Bertenggang Rasa Terhadap Sesama
Jurnalis : Paulina (Tzu Chi Tj Balai Karimun), Fotografer : Dwi Hariyanto, Vincent (Tzu Chi Tj Balai Karimun)Minggu, 7 Oktober 2018, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali mengadakan kegiatan rutin Kelas Budi Pekerti Xiao Tai Yang. Sekitar pukul 08.30 WIB, para Xiao Tai Yang telah memenuhi ruangan kegiatan.
Indonesia memiliki beragam suku, budaya, ras dan agama. Agar tidak terjadi perpecahan diperlukan sikap tenggang rasa terhadap sesama. Sikap ini perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak. Untuk itu pada kegiatan kelas budi pekerti kali ini, Minggu 7 Oktober 2018, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengambil tema Tenggang Rasa.
Sekitar pukul 08.30 WIB, anak-anak Xiao Tai telah memenuhi ruangan. Kegiatan diawali dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen dan Pembacaan Sepuluh Sila Tzu Chi. Setelah itu para Xiao Tai Yang memperagakan isyarat tangan “Xin Fu De Lian” yang membuat anak-anak menjadi lebih semangat. Setelah itu anak-anak menempelkan kata perenungan, kegiatan pun memasuki materi.
Sunaryo papa menyampaikan tema materi hari ini. “Apa itu sikap tenggang rasa?” tanya Sunaryo papa. Anak-anak pun menjawab dengan antusias. “Sikap bertenggang rasa adalah sikap saling menghormati satu sama lain terhadap orang-orang yang jauh maupun dekat,”jelas Sunaryo papa. “Hal yang dapat dilakukan untuk bertenggang rasa adalah berpikir sebelum berbicara, bersikap ramah, selalu menyapa orang dan tidak mengejek teman yang berbeda suku, ras dan bangsa,” lanjut Sunaryo papa.
Daai Mama meminta Xiao Tai Yang bernama Derren (kanan) untuk membaca kata perenungan yang akan ditempelkan.
Sunaryo papa pun menjelaskan arti dari tenggang rasa.
Bertenggang rasa sama halnya dengan toleransi dan hal itu dapat dilakukan di mana saja. Banyak sekali manfaat yang dapat kita rasakan jika kita saling bertenggang rasa terhadap sesama, seperti hidup rukun dan damai, saling peduli dan tercipta kesatuan. Bertenggang rasa tidak hanya saling menghormati terhadap sesama tetapi dapat menempatkan diri pada situasi yang dialami orang lain sehingga dapat ikut merasakannya.
Usai pemberin
materi, kegiatan pun memasuki sesi break,
sebelum makan, relawan mengajarkan tata krama praktisi Buddhis makan. Setelah memperlihatkan video tata krama makan dan
menjelaskan tata krama makan, anak-anak diminta untuk mempraktikannya. Setelah makan, pembagian hadiah juara pun diberikan
kepada anak-anak yang menang dalam lomba foto.
Terlihat pembagian hadiah kepada siswa-siswi yang menang dalam lomba foto. Pada lomba ini, foto-foto yang diposting dalam facebook (foto bersama Papa Mama) dengan likers terbanyak ialah yang menjadi pemenang.
Usai menonton video bencana alam yang terjadi di Sulawesi Tengah, para Xiao Tai Yang diminta merenungkan dan merasakan apa yang dirasakan oleh para korban bencana.
Setelah itu anak-anak dipersilahkan duduk kembali dan diperlihatkan video Bencana alam yang terjadi di Sulawesi tengah. Anak-anak yang melihat video tersebut merasa takut dan sedih hingga menangis. Setelah itu anak-anak diminta untuk merenungkan diri jika merasakan hal yang sama dengan korban bencana alam. Setelah merenung anak-anak pun ada yang menangis dan berharap bencana cepat selesai atau tidak terjadi lagi. Relawan meminta anak-anak untuk berbagi sedikit uang sakunya kepada para korban bencana palu. Anak-anak berbaris rapi dan berdana. Para orang tua juga antusias untuk ikut berdana, kegiatan pun diakhiri dengan doa bebas bencana dan bebas derita.
Xiao Tai Yang sangat antusias untuk berdana agar dapat membantu para korban bencana alam yang terjadi di Sulawesi Tengah. Tampak raut wajah mereka yang bahagia karna ingin membantu sesama.
Lissa, koordinator kegiatan Kelas Budi Pekerti mengajar salah seorang Xiao Tai Yang tentang tata krama makan Buddhis.
Dengan adanya pengajaran tentang tenggang rasa, relawan berharap para Xiao Tai Yang dapat bertenggang rasa dan bertoleransi terhadap sesama dan tidak membeda-bedakan suku, budaya, ras dan agama. Seperti yang tertuang dalam Kata Perenungan Master Cheng Yen bahwa “Cinta Kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.”
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Asyiknya Bekerja Sama
15 Desember 2016Ajaran Baru, Semangat Baru
23 Juli 2014Lingkungan yang baik dapat memberikan dampak positif bagi anak, sedangkan lingkungan yang kurang baik bisa berdampak buruk bagi kepribadian anak. Melalui lembaga Tzu Chi di Tanjung Balai Karimun ini diharapkan dapat membentuk karakter anak yang baik dengan adanya pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti harus ditanamkan sejak dini pada diri anak agar nantinya menjadi orang yang mempunyai pengetahuan yang didasari moral baik.