Bertanggung Jawab Pada Diri Sendiri dan Lingkungan
Jurnalis : Chrestella Budyanto (Tzu Chi School), Fotografer : Chrestella Budyanto (Tzu Chi School)Irawaty memberikan presentasi mengenai lingkungan kepada siswa/i SMP Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk pada 13 November 2019.
Bagi Irawaty, relawan Tzu Chi, kecintaannya pada alam dan tanaman membuat dirinya aktif dalam program pelestarian lingkungan. “Saya kaget waktu dengar bahwa Jakarta menghasilkan 7.500 ton sampah sehari, kalau kita gak bersikap, bagaimana masa depan (lingkungan) kita nanti?” tuturnya ketika ditemui seusai memberikan presentasi di SMP Tzu Chi Indonesia (Tzu Chi School), Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara pada 13 November lalu. Kegiatan pelestarian lingkungan ini dilakukan sebanyak 3 kali, mulai dari tanggal 6, 13, sampai 20 November 2019.
Sudah hampir 12 tahun Irawaty menjadi keluarga relawan Tzu Chi. Salah satu upayanya dalam melestarikan lingkungan yang dilakukannya adalah dengan membagikan informasi dan himbauan pelestarian lingkungan kepada teman, kerabat maupun komunitas-komunitas, salah satunya adalah murid-murid SMP Tzu Chi Indonesia.
Irawaty menunjukan ecobrick yang terbuat dari sampah botol plastik dan kemasan.
“Zaman makin maju, makin banyak barang sekali pakai. Orang-orang suka dengan barang sekali pakai karena dianggap praktis, jadinya sampah makin banyak,” ujarnya. Salah satunya sampah yang paling mengkhawatirkan adalah sampah plastik.
Pada awal presentasinya, Irawaty memutarkan sebuah video yang dibuat oleh seorang penyelam Inggris, Rich Horner yang dalam perjalanannya menyelami Nusa Penida, Bali untuk mencari ikan pari manta, tetapi ia justru terjebak oleh sampah plastik yang memenuhi lautan. Berbagai sampah plastik ini tentunya seringkali kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari seperti sedotan plastik, gelas minuman plastik, plastik belanja (kantong kresek), botol plastik, dan plastik kemasan makanan maupun produk konsumsi lainnya.
“Ketika saya melihat video tersebut, saya sedih sekali, seperti patah hati. Rasanya saya sudah berusaha mengurangi plastik, tapi jika saya pakai minimal 1 plastik sehari, lalu ada 7 milyar orang lain yang memakai 1 plastik, maka akan ada 7 milyar sampah plastik di dunia dalam satu hari,” kata Winnetou Tchiq, siswa kelas 9 Grateful SMP Tzu Chi Indonesia.
Siswa/i SMP Tzu Chi mengumpulkan sampah untuk didaur ulang di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi, PIK.
Irawaty menyarankan semua orang untuk berhenti menggunakan plastik. “Saya harap orang-orang bisa berhenti memakai plastik, kalau kalian pikir plastik itu pasti higienis, coba dipikir ulang. Plastik jika terkena panas saja bisa bahaya, dan kita tidak tahu plastik itu sebelum sampai ke tangan kita, sebelumnya dalam kondisi yang bagaimana,” tegasnya
Gaya hidup 135
Tentunya banyak cara
untuk mengurangi sampah, namun Irawaty mempunyai rumus sederhana dalam
pelestarian lingkungan: gaya hidup 135. Rumus ini diadopsi Ira dari relawan Tzu
Chi Taiwan yang pertama kali menggagas dan menerapkannya. Gaya hidup 135
mengacu pada kebiasaan sehari-hari yang dapat diwakilkan oleh angka 1,3, dan 5.
“Angka 1 mengingatkan kita untuk tidak membuka keran air terlalu besar, kecil-kecil saja seperti angka satu. Angka 3 itu dampak hidup bervegetaris, dan angka 5 mewakili 5 benda pusaka yang harus kita bawa setiap hari,” terang Irawaty.
Prinsip 5R demi pelestarian lingkungan Tzu Chi: berpikir sebelum membeli (Re-Think), mengurangi (Reduce), menggunakan kembali (Reuse), memperbaiki ketika rusak (Repair), dan mendaur ulang (Recycle).
Dengan pola hidup vegetarian kita juga sudah melestarikan bumi dari polusi gas metana yang diakibatkan oleh hewan-hewan di peternakan, menjaga kesehatan, dan menghargai kehidupan. Sedangkan, lanjut Irawaty, 5 benda pusaka yang wajib dibawa setiap hari adalah: botol minum, wadah makan (mangkok/piring), alat makan (sendok/garpu), sapu tangan, dan kantong belanja yang bisa digunakan berkali-kali.
Belajar Melestarikan Lingkungan
Setelah menerima
presentasi tentang pelestarian lingkungan dari relawan Tzu Chi dan guru Sains
SMA Tzu Chi, Theophilus Wusu, tidak afdol rasanya jika para siswa tidak terjun
langsung dalam program pelestarian lingkungan.
Dengan bersemangat murid-murid kelas 7 hingga kelas 9 SMP Tzu Chi Indonesia ini bersama-sama melakukan aktivitas daur ulang di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Pantai Indah Kapuk dengan didampingi oleh guru, serta dibimbing oleh Thomas, relawan Tzu Chi yang setiap harinya beraktivitas di Depo Pelestarian lingkungan Tzu Chi PIK ini.
Para siswi SMP Tzu Chi Indonesia memilah sampah kertas di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi pada bulan November 2019.
Siswa-siswi ini bersama-sama memilah sampah botol plastik menjadi tiga bagian yakni: tutup botol, label botol, dan botol itu sendiri. Selain itu, beberapa murid juga diajarkan untuk memilah sampah kertas dalam dua golongan, yakni kertas putih dan kertas berwarna.
Edukasi tentang pelestarian lingkungan kerap diselipkan dalam pelajaran kelas humanis (Ren Wen) di sekolah. Hillary Lim, siswa kelas 7 Compassion, mengungkapkan rasa senangnya ketika sedang memilah-milah sampah kertas, “Rasanya seperti kelas praktik pelajaran Ren Wen, kita selalu diajarkan untuk sayang lingkungan, akhirnya kita bisa benar-benar terlibat langsung dalam kegiatan recycling.”
Hillary Lim juga mengatakan bahwa pelestarian lingkungan itu penting untuk dilakukan, “Kita bisa lihat sampah itu di mana-mana, jadi kegiatan seperti ini menurut saya berguna sekali.”
Para siswi SMP Tzu Chi Indonesia memilah sampah botol plastik di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi pada bulan November 2019.
Selain belajar mengenai cara memilah sampah dengan baik, kunjungan siswa-siswi SMP Tzu Chi ke Depo Pelestarian Lingkungan juga membuka mata mereka untuk bisa lebih menghargai usaha pelestarian lingkungan dan bumi. Hal ini diungkapkan oleh Pricella Vidya Limberta, siswi kelas 9 Respect, “Kegiatan di depo membuat saya jadi lebih menghargai apa yang para relawan telah kerjakan selama ini, karena sekarang kita tahu memilah-milah sampah itu tidak mudah.”
Pricella juga menambahkan, “Kita sendiri kan sering menghasilkan sampah, saya jadi tahu oh lain kali jangan buang sampah sembarangan supaya bisa memudahkan orang-orang yang mau mendaur ulang.”
Bertanggung Jawab Pada Diri dan Lingkungan
Dalam hubungan antar sesama, kita hendaknya membebaskan diri dari
kemerdekaan pada keakuan, bersikap lapang dada, sopan, dan saling mengalah dan
mengasihi ~ Kata Perenungan Master Cheng Yen.
Sebelum memilah sampah, para siswa SMP Tzu Chi diajak untuk menyanyikan lagu Bumi Bersih, dipimpin oleh relawan Tzu Chi.
Sebelum mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan, siswa-siswi SMP Tzu Chi juga diperkenalkan dengan Kelas Budi Pekerti Tzu Shao (setingkat SMP dan SMA) yang rencananya akan mulai diadakan di awal tahun depan.
Dalam sesi perkenalan mengenai Tzu Shao, relawan Tzu Chi, Mei Rong memulai perkenalan dengan memberikan informasi mengenai asal mula berdirinya Kelas Budi Pekerti Tzu Chi. Master Cheng Yen melihat banyaknya anak-anak muda yang bermasalah, kelas pendidikan budi pekerti ini diharapkan dapat mengurangi masalah-masalah tersebut dan membuat hidup orang tua dan guru menjadi lebih mudah.
Kelas pendewasaan diri Tzu Shao ini diharapkan perlahan tapi pasti membawa perubahan yang baik dalam perilaku dan karakter siswa, salah satunya adalah dengan menjadi pribadi yang bertanggung jawab pada diri sendiri melalui pelatihan diri dan kesabaran lewat kegiatan-kegiatan dalam Kelas Tzu Shao.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Bertanggung Jawab Pada Diri Sendiri dan Lingkungan
03 Desember 2019Sebanyak 473 murid SMP Tzu Chi Indonesia bergiliran setiap minggunya untuk memilah sampah di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Kegiatan ini salah satu cara menanamkan semangat melestarikan lingkungan dalam diri siswa.