Bertumbuh dan Belajar Bersama di Kelas Budi Pekerti

Jurnalis : Rosy Velly Salim (He Qi Pusat) , Fotografer : Susi Christine, Deddy, Tania, Owen (He Qi Pusat)

Sebanyak 16 murid Tzu Shao sedang menyaksikan tayangan video inspiratif yang  berjudul pertobatan di masa muda.

Qǐ yÄ« niàn è, xiāo miè yÄ« qiè shàn. Qǐ yÄ« niàn shàn, pò chú bÇŽi zhÇ’ng è. Shàn è zhǐ zài yÄ« niàn jiān. (Munculnya sebuah niat buruk, menghapus segala kebaikan. Munculnya sebuah niat baik, menghapus segala benih kejahatan. Baik dan buruk hanya dibatasi oleh sebersit niat pikiran saja.)

Zuò hÇŽo shì bù néng shÇŽo wÇ’ yÄ«gè rén, Zuò huài shì bù néng duō wÇ’ yÄ«gè rén. (Sertakan Saya dalam perbuatan baik, jangan libatkan Saya dalam perbuatan jahat).

Adalah dua kalimat Kata Perenungan Jing Si yang diberikan kepada para murid Tzu Shao saat kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat pada Minggu pagi, 9 Oktober 2022.

Tzu Shao Men, sehelai daun dapat menutupi kedua mata kita. Begitu juga sebersit pikiran buruk dapat menutupi bumi kita. Bahkan membuat kita melihat dunia ini menjadi begitu buruk. Jangan biarkan sebersit pikiran buruk menutupi hidup kita ya. Air di lautan yang begitu luas, apakah bisa menengelamkan satu kapal kecil? Tidak bisa ya. Kecuali, Air tersebut masuk ke dalam kapal. Sama seperti jika kita membiarkan gosip, komentar negatif, hal-hal negatif mulai memasuki diri, maka kita akan tenggelam,” kata Asnan. memandu sesi Kata Perenungan Jing Si.

Dalam sesi games, tiap kelompok murid Tzu Shao akan mengunjungi untuk melihat jawaban murid lainnya dan berdiskusi dalam kelompoknya untuk memberikan pendapat yang dituliskan dalam secarik tempelan kertas berwarna.

Pembelajaran kelas Tzu Shao berlangsung sejak pukul 8.30 Pagi yang dibuka dengan pemberian penghormatan kepada Master Cheng Yen, pembacaan ikrar Tzu Shao dan drama pendek.

Ditunjang melalui pementasan drama, diharapkan para murid Tzu Shao menyerap materi dengan baik. Diceritakan terdapat seorang remaja yang kehilangan dompet dan ditemukan oleh remaja lainnya, terjadilah perdebatan antara pikiran baik dan buruk yang muncul di benak remaja penemu dompet tersebut. Dan, akhirnya pikiran baiklah yang berhasil dipertahankan sehingga remaja tersebut mengembalikan dompet kepada pemilik asli dompet tersebut. Ia pun mendapatkan hadiah karena ternyata dibaliknya merupakan aksi social experiment yang menguji kejujuran warga.

“Manusia selalu dihadapkan pilihan antara baik dan buruk. Jadi kesimpulan yang ingin disampaikan, berjalanlah di jalan yang baik dan lakukanlah hal yang baik maka akan membuahkan hasil yang baik. Seperti kata Master Cheng Yen, jika hal itu baik (benar), maka lakukanlah. Jangan ragu memilih jalan yang benar,”ujar Tirta, koordinator tim drama.

Harryson Layadi, menuliskan pendapatnya atas pertanyaan ; Apakah Kita bisa bergaul dengan lingkungan dan teman yang tidak baik, bersamaan juga kita bergaul dengan lingkungan dan teman yang baik ?.

Sementara itu, Harryson Layadi (14) rutin mengikuti kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat sedari tahun 2020. Kini di tahun 2022, Ia telah menginjak masa remaja awal dan masuk ke kelas Tzu Shao. Baginya berada di lingkungan Tzu Chi, senantiasa mendapatkan hal-hal yang baik dan berguna buat hidupnya.

“Setiap kali ke Tzu Chi, ada dapat kata perenungan yang bisa kita tulis, dan baca. Jika sedang sedih, bosan saya baca itu. Dulu saya jika berantem tidak mikir dua kali, semenjak mengikuti Tzu Chi saya merubah sikap jadi lebih bisa mengalah,” ungkapnya.

Isyarat tangan yang diperagakan dalam sesi break, membuat Harryson semakin memahami arti di setiap gerakan. “Dahulu lihat Mama, Papa gerakkan tangan begitu bisa tertawa. Sekarang sudah mengerti ternyata ada artinya,” ungkapnya.

“Kita harus berdiri tegak seperti bunga Teratai di atas lumpur. Yang tetap bersih dan bertumbuh walaupun di daerah berlumpur. Artinya, jika kita tinggal di lingkungan yang tidak bagus, banyak kriminal, harus menjaga diri sendiri dan tidak ikut terpengaruh, ”kata perenungan yang Harryson sukai.

Harryson bersama teman-teman sekelasnya dengan semangat menyerap materi pada Minggu tersebut, salah satunya materi yang disampaikan dengan bermain. Para murid Tzu Shao, akan menulis pendapatnya di tempelan kertas berwarna kuning (berarti setuju), biru (berarti tidak setuju) atas pertanyaan ; apakah kita bisa bergaul dengan lingkungan dan teman yang tidak baik, bersamaan juga kita bergaul dengan lingkungan dan teman yang baik ?. Kemudian, jawaban mereka akan ditempel di dinding dekat tempat duduknya.

“Setuju, karena kita dapat bergaul tetapi tidak mengikuti yang tidak baik. Sikap yang bisa kita lakukan adalah mengajarkan teman yang tidak baik menjadi baik, membuang kebiasaan buruknya,”jawaban yang ditulis oleh Harryson.

Ia pun teringat dengan pengalamannya yang bertemu teman sekelasnya yang autis (pindahan sekolah lainnya) yang seringkali mengajaknya bicara saat di kelas, dan topik pembicaraannya bukan materi pelajaran, terkadang memukul tanpa kejelasan, dan berteriak. “Saya tetap berteman dengannya, kalau ia memukul, sudah ditahan tidak dibalas dan usahakan bantu ia belajar,” ungkapnya.

Maria Fintje mengajak murid Tzu Shao dengan tema satu orang satu kebajikan (YÄ« rén yÄ« shàn) dengan program makan berbasis nonhewani (vegetarian).

Bagi Vimala Kumari Ng (15), pembawaan materi dalam kelas bimbingan budi pekerti menarik dan bagus. “Seperti biasanya, kelasnya menarik. Ada games, kuis dan saya terkesan dengan video yang berjudul Gift. Menceritakan seorang ayah yang miskin tetapi hatinya kaya dan  membuat anaknya terharu dan bangga atas yang dilakukan ayahnya. Saya jadi semakin tergerak untuk berbagi, walaupun sedikit tetapi akan lakukan setiap hari. Seperti semangat celengan cinta kasih. Dana kecil, amal besar,” ujarnya.

Anak dari relawan Tzu Chi (Carrolyn H. Thio) yang kerap dipanggil Noni ini telah ditanamkan sejak dalam kandungan pola makan berbasis non-hewani. Sejak usianya 5 tahun pula, telah dikenalkan semangat berbuat kebaikan dengan menyisihkan uang setiap harinya di celengan cinta kasih. “Yang menyentuh saya, salah satunya teladan Shigong Shang Ren. Sehari tidak bekerja, sehari tidak makan. Yang terdapat semangat berjuang, bekerja keras,” tutur Vimala.

Di penghujung kelas Tzu Shao, penyampaian materi diberikan oleh Maria Fintje, mengajak para murid Tzu Shao mempraktikkan satu orang satu kebajikan (YÄ« rén yÄ« shàn).

Vimala, turut memberanikan diri berbagi mengkampanyekan pola makan vegan saat ditunjuk oleh Maria Fintje (Koordinator kelas bimbingan budi pekerti). “Saya sangat bersyukur dapat mengikuti kelas budi pekerti He Qi Pusat. Selalu diingatkan untuk hal-hal yang baik, contohnya bervegetarian. Belakangan ini baru tersadarkannya untuk menjadi Vegan. Kasihan hewan dikorbankan hanya untuk makan kita, begitupula dari kerusakan lingkungan yang sudah darurat. Semoga lebih banyak lagi yang melakukan kebajikan, terutama Vegan. Cinta kasih yang terkumpul dapat menghangatkan dunia,” harapannya.

“Saya mengharapkan anak-anak kita, dapat membawa budi pekerti yang telah ditanamkan sejak dini dapat diterapkan dalam bermasyarakat, lingkungan keluarga, dan bersama teman-teman mereka. Shang Ren, mau kita mensucikan hati manusia, dengan bertambahnya satu orang baik maka bertambah pula satu kebaikan,”harapan Maria Fintje.

Sebanyak 16 murid Tzu Shao melakukan dokumentasi bersama di penghujung kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat.

Kelas pada Minggu, 9 Oktober 2022 ini berlangsung hingga pukul 11.30 siang, dengan ditutup melantunkan doa bersama dan pemberian penghormatan kepada Master Cheng Yen.

Editor: Khusnul Khotimah  

Artikel Terkait

 Mendidik Generasi Bangsa untuk Saling Mengasihi dan Merespon dengan Baik

Mendidik Generasi Bangsa untuk Saling Mengasihi dan Merespon dengan Baik

30 Agustus 2023

Kelas Budi Pekerti di Komunitas He Qi Pusat selalu memberikan materi-materi yang sungguh bagus. Seperti kali ini, murid-murid belajar tentang cara merespon perkataan kurang baik dari orang lain dan juga tentang pentingnya saling mengasihi.

Menanam Kebajikan di Usia Dini

Menanam Kebajikan di Usia Dini

12 Februari 2019
Pada kelas Budi Pekerti, pemahaman mengenai membangun moral yang lebih baik diterapkan secara mendalam agar anak-anak mempunyai bekal dalam menjalani kehidupannya di masa mendatang. Kelas Budi Pekerti pada 10 Februari 2019, yang diikuti oleh 23 siswa di Bandung juga mengajarkan hal tersebut.
Menumbuhkan Benih Budi Pekerti

Menumbuhkan Benih Budi Pekerti

25 Februari 2015 Pagi itu di Minggu kedua Desember 2014, sedikit berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, karena kegiatan Qin Zi Ban (kelas Budi Pekerti) diadakan lebih awal dari yang seharusnya di minggu keempat.
Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -