Seluruh peserta kelas budi pekerti Xiao Tai Yang memperagakan isyarat tangan dengan kompak dan semangat.
Menjadi orang tua di era teknologi yang serba online adalah tantangan besar. Dengan adanya akses internet sejak usia dini, semakin sulit menyaring konten yang dilihat anak dan memantau interaksi anak di internet. Akibatnya, anak-anak terpengaruh dari segi tutur kata maupun perilaku oleh konten negatif.
Menjawab hati para orang tua yang khawatir karena permasalahan ini, Lissa dan Megawati punya solusi yang seru dan menyenangkan! Lissa dan Megawati selaku koordinator dan wakil koordinator Kelas Budi Pekerti Xiao Tai Yang Tzu Chi Tanjung Balai Karimun membawa materi “Aku Bisa Berucap Baik!”
Minggu pagi yang cerah, 8 September 2024, diwarnai dengan semangat belajar dan keceriaan anak-anak di Kelas Budi Pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun, sebanyak 70 orang memenuhi ruangan. Di bawah koordinasi Lissa, kelas yang dimulai pukul 09.00 WIB ini sukses memikat perhatian para peserta muda dengan berbagai kegiatan edukatif dan menyenangkan. Kemudian, giliran Megawati yang menyampaikan materi.
Lewat kelas budi pekerti, anak-anak menjadi pribadi yang percaya diri dan berani maju ke depan kelas atas kemauan sendiri.
Anak-anak dengan antusias menerima lembaran kata perenungan yang dibagikan oleh Lissa dalam pertemuan ini.
“Anak-anak zaman sekarang sering menggunakan tutur kata yang tidak baik karena pengaruh media sosial, dan juga terkadang anak anak merasa keren dengan tutur kata yang diucapkan padahal kata tersebut tidak keren dan kasar,” ujar Megawati.
Teguran juga diberikan kepada anak-anak Megawati mendengar mereka mengucapkan kata-kata yang tidak baik, karena terkadang mereka tidak menyadari bahwa kata yang mereka ucapkan tidak sopan. Megawati berharap dengan menyampaikan materi ini, anak-anak kelas budi pekerti dapat bertutur kata dengan bahasa baku yang baik dan benar.
Megawati mempersilahkan seorang siswi menceritakan kembali apa yang dipelajari dari animasi edukasi kali ini yang berjudul “Akibat Berbohong”.
Anak-anak dan DAAI Mama memperlihatkan tangan yang telah dibersihkan sebelum menyantap makanan lezat yang dihidangkan.
Anak-anak diajarkan untuk merenungkan kata-kata Master Cheng Yen, bahwa hati yang baik saja tidak cukup untuk menjadi orang baik, perlu dibarengi tutur kata dan perilaku yang baik juga. Mereka juga diperkenalkan melalui lagu dan animasi yang menggambarkan dampak negatif dari berkata kasar dan berbohong, seperti perasaan berdebar-debar dan tidak tenang karena merasa bersalah, dijauhi oleh teman-teman, dan tidak dipercayai. Anak-anak diminta untuk melakukan 5S yaitu Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun.
Kelas budi pekerti merupakan salah satu program unggulan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Program ini diharapkan dapat menjadi wadah bagi anak-anak tingkat sekolah dasar untuk belajar tentang nilai-nilai luhur dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah makan, anak-anak diajak untuk bermain dengan riang gembira oleh para DAAI Mama.
Lissa (41), sosok yang penuh dedikasi dan semangat, berupaya menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan inspiratif. Sejauh ini, respon orang tua sangatlah positif, banyak yang menceritakan bahwa anak-anaknya menjadi pribadi yang sopan, peduli, dan rajin membantu pekerjaan rumah. Anak-anak yang sebelumnya dikenal nakal juga bisa berubah menjadi baik dan berprestasi.
"Kami ingin anak-anak di Tanjung Balai Karimun tumbuh menjadi pribadi yang berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, dan memiliki kepedulian terhadap sesama," ucap Lissa.
“Jadilah orang yang tulus dan berperilaku benar, berkeyakinan, dan jujur.” (Kata Perenungan Master Cheng Yen)