjalannya waktu, saat mengikuti kegiatan baksos dan kegiatan lainnya, ia mulai mencoba masuk ke kehidupan penerima bantuan yang sedang menunggu giliran untuk berobat. “Saya mendekati mereka dan berbincang dengan mereka. Dari sana saya mendapatkan banyak pencerahan. Mereka sangat berterima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi,” ujar Anand. Sambil berpesan ia berkata, “Coba Shixiong dan Shijie lain kali ikut baksos dan coba dekati pasien, serta dengarkan kata hatinya. Saya yakin Shixiong-Shijie akan mendapatkan banyak pencerahan dan rasa syukur atas diri kita, ternyata diri kita sangat beruntung karena masih banyak yang tidak seberuntung kita,” ungkapnya. Bukan itu saja, masih banyak lagi yang membuat Anand merasa sangat bersyukur menjadi relawan Tzu Chi. Pertama adalah ia mendapatkan banyak doa dari penerima bantuan Tzu Chi (Gan En Hu). Ia yakin doa dari orang-orang yang tulus dan benar-benar tumbuh dari dalam lubuk hati yang paling dalam adalah doa yang paling didengar oleh Tuhan. Kedua adalah doa dari sesama relawan yang saling mendoakan agar hati manusia terjernihkan, mendoakan masyarakat aman dan damai serta mendoakan dunia yang aman bebas dari bencana. Anand juga menuturkan bahwa ia sangat terharu ketika mengetahui bahwa ternyata di Pesantren Nurul Iman Parung Bogor setiap harinya 18.000 santri yang ada di sana selalu mendoakan relawan Tzu Chi. Begitu pula siswa di Sekolah Terpadu Cinta kasih Tzu Chi di Jetis Bantul Yogyakarta. Setiap hari Senin saat upacara bendera, mereka mendoakan relawan Tzu Chi. Mendengar itu peserta yang hadir pun merasa sangat terharu. Semua itu diketahui oleh Anand karena ia masih memiliki hubungan dengan beberapa guru dan siswa yang ada di sana. Sampai saat ini mereka masih selalu berhubungan melalui sms dan telepon. Jadi dengan sedikit bergurau Anand berkata, “Kalau saya pergi ke Yogya, saya tidak perlu pusing mau menginap di mana, karena di sana mereka semua akan memberi saya tumpangan.” Gelak tawa pun mewarnai ruangan Jing SiBooks & Cafe Pluit malam itu. Inilah semangat relawan Tzu Chi yang tidak saja berhenti sampai memberi bantuan, tetapi juga memberi perhatian dan menjalin jodoh hingga seperti layaknya hubungan sebuah keluarga yang dekat dan saling memperhatikan.
Keterangan :
Perubahan diri Untuk relawan sendiri karena adanya 10 sila yang harus ditaati di Tzu Chi, maka secara tidak langsung telah membina relawan untuk lebih baik ke depannya. Tzu Chi seperti tempat untuk membina diri dan dapat merubah watak seseorang dari yang buruk menjadi baik, yang baik menjadi lebih baik lagi. Seperti prinsip Tzu Chi, yaitu membantu yang kurang mampu, membimbing yang mampu. Hal inilah yang Anand rasakan sendiri. Pada awalnya ia tidak merasakan perubahan dalam dirinya. Namun suatu saat ia bertemu dengan teman lamanya sewaktu bekerja sebagai jurnalis, temannya berkata, “Anand, ngomong-ngomong kok kamu berubah sih sekarang?” “Berubah apanya?” “Banyak, kamu sekarang lebih kalem dan banyak lagi deh,” ucap Anand menirukan perkataan temannya. Setelah selesai sharing dari Anand, Posan Shixiong berkata, “Anand yang dulu berubah dengan Anand yang sekarang itu sangat baik karena dengan adanya perubahan berarti ada harapan, ada harapan berarti ada kemajuan dalam menjalani hidup ini lebih baik lagi.” Lalu Posan menuturkan lebih lanjut, “Tzu Chi adalah tempat pembinaan diri dan belajar yang baik. Pertama belajar kepada guru kita yaitu Master Cheng Yen. Lalu yang kedua belajar dari orang-orang yang dibantu Tzu Chi, dan ketiga belajar dari sesama relawan. Belajar dari Master Cheng Yen melalui ceramah dan kata perenungan beliau, belajar dari Gan En Hu tentang ketidakkekalan dan harus banyak bersyukur atas apa yang kita dapat dan kita miliki saat ini, serta belajar kepada sesama relawan dengan sikap berlapang dada.” Di akhir acara ini Anand Shixiong membuat sebuah catatan kecil berupa kesimpulan, yaitu yang pertama, hidup di dunia dengan mencintai sesama manusia serta selalu ingat kepada yang Maha Kuasa. Kedua, insan Tzu Chi seperti tetesan-tetesan air yang ikut menciptakan ombak dalam mengikis kebodohan dan kesulitan. Ketiga, biasakan untuk mengucapkan kata-kata yang membangun kepada orang lain. Keempat, selalu menjalankan spirit Master Cheng Yen untuk membantu orang-orang yang dalam kesulitan. Kelima, selalu bekerja dengan hati yang tulus. Keenam, bekerja sambil menanam berkah yang mulia. Ketujuh, mendidik manusia keluar dari kebodohan. Dan terakhir, sebagai karyawan sekaligus relawan, ia merasa sangat bersyukur karena selalu di doakan oleh para penerima bantuan dan relawan-relawan Tzu Chi di seluruh dunia serta doa dari banyak orang. | |||
Artikel Terkait
Mengenal Budaya Kaligrafi
17 Oktober 2017Kumpulan Cinta Kasih untuk Para Korban Bencana
10 Agustus 2018Gempa di Lombok, NTB telah membuat wilayah tersebut luluh lantah. Para korban mencari perlindungan di tenda pengungsian. Rasa takut, trauma menyelimuti para korban. Kondisi mereka telah membuat pilu hati setiap insan, tak heran jika setiap intitusi saling menggalang hati banyak orang untuk membantu meringankan penderitaan para korban. Tak terkecuali badan misi Tzu Chi.