Bibit Bermutu untuk Para Petani
Jurnalis : dok.Tzu Chi, Fotografer : dok.Tzu ChiRelawan Tzu Chi Myanmar menyiapkan benih padi yang akan dibagikan kepada para petani yang mengalami gagal panen akibat banjir (19/09/2015.)
“Jika Tzu Chi tidak menyediakan bibit beras, saya akan menanam polong Tapi saya perlu juga mengambil pinjaman yang berbunga,” kata Umiun, petani Myanmar, menyuarakan kepeduliannya. Myanmar sudah menderita banjir selama bertahun-tahun dan banyak daerah hasil panen dimusnahkan, menyebabkan para petani mengalami kerugian yang sangat besar.
Tahun ini topan Monsoon yang tidak biasa dan lebat selama 2 bulan mengakibatkan banjir di berbagai wilayah. Kehancuran tersebut membuat para petani berada dalam situasi yang luluh lantak. Dalam rangka membantu memulihkan mereka, Tzu Chi bekerja sama dengan Menteri Pertanian mendistribusiakan bibit beras kepada lebih dari 7.000 petani di Taikyi, Yangon. Sewaktu mengunjungi rumah mereka, para relawan berjalan di atas jalanan berlumpur.
Tzu Chi melanjutkan distribusi bibit beras kepada para petani sehingga mereka dapat mulai menanam beras lagi secara bersama-sama. Banyak petani yang mengalami kesulitan keuangan. Mereka bergantung sepenuhnya pada hasil panen untuk mendukung keluarganya dan membayar hutang yang mereka pinjam dari pemerintah. Banjir membuat mereka dalam situasi yang pelik.
Menanti bibit-bibit beras tumbuh
Selama masa pemulihan pascatopan Nargis pada tahun 2008, para relawan mengetahui masalah hutang yang melilit para petani. Oleh karena itu , para relawan mulai mendistribusikan bibit dan pupuk, untuk membantu petani keluar dari jerat kemiskinan. Jika mereka memberi pupuk pada ladang padi secara menyeluruh maka mereka dapat memiliki harapan untuk meningkatkan hasil panen mereka.
Sulit sekali untuk berkunjung ke Kota Taikyi. Setiap rumah terpisah satu sama lain oleh ladang padi yang luas. Para relawan harus naik motor dan berjalan di atas tanah berlumpur demi mencapai setiap rumah. Setelah menerima bibit, petani Umiun berkata bantuan tersebut datang tepat pada waktunya. Kalau Tzu Chi tidak memberi bibit beras, ia mungkin memilih menanam polong. Tapi ini perlu pinjaman, dan ia tidak dapat memastikan berapa banyak ia memperolah hasil panen karena ia hanya terbiasa menanam beras.
Para petani segera bersiap menanam bibit-bibit tersebut. Ununwu, petani lainnya mengatakan, “Saya menerima 10 kantong bibit beras. Setelah pembibitan, dua hari kemudian baru bisa ditanam. Pertama-tama bibit beras perlu direndam dalam air dan dijemur sehingga akan cepat berkecambah.” Agar benih cepat tumbuh, dibutuhkan bibit beras yang sangat berkualitas. Ununwu mengatakan ia tidak akan menaruh seluruh benih ke dalam air karena lumpur di dalam bungkusan akan memengaruhi kualitas kecambah. Sewaktu ia memisahkan bibit di atas tanah, wajahnya diliputi keceriaan.
Langkah Awal Bercocok Tanam
Sewaktu bibit bertunas, mereka membawa harapan baru bagi warga Kota Taikyi. Para petani mampu membayar pinjaman pemerintah sebelum bulan Maret. Ketika para relawan melihat para petani mulai membajak ladang setelah banjir surut, para relawan merasa sangat gembira dan keletihan mereka sekejab sirna.
Myanmar mempunyai pengalaman banjir bertahun-tahun, sehingga para petani mengalami gagal panen.
Untuk mengatasi masalah ini, Tzu Chi bekerja sama dengan Menteri Pertanian Myanmar dalam pembagian bibit ini. Ununwu berkata, ”Saya siap memetik bibit kecambah yang saya peroleh dari Tzu Chi. Itu akan menjadi panen terbesar dan saya berharap tiada lagi banjir.
Sumber: www.tzuchi.org
Penerjemah: Susy Grace Subiono
Penyelaras: Hadi Pranoto
Diterjemahkan oleh : Susy Grace Subiono