Bingkisan yang Berharga

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Yuliati

Sebelum warga mengambil paket bantuan, relawan Tzu Chi melakukan pendataan dan membagikan kupon kepada warga korban kebakaran pada tanggal 10 Maret 2015.

“Terima kasih ya bu, terima kasih,” ucap seorang wanita berpakaian baju terusan motif kembang dengan jilbab abu-abu kepada relawan usai keluar dari tenda Tzu Chi.  Wanita itu adalah Nariyah (53). Rasa sedih masih membekas pada wajah ibu dua anak ini setelah apa yang dialaminya. Rumah satu-satunya yang dijadikan sebagai tempat berkumpul bercengkrama bersama keluarga ludes dilalap si jago merah akibat hubungan arus pendek (korsleting) listrik pada 5 Maret 2015. Ia tinggal bersama dua anaknya dan keluarga keponakannya yang hijrah ke Jakarta. Meskipun tempat tinggalnya hanya memiliki dua ruangan kecil yang dihuni sebanyak enam orang, namun mereka bisa hidup bersama baik suka maupun duka.

Ketika kebakaran terjadi, Nariyah bersama keluarganya sedang tidak di rumah. Terlebih posisi rumahnya yang tepat berada dibelakang rumah yang menjadi pusat api berasal. “Saya nggak di rumah, karena saya ada ponakan kawinan. Tiba-tiba saya datang ada asap tebal, kita tidak boleh masuk,” ujar Nariyah. Ia pun tidak bisa menyelamatkan barang ataupun surat berharga apapun. Nariyah dan keluarganya hanya bisa pasrah dengan keadaan, dan mereka tinggal di tenda pengungsian. “Ini kebakaran yang pertama saya rasakan selama 10 tahun tinggal di sini, dulu pernah kebakaran tapi api nggak sampai ke rumah,” kenang Nariyah. Dua hari setelah kebakaran, Nariyah dan keluarganya meninggalkan tenda pengungsian dan kembali ke rumah yang hanya tersisa tembok-temboknya saja. “Kontrakan di sini mahal, saya tidak bisa ngontrak. Saya minta terpal untuk dijadikan atap, kami tinggal di rumah,” akunya.

Pascakebakaran, Nariyah baru menerima bantuan nasi kotak dari PMI DKI Jakarta, bantuan mi instan, dan pakaian layak pakai dari para dermawan. Namun setelah mendapatkan bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi, Nariyah dan keluarganya sangat bergembira menerima sebuah container berisi perlengkapan mandi, selimut, sarung, pakaian, sandal, dan sebuah ember yang berisi 4 botol air mineral 600ml. “Alhamdulilah girang banget. Ini ada sendok enam biji dan tiga mangkok dikasih sama saudara. Ya Allah dek, penting banget (paket) ini. Terima kasih atas bantuannya,” ungkapnya sambil menunjuk paket Tzu Chi.

Nariyah (jilbab) bersama keponakannya, Syafi’i dan keluarganya mengaku bahagia mendapat paket dari Tzu Chi. Menurut Nariyah, paket ini sangat berharga bagi dirinya dan keluarga.

Ratusan rumah ludes dilalap si jago merah dalam sekejab. Hanya tersisa tembok dan puing-puing yang sebagian menjadi abu. Warga sudah mulai membersihkan puing-puing dan abu bekas kebakaran di rumah masing-maisng.

Nariyah yang sehari-hari hanya menjadi ibu rumah tangga ini bingung dengan kondisi yang menimpanya. “Saya mikir, yang buat bangun (rumah) lagi apa gitu. Nggak tahu nanti bangun pakai apa, belum ketahuan dana. Saya nganggur karena sakit,” ungkapnya yang kental logat Madura. Nariyah memang mengidap penyakit kencing manis. Ia hanya bisa bergantung pada putrinya yang bekerja di pertokoan di pasar Tanah Abang. Terlebih lagi putra bungsunya mengalami keterbelakangan mental.

Keponakan Nariyah, Syafi’i yang setiap harinya menjadi pedagang keliling sate khas Madura juga mengucap syukur atas bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi kepada Nariyah. “Terima kasih banget, berharga banget. Mudah-mudahan manfaat. Ini (bantuan) sangat berharga, yang ditunggu-tunggu. Ini ada gayung, lengkap mbak,” ujarnya tersenyum lebar. “Meskipun saya baru tahu Tzu Chi tadi pagi, terima kasih sekali,” tukasnya.

Sebanyak 17 relawan Tzu Chi bersatu hati membantu para warga korban kebakaran. Mereka menyusun paket-paket yang akan dibagikan.

Datang untuk Berbagi

Nariyah adalah satu dari ratusan warga yang merasa bahagia atas bantuan yang diberikan Tzu Chi. Sebelum pembagian paket berlangsung, sebelumnya relawan melakukan survei lokasi untuk mendata warga yang terkena kebakaran di Jati Bunder, Kelurahan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat. “Melakukan survei dan mendapat data dari RW dan keesokan harinya kita melakukan survei ulang, kita putuskan hari ini bagi bantuan,” ujar Yopie Budiyanto, koordinator pembagian bantuan.

Senyum sukacita merekah di bibir setiap warga penerima bantuan paket kebakaran usai menerima paket di Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat.


Warga membawa paket bantuan yang diterimanya menuju tempat tinggalnya maupun pengungsian yang melewati gang kecil dan sungai di kawasan Jati Bunder RW 14 ini.

Pada tanggal 10 Maret 2015, sebanyak 17 relawan Tzu Chi bersama-sama bersatu hati datang bertemu warga untuk berbagi cinta kasih dengan memberikan bantuan sebanyak 368 paket dan 160 terpal. Yopie juga berpesan kepada warga Kebon Melati yang merupakan kawasan padat penduduk agar memperhatikan arus listrik dan kompor gas. “Mereka harus memperhatikan listrik, karena rata-rata kebakaran terjadi karena hubungan arus pendek listrik,” ungkap relawan komite ini.

H. Hasbullah, S.E memberikan apresiasi dan rasa terima kasihnya kepada Tzu Chi yang telah membantu meringankan beban warganya. “Semua bantuan dibutuhkan masyarakat. Terima kasih kepada Buddha Tzu Chi yang telah membantu. Mudah-mudahan bermanfaat untuk warga saya,” tutur Ketua RW 14 Kebon Melati. “Harapan saya ke depan apa yang sudah terjadi sebagai pelajaran bagi kita agar lebih berhati-hati,” imbuhnya.

Artikel Terkait

Bingkisan yang Berharga

Bingkisan yang Berharga

11 Maret 2015 Nariyah adalah satu dari ratusan warga yang merasa bahagia atas bantuan yang diberikan Tzu Chi. Sebelum pembagian paket berlangsung, sebelumnya relawan melakukan survei lokasi untuk mendata warga yang terkena kebakaran di Jati Bunder, Kelurahan Kebon Melati, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Nilai Sebuah Pemberian

Nilai Sebuah Pemberian

02 Maret 2015 Melihat kesungguhan hati para relawan Tzu Chi dalam memberikan bantuan, Hermawan mengungkapkan rasa syukurnya, “Kita atas nama warga berterima kasih. Selanjutnya mudah-mudahan bisa berlanjut lagi, kita mengharapkan lagi bantuannya
Kita harus bisa bersikap rendah hati, namun jangan sampai meremehkan diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -