Biarkan Foto Berbicara

Jurnalis : Yuliawati Yohanda (He Qi Tangerang), Fotografer : Bobby (He Qi Barat 1), Wanda Pratama (He Qi Tangerang)
Para peserta dengan antusias menyimak setiap materi yang diberikan. Mayoritas mereka membawa kamera dan smartphone andalannya untuk digunakan dalam sesi praktik.

Hari Sabtu pagi yang cerah, tanggal 20 Mei 2023, para relawan dari berbagai wilayah Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi) mulai berdatangan ke Ruang Xi She Ting Lantai 1, Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Acara dibuka oleh Agus DS., relawan Zhen Shan Mei dari komunitas He Qi Barat yang menjadi pembawa acara. “Jangan biarkan foto setelah diambil terlewat dan berlalu begitu saja karena tanpa keterangan yang jelas, jadi yang melihatnya bingung, ini foto siapa ya? dimana ya? Foto tentang apa yah? Kegiatan apa yah? Oleh sebab itu tema Biarkan Foto Berbicara sangat pas untuk training hari ini,” kata Agus membuka acara, sekaligus memperkenalkan James Yip, relawan Zhen Shan Mei yang menjadi pemateri kali ini. 

“Percaya tidak jika Foto Bisa Berbicara? Bagaimana bisa membuat foto bisa berbicara?” kata James membuka materi dengan pertanyaan meyakinkan ini. Jawabannya adalah bisa, sebuah foto bisa berbicara jika diambil dalam momen yang tepat, kemampuan fotografer dan alat yang baik, serta kesungguhan hati yang mengabadikannya (fotografer).  Menurut James, setidaknya ada tiga unsur penting dalam pengambilan foto yang baik: cahaya (lighting), peralatan (kamera/gadget) yang digunakan, dan orang di belakang alat.

Ada 75 orang peserta yang mengikuti pelatihan foto ini, dimana mereka merupakan relawan Tzu Chi yang aktif di berbagai misi.

Relawan Zhen Shan Mei diharapkan dapat menghasilkan karya-karya foto yang baik, humanis, dan menyentuh, dengan menggunakan kamera DSLR, Mirrorless, dan bahkan smartphone. Apalagi saat ini fitur kamera di smartphone juga sudah canggih dan setara dengan kualitas kamera foto.

Ada dua unsur yang bisa membuat foto terlihat menarik, yaitu foto dengan unsur gelap maupun terang, juga relasi antara Aperture, Shutter Speed dan Iso. Bagaimana membuat foto menjadi tajam atau tidak blur maka kecepatan tangan mengklik/shoot harus ditingkatkan. Jika speed rendah atau semakin lama untuk shoot maka hasil semakin goyang dan foto menjadi buram. Jika mau wajah dari obyek foto yang akan diambil terang maka kita harus klik (titik fokus) di bagian wajahnya sehingga menjadi terang hasil fotonya. James Yip juga mengajarkan sudut atau angle pengambilan foto: Low Angle, Eye Level, High Angle. Relawan yang sudah bergabung di Tzu Chi sejak tahun 2014 ini juga menjelaskan tentang cara atau variasi pengambilan gambar dengan Long Shot, Medium Shot dan Close Up.

James Yip, relawan ZSM (Dokumentasi) Tzu Chi yang sudah 9 tahun lebih turut merekam jejak insan Tzu Chi Indonesia kini berbagi pengetahuan dan pengalamannya kepada relawan lainnya.

“Seorang fotografer harus lebih peka terhadap lingkungan sekitar, lebih bisa melihat dengan detail, dan merasakan lebih dalam. Dalam mengambil foto juga harus dapat feel-nya, dapat ceritanya, harus ada pesan yang akan kita sampaikan dari foto tersebut dengan tetap memperhatikan komposisi dan enak dipandang atau berbudaya humanis,” terang James, “foto yang baik itu tidak ada setting-an, sehingga feel-nya dapat. Ini menggambarkan ketulusan atau kesungguhan hati fotografer dalam mengabadikan momen.”

James menambahkan, “Foto itu adalah bentuk komunikasi visual tanpa kata seperti senyum bahagia, tangis haru dan ekspresi lainnya, dan merupakan momen yang tidak setiap saat terulang lagi.”

Binawan Tandanu yang juga Koordinator Zhen Shan Mei He Qi Tangerang menjelaskan tentang Etika dan Budaya Humanis dalam pengambilan gambar di Tzu Chi.

Sesi berikutnya dilanjutkan oleh Binawan Tandanu relawan dari He Qi Tangerang. Binawan menjelaskan tentang Etika atau Tata Krama Pengambilan Foto di Tzu Chi yaitu harus mengandung unsur Zhen (Benar), Shan (Bajik) dan Mei (Indah) atau lebih dikenal dengan Budaya Humanis Tzu Chi seperti menghormati keinginan orang yang akan dipotret dan tidak memotret secara berlebihan. Jika ingin mengambil gambar penerima bantuan Tzu Chi juga harus meminta izin dahulu dan tanpa menyinggung perasaannya. Kemudian foto-foto yang sifatnya pribadi (luka atau kekurangan fisik lainnya) diambil hanya untuk kepentingan internal Tzu Chi, yaitu saat dilakukan meeting untuk menentukan apakah calon pasien ini layak dibantu atau tidak.

“Jika mengambil foto di rumah sakit juga harus meminta izin terlebih dahulu dari pihak rumah sakit atau penyelenggara baksos kesehatan, wajib memakai pakaian untuk di ruang operasi, tidak terlalu lama di ruang operasi, mengambil foto seperlunya dan jangan terlalu dekat,” terang Binawan, “yang terpenting (kita) mendapatkan ekspresi (senyuman, rasa haru), sentuhan (Interaksi rangkulan yang menenangkan), Budaya Humanis (kerapihan, keseragaman) dengan tetap memperhatikan unsur Gan En Zun Zhong Ai (bersyukur, menghormati, dan cinta kasih.”

Sesi praktik dilakukan dengan bantuan dari relawan Tzu Chi di misi amal yang menggambarkan suasana saat survei dan kunjungan kasih.

Suasana praktik seolah-olah bagaikan dalam kunjungan kasih sebenarnya, karena para relawan ini mempersiapkan kostum dan peralatan dengan lengkap.

Setelah mendengarkan materi, selanjutnya para peserta melakukan praktik foto. Para peserta pelatihan dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 10 orang. Mereka diminta mengambil foto saat kegiatan kunjungan kasih ataupun melakukan survei ke rumah penerima bantuan Tzu Chi.  Acara ini menjadi menarik dan terasa lebih “hangat” karena para penerima bantuan dan keluarganya ini diperankan oleh relawan yang aktif di Misi amal.

Stephen Ang, Ketua He Xin Zhen Shan Mei Indonesia saat me-review foto-foto relawan dalam sesi praktik.

Selesai Praktik, Stephen Ang selaku Ketua He Xin Zhen Shan Mei (ZSM) membahas beberapa foto yang telah diambil para peserta training.  Diantaranya membahas tentang posisi fotografer sangat berpengaruh untuk angle yang sempurna. Jika ada yang kurang berbudaya humanis segera dibahas agar pada saat terjun langsung ke “medan” yang sebenarnya, tidak melakukan kesalahan lagi terkait dengan Budaya Humanis Tzu Chi. “Sebisa mungkin tidak ada editan karena sudah tidak Zhen (Benar) kalau crop masih boleh karena untuk memotong ruang yang terlihat kosong. Harus sering praktik agar lebih memahami lagi,” kata Stephen mengulas foto-foto yang dihasilkan para peserta.

Ronald, peserta pelatihan dari He Qi Tangerang merasa senang dapat mengikuti pelatihan ini karena mendapatkan pengetahuan tentang pengaturan standar pada kamera baik kamera digital dan kamera handphone.

Tiga jam lebih pelatihan berjalan dengan sukses dan lancar. Ada 75 orang peserta yang mengikuti pelatihan ini. Acara di tutup dengan pesan cinta kasih dari Ketua He Xin ZSM He Xin Stephen Ang, Kita harus Ren Ren Zhen Shan Mei karena kita tidak lepas dari sejarah. Sejarah itu sengat penting, karena kalau tidak ada bagaimana mewariskan kepada anak muda sebagai generasi penerus. Setiap Misi butuh ZSM, masyarakat juga bisa mengetahui tidak hanya sekedar mengetahui, tetapi mengajak lebih banyak orang lagi  untuk berbuat kebajikan. Bagaimana caranya? Apa yang cepat? Yaitu melalui Media seperti DAAI TV, website dan medsos (Tzu Chi). Zhen Shan Mei selalu menebarkan Kebenaran, Kebajikan dan Keindahan…Setuju?” tanya Stephen, yang langsung disambut para relawan lainnya, “Setuju!” Tepuk tangan pun bergemuruh menutup kegiatan pelatihan siang itu.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Mengasah Potensi Sembari Membagikan Momen

Mengasah Potensi Sembari Membagikan Momen

03 Mei 2019

Pelatihan perdana di kota ber-icon Suro dan Boyo ini dibawakan langsung oleh Tim Pengembangan Relawan Zhen Shan Mei Tzu Chi Indonesia yakni Henry Tando, Erli Tan, dan Teddy Lianto. Bertempat di Ruko Mangga Dua, Kantor Tzu Chi Surabaya, pelatihan ini diselenggarakan dari tanggal 27-28 April 2019.

Memperkenalkan Seni Mendokumentasikan Kebaikan

Memperkenalkan Seni Mendokumentasikan Kebaikan

07 November 2023

Dengan semakin beragamnya kegiatan, tentu dibutuhkan lebih banyak relawan untuk mendokumentasikan dan menyebarkan kebaikan. Karena itu, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengadakan pelatihan penulisan artikel dan foto.

Pelatihan Zhen Shan Mei: Setiap Sejarah

Pelatihan Zhen Shan Mei: Setiap Sejarah

26 Februari 2014 Pelatihan ini dimaksudkan agar terbentuknya satu tim relawan Zhen Shan Mei di setiap Hu Ai  yang menguasai bidang foto, artikel, video, dan skrip video. Selain itu melalui pelatihan ini juga  diharapkan agar pencatatan dan dokumentasi sejarah Tzu Chi Indonesia menjadi semakin lengkap.
Tak perlu khawatir bila kita belum memperoleh kemajuan, yang perlu dikhawatirkan adalah bila kita tidak pernah melangkah untuk meraihnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -