Bodhisatwa dari Ladang Berkah

Jurnalis : Rudi Santoso, Riani Purnamasari (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso, Dwi Luhadi (He Qi Utara)
 
 

fotoPara relawan bagian pendaftaran terlihat sibuk melayani para pendonor yang banyak berdatangan.

Cinta kasih harus diberikan dalam kadar yang tepat, bagaikan teh yang menebarkan aroma yang sangat lembut. Bila teh ini diseduh terlalu kental, akan terasa pahit dan tidak enak diminum. (Master Cheng Yen)

 

 

Pada hari Minggu tanggal 26 september 2010, Yayasan Buddha Tzu Chi Hu Ai Jelambar dan Palang Merah Indonesia (PMI) kembali mengelar acara Donor darah. Walau pagi harinya hujan turun rintik-rintik namun hal itu tidak menyurutkan semangat relawan Tzu Chi untuk datang lebih awal. Pagi itu Sekolah Amitayus, tempat kegiatan donor darah kali ini terlihat sunyi, yang terlihat hanya beberapa relawan sibuk memindahkan meja dan kursi ke ruang lain untuk dipakai dalam kegiatan.

Detik-detik waktu terus bergulir, dari yang tadinya hanya terlihat para relawan yang mondar-mandir membereskan tempat untuk kegiatan, membersihkan ruangan, dan menyapu air yang tumpah akibat hujan pagi harinya. Kini satu persatu para pendonor darah mulai terlihat berdatangan.

Ketika waktu menunjukkan pukul 9:00 WIB, mobil dari PMI DKI Jakarta tiba di lokasi. Mereka disambut dengan suka cita para relawan dan pendonor. Dengan semangat, relawan membantu petugas PMI menurunkan alat-alat yang dipakai untuk kegiatan donor darah, seperti tempat tidur lipat, kantong-kantong darah, dan kotak obat-obatan.

Peserta Donor Membludak
Dalam kegiatan donor darah kali ini, terlihat semakin sadarnya masyarakat sekitar Jelambar akan manfaat dan pentingnya mendonorkan darah. Ini terlihat dari kian banyaknya peserta donor darah. Alhasil, para relawan yang semula sudah mendaftarkan diri untuk ikut mendonorkan darah akhirnya mengembalikan formulir pendaftaran mereka karena jarum dan kantong yang disediakan PMI telah habis terisi pendonor. Walau terlihat ada sedikit kekecewaan di hati sebagian para relawan yang tidak dapat berpartisipasi dalam donor darah kali ini, namun sebuah kebahagiaan terselip di dalam hati mereka. kebahagiaan karena melihat melihat masyarakat sekitar begitu antusias mengikuti kegiatan kali ini.

Menurut salah satu peserta, Indarti (18), ini adalah donor darah ke dua yang dia ikuti. Ia berkisah, ketika pertama kali ia ikut dalam kegiatan donor darah ia sangat merasa takut sekali, namun semua ternyata berjalan lancar. Maka ketika ia mengetahui ada lagi kegiatan yang serupa, ia lantas ikut kembali karena hendak bersumbangsih kepada sesama yang membutuhkan dalam bentuk donor darah.

foto  foto

Ket : - Dengan mendonorkan darah, para pendonor ini menciptakan cinta kasih kepada sesama yang                membutuhkan. (kiri)
        - Dokter Edo dari PMI yang hari itu bertugas memberikan pelayanan juga mendapatkan penjelasan tentang            Tzu Chi dari Riani Purnamasari. (kanan)

Yuli, yang belum lama ini bergabung menjadi relawan Tzu Chi mengatakan sangat merasakan suka cita karena berhasil menjadi salah satu pendonor. Baginya, ini adalah donor darah yang pertama. Ia mengatakan mengetahui kegiatan kali ini karena dikirimkan email (surat elektronik-red)  oleh salah satu relawan Tzu Chi bernama Veronika. Menurut Yuli lagi, dapat memberi sumbangsih kepada yang membutuhkan adalah sebuah berkah yang patut disyukuri.

Ada lagi dua kakak beradik yang datang dalam donor darah hari itu, Mereka adalah Jesica (19) dan Yulius (17). Di usia yang begitu muda mereka telah tahu apa arti bersumbangsih tanpa pamrih, dan hal itu mereka laksanakan dalam ikut dalam kegiatan donor darah. Mereka juga berkata sangat gembira dapat mengikuti kegiatan kali ini. “Orang tua kami juga sangat mendukung keikutsertaan kami dalam kegiatan ini,” tutur Yulius.

Menurut dr. Edo Tambunan, dokter yang datang bersama PMI menuturkan, “Darah dalam tubuh kita berusia 120 hari.  jadi setiap 120 hari sel-sel darah di dalam tubuh kita akan hancur dan dikeluarkan melalui keringat dan lain-lain. Oleh karena itu hendaknya kita berdonor darah setiap 3 bulan sekali, sebelum darah kita rusak di dalam tubuh, kita bisa manfaatkan untuk bersumbangsih kepada yang membutuhkan karena darah tidak bisa di produksi oleh pabrik, darah hanya bisa diproduksi oleh tubuh manusia.”

Lalu ketika ditanya mengapa mereka sudah harus kembali 3 jam setelah pengambilan darah pendonor pertama? Dr Edo Tambunan mengatakan, “Sel-sel darah merah dan putih serta trombosit yang ada dalam darah akan rusak apabila suhunya tidak sama dengan suhu tubuh manusia. Oleh karena itu, setelah pengambilan darah, mereka akan segera kembali untuk menyimpan darah yang telah diambil ke tempat yang memiliki suhu sama dengan suhu tubuh manusia. Dengan demikian darah bisa di simpan dalam waktu yang lama.”

Dalam kegiatan kali ini, para peserta yang mendaftarkan diri untuk ikut donor darah sebanyak 99 orang, namun yang dinyatakan memenuhi syarat menjadi pendonor berjumlah 70 orang. Saking banyaknya orang yang hendak menjadi pendonor, PMI pun kehabisan jarum dan kantong darah. Alhasil, banyak juga para pendonor yang belum berjodoh bersumbangsih dalam donor darah kali ini.

foto  foto

Ket : - Inilah senyum bahagia dari Bun Siat Kong yang berhasil mendonorkan darah. "ini berarti saya sehat."             ujarnya. (kiri).
         - Di sela-sela waktu menunggu giliran, para pendonor ini juga mendapatkan pengetahuan tentang Tzu Chi             dari Riani Purnamasari lewat sebuah komputer jinjing. (kanan)

Agar Makin Kenal Tzu Chi
Ada yang sedikit berbeda pada donor darah kali ini. Seorang relawan Tzu Chi tampak sangat antusias menjelaskan dan mengenalkan Tzu Chi kepada para pendonor yang sedang menunggu di antrian. Riani Purnamasari, itulah relawan yang sedang memaparkan kegiatan-kegiatan Tzu Chi lewat foto-foto di sebuah presentasi singkat. Pendekatan yang ia lakukan selalu dimulai dengan senyuman dan sapaan singkat, “Ibu, Bapak, tahukah apa sebenarnya Tzu Chi itu?” Banyak yang hanya menjawab dengan singkat, “Donor darah ini kan? Wah, saya enggak tahu, tuh. Kayaknya badan amal, bukan?”

“Tzu Chi artinya memberikan kebahagiaan dan menghilangkan penderitaan. Master Cheng Yen mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi pada tahun 1966. Visi dari Tzu Chi adalah untuk mensucikan hati manusia, membangun masyarakat yang damai, dan sejahtera serta menghindarkan dunia dari bencana,” jelas Riani. Riani juga kemudian menjelaskan 4 misi utama dari 8 jalan kebenaran Tzu Chi. Misi Amal Sosial, Kesehatan, Pendidikan, Budaya Kemanusiaan, Pelestarian Lingkungan, Donor Tulang Sumsum, Bantuan Internasional dan Relawan Komunitas.

“Donor darah ini merupakan salah satu kegiatan dari misi kesehatan yang ada di Tzu Chi. Contoh kegiatan misi kesehatan lainnya adalah baksos kesehatan umum di Aula Jingsi untuk para seniman bangunan, baksos operasi mayor untuk para penderita hernia dan katarak, membantu pasien yang mengajukan bantuan menjadi pasien penanganan khusus dan pemerhati di dalam RSKB Cinta Kasih,” Jelas Riani kepada Dr. Edo Tambunan yang kemudian berkeinginan untuk bergabung di Bandung.

Dalam kegiatan donor darah hari itu, banyak Bodhisatwa yang terjalin jodohnya dengan Tzu Chi, baik sebagai relawan maupun donatur. Dalam setiap hati ada sebuah cinta, dalam setiap kegiatan ada sebuah kisah. Cinta universal yang Master Cheng Yen ajarkan tentang saling berbagi dan peduli tumbuh dalam setiap hati yang mengikuti kegiatan kali ini. Hal itu menyisakan sebuah kisah tanpa pamrih yang tulus dan ikhlas. Sampai jumpa 3 bulan lagi. Suasana Sekolah Amitayus pun kembali sunyi namun di kesunyian itu telah tercatat banyak kisah cinta universal yang dilakukan di sana. Sebuah sekolah yang sangat mendukung kegiatan Yayasan Buddha Tzu Chi. Gan En Amitayus....

  
 
 

Artikel Terkait

Genap Satu Tahun, Tzu Ching UNPRI Perkuad Tekad

Genap Satu Tahun, Tzu Ching UNPRI Perkuad Tekad

18 Mei 2016
Perkumpulan Mahasiswa Tzu Chi Universitas Prima Indonesia atau yang tergabung dalam Tzu Ching UNPRI merayakan ulang tahun yang pertama pada  Minggu, 10 April 2016.
Bantuan Pascabanjir Bangka: Duri Sawit di Kaki Jeki

Bantuan Pascabanjir Bangka: Duri Sawit di Kaki Jeki

15 Februari 2016 Kaki Jeki tertusuk duri sawit saat hendak menyelamatkan harta bendanya yang terendam banjir, 8 Februari 2016. Luka itu membengkak itu membuatnya terpincang-pincang. Dia pun mendatangi Baksos Kesehatan Umum yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pada Sabtu, 13 Februari 2016 di Pokso Pengungsian SDN 23 Sungai Selan.
Sikap mulia yang paling sulit ditemukan pada seseorang adalah kesediaan memikul semua tanggung jawab dengan kekuatan yang ada.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -