Bervegetarian Itu Mudah

Jurnalis : Chandra Wijaya, Fotografer : Chandra Wijaya
 
 

fotoBerbekal 3 menu andalan, relawan Tzu Chi Makassar melayani para pengunjung Vegetarian Food Festival di La Piazza Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Hari Minggu pukul 08.00 pagi tanggal 10 April 2011, ruangan La Piazza, Mal Kelapa Gading yang luas telah terlihat ramai dengan para pengunjung. Di ruangan itu terdapat banyak sekali stan makanan dan minuman.  Satu yang menarik dari stan-stan itu adalah semua makanan yang ditawarkan kepada para pengunjung tidak mengandung daging alias vegetarian.

Acara itu merupakan Vegetarian Food Festival, sebuah acara yang rutin diadakan setiap tahun oleh relawan komunitas Tzu Chi di He Qi Timur. Acara ini bertujuan tak sekadar mengggalang dana untuk amal sosial, tetapi juga sekaligus mensosialisasikan serta mengajak para pengunjung untuk memulai pola hidup vegetarian.

Berbagai makanan khas daerah terdapat di festival ini, namun ada satu stan yang tampil beda. Stan itu menyediakan makanan khas Kota Makassar. Tak hanya itu relawan yang berjualan juga datang jauh-jauh dari Makassar. Sebanyak 10 relawan Makassar jauh-jauh dari kampung halamannya datang ke Jakarta untuk turut berpartisipasi dalam festival kali ini.

Bagi relawan Makassar ini bukanlah kali pertama mereka turut serta dalam Vegetarian Food Festival. Ini adalah keikutsertaan mereka untuk yang ketiga kalinya. Untuk festival kali ini, menu yang disediakan pun berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun-tahun sebelumnya menyediakan 1-2 menu, untuk tahun ini mereka menyediakan 3 menu: Coto Makassar, Nasi Campur dengan 4 macam lauk, dan Pisang Epe dengan gula merah ditambah durian. Bagi pengunjung yang menyukai durian, tentu pisang epe itu menjadi makanan penutup yang tak terlewatkan. Agar rasa makanan sama seperti yang ada di Makassar, semua bahan-bahan yang digunakan dibawa langsung dari sana, seperti pisang misalnya. “Supaya lebih meyakinkan dan pas,” tutur Henny Laurence, salah satu relawan Tzu Chi Makassar.

Relawan Makassar terlihat tak kenal lelah saat mempersiapkan menu, menghidangkan, dan melayani para pengunjung dengan wajah tetap tersenyum hangat. “Kita mau memperkenalkan makanan khas dari Makassar, jadi menu khas Makassar pun bisa vegetarian. Dengan ini kita juga bisa merasakan kekompakkan dan capek sama-sama,” tambah Henny Laurence mengungkapkan perasaannya.

foto  foto

Keterangan :

  • Sejak berusia 12 tahun, Connie (kaus abu-abu) telah bervegetarian setelah ia menyaksikan film berjudul Sheng Ming De Na Han yang berarti Jeritan Semua Makhluk. "Hen khe lian (sangat kasihan),” ungkapnya singkat. (kiri)
  • Agar festival ini tidak lagi menghasilkan sampah baru, panitia pun menggunakan wadah makanan yang dapat dipakai berulang kali. (kanan)

Berawal dari Sebuah Tayangan
Seringkali banyak orang memiliki pemikiran yang salah mengenai vegetarian, seperti bervegetarian dapat membuat tubuh lemas, kurus, kurang gizi, kurang vitamin, dan bervegetarian itu sulit diterapkan. Semua pemikiran itu tidak menjadi masalah ataupun kendala bagi Connie Gan, salah satu relawan yang membuka stan dengan menu andalannya Rattatouile (Roti Ala Perancis). “Semua bahan-bahan yang digunakan mudah dan untuk bervegetarian itu tidaklah sulit, tidak harus makanan daging imitasi serta menu juga gampang dimasak,” tutur Connie dalam bahasa Mandarin yang mengatakan bahwa dia juga bukanlah seorang yang pintar memasak.

Saat ini Connie yang tinggal dengan salah satu relawan senior di He Qi Timur sedang menikmati masa-masa liburan sambil menunggu visa Taiwannya keluar. Ia pun memanfaatkan liburannya dengan turut serta berpartisipasi membuka stan sendiri. “This is the first time, merasa terharu dengan banyak pengunjung dan yang terpenting bukan makanan, tetapi sukacitanya dalam bersumbangsih. Satu hari terdiri dari 3 kali makan, dengan adanya kegiatan ini maka dapat mengubah dunia ini menjadi lebih baik,” ujarnya.

Tak hanya itu, Connie pun menjelaskan bahwa tujuannya ikut dalam kegiatan ini tak hanya ingin menggalang dana amal sosial, tetapi juga mengajak orang untuk menerapkan pola hidup vegetarian. Bahwa pemikiran negatif orang awam tentang vegetarian kebanyakan tidaklah benar. Seperti dibuktikan Connie yang telah bervegetarian sejak berusia 12 tahun. Setelah menyaksikan sebuah video dari Tzu Chi yang berjudul “Sheng Ming De Na Han“ yang berarti “Jeritan Semua Makhluk”. Saat itu ditayangkan, bagaimana perjuangan sebuah hidangan daging hewan yang tertata di atas meja makan mulai dari yang awalnya berupa telur, kemudian tumbuh menjadi hewan dewasa dan kemudian disembelih dengan penuh jerit. “Hen khe lian (sangat kasihan),” ungkap Connie singkat.

foto  foto

Keterangan :

  • Para anggota Tzu Ching juga tak ketinggalan berpartisipasi dalam festival ini. (kiri)
  • Dalam bazar vegetarian ini, para pengunjung juga ada yang menggoreskan tekad dan doa mereka di selembar kertas tekad yang tersedia di sana. (kanan)

Sejak menyaksikan tayangan itu, kakak Connie mengajak kedua adiknya (termasuk Connie) untuk mulai bervegetarian. Namun jalan untuk bervegetarian pun tak semudah yang mereka bayangkan. Nenek Connie tidak setuju kalau ketiga cucu bersaudara ini bervegetarian. “Dengan bervegetarian kalian tidak mendapat vitamin atau gizi,” kata Connie menirukan kembali alasan sang nenek melarang mereka. Namun, Connie dan saudaranya terus melanjutkan niat bervegetarian dan terus membujuk sang nenek untuk ikut bervegetarian. Upaya mereka kemudian berhasil karena sekitar 2-3 tahun yang lalu nenek mereka juga telah bervegetarian setelah rutin menyaksikan program wejangan Dharma dari Master Cheng Yen di Da Ai TV Taiwan. Hal itu membuktikan bahwa sebenarnya dalam diri setiap orang terdapat benih cinta kasih yang siap untuk dibangkitkan. Tetesan demi tetesan air Dharma yang diterima oleh nenek mereka telah membangkitkan cinta kasih di hatinya.

Pertobatan Besar
Dalam festival ini, relawan dan pengunjung juga tiga kali melakukan doa bersama. Pertama pada pagi hari pukul 08.00, kedua pukul 12.30, dan sore hari pukul 15.00 WIB. Selama 10 menit semua aktivitas dihentikan. Semua relawan dan pengunjung hening sejenak. Mereka beranjali dan melantunkan lagu Qi Dao (Doa). Di akhir video Qi Dao muncul sebuah tulisan 大懺悔 (da chan hui) yang memiliki arti Pertobatan Besar.

Di awal tahun 2011 ini telah terjadi bencana besar yang melanda beberapa negara di dunia, salah satunya Jepang yang terkena gempa dan tsunami. Oleh sebab itu Master Cheng Yen selalu mengimbau semua orang di dunia untuk melakukan pertobatan dalam setiap wejangan Dharmanya.  Master Cheng Yen juga mengimbau semua orang untuk giat melakukan kebajikan dan mengendalikan diri (Zhai Jie). Zhai Jie itu dapat diterapkan dengan mengendalikan pikiran, ucapan dan perbuatan. Hal sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan mengendalikan nafsu diri sendiri untuk tidak memakan daging (vegetarian).

Dalam wejangan Dharma tanggal 11 April 2011 lalu, Master Cheng Yen mengatakan bahwa adanya satu pikiran buruk dapat menghapuskan sebuah perbuatan baik walau sebelumnya telah berencana untuk melakukan perbuatan baik. Namun karena satu pikiran buruk saja semuanya menjadi terhapus. Oleh karena itu, sudah saatnya kita bersama-sama melakukan pertobatan besar dengan memulai dari hal yang paling sederhana yaitu bervegetarian. Dengan kita bervegetarian berarti kita telah mampu mengendalikan nafsu keinginan diri sendiri untuk tidak mengonsumsi daging.

  
 

Artikel Terkait

Setetes Darah, Setetes Harapan

Setetes Darah, Setetes Harapan

31 Desember 2009 Dalam rangka mendukung peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Dinas Sosial yang jatuh pada tanggal 19 Desember 2009, Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Batam bekerja sama dengan Dinas Sosial Kepulauan Riau dan Hipenca (Himpunan Penyandang Cacat) mengadakan acara donor darah di salah satu mal terbesar di Batam.
Berbagi Cinta Kasih untuk Warga Kampung Sumur

Berbagi Cinta Kasih untuk Warga Kampung Sumur

10 November 2022

Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas menyalurkan cinta kasih untuk warga Kampung Sumur, Klender, Duren Sawit, Jakarta Timur, Sabtu (5/11/2022). Relawan menyalurkan beras 300 paket dan 500 paket makan siang. 

Menjaga dan Melayani Orangtua

Menjaga dan Melayani Orangtua

14 September 2011
Setibanya di panti, para relawan mendapat sambutan hangat dari opa dan oma yang sudah menunggu kehadiran mereka. Rasa rindu pun terobati setelah empat bulan lamanya para relawan tidak mengunjungi opa dan oma.
Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -