Buah Kerja Sama Banyak Pihak

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 

fotoKarena jumlah pasien yang tak lagi dapat tertampung di ruang rawat inap yang ada, ruang aula RSKB Cinta Kasih Tzu Chi pun difungsikan menjadi ruang pemulihan bagi para pasien yang selesai menjalani operasi.

Sejak Jumat malam, (20/11/09), tenda-tenda berwarna putih panjang telah berdiri di depan halaman Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. Tenda-tenda itu adalah pertanda lokasi sebuah bakti sosial kesehatan akan diadakan. Paginya, 21 November 2009, para relawan Tzu Chi mulai datang secara bergelombang. Setibanya di rumah sakit, mereka segera bergegas menempati posisi tugas mereka masing-masing. Ada yang langsung bertugas di meja pendaftaran ulang, pengecekan tensi pasien, dan melayani berbagai kebutuhan pasien lainnya.

Prioritas Pengobatan
Sabtu, 21 November 2009, pukul 08.50 pagi, pembawa acara pun memulai acara pembukaan Bakti Sosial Kesehatan Tzu Chi ke-63 hasil kerja sama antara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, DAAI TV Indonesia, dan Metro TV. Pembukaan baksos diawali dengan peragaan bahasa isyarat tangan ”Satu Keluarga” yang dibawakan dengan apik oleh para staf dan tim medis Tzu Chi. Dalam sambutannya, koordinator pelaksana baksos ini, dr Ruth O. Anggriani, mengatakan baksos kali ini adalah baksos yang istimewa karena para pasiennya tidak saja datang dari seputar Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi). ”Saudara-saudara kita dari Poso (Sulawesi Tengah-red) juga datang untuk mengikuti baksos,” ungkapnya. Menurutnya lagi, selama tiga hari pelaksanaan baksos, tim medis Tzu Chi direncanakan akan memberikan bantuan pengobatan kepada 664 pasien yang telah lolos dalam screening pada 19-21 Oktober lalu.

Sementara itu, Kol. Kav. Muhammad Thamrin Marzuki selaku Komandan Resimen (Danrem) 132 Tadulako dalam kata sambutannya mengatakan karena kapasitas pesawat Hercules yang terbatas, sementara pasien yang ada banyak, maka para pasiennya diseleksi terlebih dahulu. ”Akhirnya kita buat prioritas, untuk katarak yang masih dalam usia produktif. Mengapa? Karena mereka masih dibutuhkan bagi keluarga dan orang di sekitarnya,” jelasnya.

Untuk para pasien bibir sumbing, ia mengutamakan adik-adik yang belum atau pun masih bersekolah. ”Semoga ada hari yang lebih cerah bagi mereka,” harapnya. Kol. Thamrin juga menjelaskan bahwa masih banyak pasien yang menunggu untuk mendapatkan bantuan pengobatan di Sulawesi Tengah.

foto  foto

Ket: - Para staf, reporter, kamerawan, dan bahkan CEO DAAI TV Indonesia turut menyaksikan pertama kalinya DAAI            TV melakukan siaran langsung dari lokasi Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-63 ini. (kiri)
        - Kini wajah Rajab terlihat lebih tampan seusai menjalani operasi. Sebelum diberi kain kasa penutup, asisten            dokter bedah ini memberikan cairan pengobat luka pascaoperasi. (kanan)

Setelah Kol. Thamrin, perwakilan dari Metro TV, Agatha, dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan ini sejalan dengan misi (kami) di Metro TV. ”Dan kegiatan hari ini juga berbarengan dengan hari ulang tahun Metro TV yang ke-9. Baksos ini adalah satu yang besar,” paparnya. Ia juga menerangkan bahwa hari ini di 9 titik di Indonesia sedang diadakan kegiatan bakti sosial, dan baksos Tzu Chi ini adalah salah satu yang besar, ”Cinta kasih perlu kita bagikan kepada sesama. Atas nama Metro TV saya ucapkan terima kasih.”

Sementara, Wakil Ketua Tzu Chi Medical Association (TIMA), Awaludin Tanamas menjelaskan mengapa kali ini mereka turut menggandeng Metro TV dalam pelaksaan baksos kali ini. ”Ulang tahun           Metro TV ini mempunyai tema yang menarik ’mari berbagi’. Guru kami, Master Cheng Yen mengatakan, apabila 1.000 tangan terhimpun bersama, di dunia ini tak ada hal yang tak dapat dilakukan. Master Cheng Yen selalu mengatakan bahwa setiap orang senantiasa memiliki kemampuan yang tak terhingga,” terangnya.

Cari Keringat Biar Semangat
Rajab, laki-laki kelahiran Donggala tahun 1986 ini dengan tenang menunggu di luar ruang operasi bibir sumbing. Tak nampak wajah minder ataupun takut di wajahnya. Yang ada malah ia selalu tersenyum dan berbincang-bincang dengan teman sesama pasien yang ada di sebelahnya. Tak terasa, sudah tiga hari ini ia bersama dengan para pasien dari Poso menetap di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat. 

Saat ditanya bagaimana pergaulannya sehari-hari di Palu, dengan percaya diri ia mengatakan istilahnya dari segi fisik boleh dikata perasaannya biasa saja. Namun di baksos ini, karena bertemu dengan banyak orang yang memiliki kekurangan yang sama, barulah ia ia menyadari bahwa itu cerminan dirinya sendiri yang ada pada orang lain.

Sebagai pasien yang akan mendapatkan bantuan pengobatan, tentu tidak banyak aktivitas yang ia lakukan. Semua itu dilakukan agar kondisi kesehatan pasien tetap terjaga baik. Namun hal ini ternyata tidak menyenangkan bagi Rajab yang telah terbiasa bekerja dan mengeluarkan keringat. Karena tidak melakukan apa-apa ia mengaku semangatnya menjadi menurun.

foto  foto

Ket: - Selain dapat menjadi reporter ataupun kamerawan yang bertugas mengabarkan berita, karyawan DAAI TV            juga turut bersumbangsih melakukan kebajikan pada saat baksos dengan mencuci kaki para pasien yang            akan menjalani operasi. (kiri)
        - Di dalam ruangan ini, Rajab (tengah) beberapa kali memberikan semangat kepada teman-temannya agar            tidak takut dioperasi. (kanan)

Di hari Jumat, seusai makan siang, Indra seorang tim medis Tzu Chi yang bertugas di bagian perlengkapan dan peralatan baksos memergokinya. Indra pun lantas mengajaknya berbincang-bincang. Dari perbincangan itu, Rajab mengetahui jika Indra ini baik dan tidak memilih-milih dalam bergaul. Karena itu, Rajab pun tak menolak saat Indra mengajaknya membantu persiapan ruang pemulihan yang ada di lantai tiga.

”Kenapa mau bantu, saya berterima kasih kepada yang bekerja di sini. Karena berkat mereka saya bisa di sini,” ujarnya. Selain itu, dari apa yang ia lihat para dokter dan relawan Tzu Chi yang melayani juga memang ramah-ramah. Sekitar 30 menit Rajab membantu Indra menyiapkan ruang pemulihan bagi para pasien pascaoperasi.

Rajab yang kelahiran Poso ini sekarang tinggal di Palu dan bekerja serabutan. Dari menjadi tukang batu sampai tukang kayu. ”Istilah kasarnya buruh,” pungkasnya. Saat ini ia juga memiliki seorang teman dekat, namun teman dekatnya itu masih ragu dengannya karena bibirnya yang belum normal seperti orang kebanyakan. Karena itu Rajab sangat berharap operasinya bisa berhasil. Setelah menunggu hampir 9 jam, Rajab pun berjalan masuk ke dalam ruang operasi. Di kamar operasi dr Dani Wicaksono Sp.Bd dan asistennya sudah menunggu kedatangannya.

foto  foto

Ket: - Dengan hati-hati, dr Dani Wicaksono dibantu asistennya menjahit dan menyatukan bibir atas Rajab yang            tidak menyatu sebelumnya. (kiri)
        - Usai menjalani operasi, para pasien ini tetap diawasi kesehatannya oleh para relawan Tzu Chi di bagian            pemulihan bersama dengan para tim medis yang selalu bersiaga setiap saat. (kanan)

Rajab pun lantas berbaring di alas tidur  dan bersiap menjalani operasi. Hampir 30 menit, dr Dani menjahit dan merapikan bibir sumbing Rajab. Bibir atas yang tadinya terbelah dua, dijahit dan disatukan dengan benang. Makin lama bentuk normal bibir atas itu makin kelihatan. Dari yang tadinya terbuka lebar, kini makin rapat dan sempurna. Rajab yang terbaring di atas meja operasi hanya diam dan membiarkan dokter melakukan tugasnya. Tak ada lagi rasa sakit yang ia rasakan karena obat bius telah membuatnya kehilangan rasa sakit untuk sementara. Saat operasi telah selesai, sebuah kain kasa ditempelkan di atas bibir atas barunya. Walau Rajab tak dapat melihat kesempurnaan bibir atasnya yang baru, namun dari luar ia kini sudah tahu, bentuk bibir atasnya sudah 80% mendekati orang normal.

DAAI TV LIVE
Lima jam sebelumnya, tepat beberapa menit sebelum pukul 12 siang, di lantai dasar Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, para staf DAAI TV Indonesia mulai dari reporter, kamerawan, produser, dan bahkan hingga CEO DAAI TV terlihat gelisah. Siang itu, tepat pukul 12.00, DAAI TV akan melakukan siaran langsung pelaksanaan Baksos Kesehatan Tzu Chi ke-63 ini. Dari sejak resmi berdiri di bulan Agustus 2007, hingga saat ini baru kali ini DAAI TV melakukan siaran secara langsung.

Detik demi detik menuju pukul 12.00 terus berjalan. Saat pukul 12.00 kurang 1 menit hitungan mundur pun dimulai. Tepat 1 detik menuju pukul 12.00 siaran langsung pertama ini pun dimulai. Siaran langsung selama 1 jam ini menyiarkan secara langsung kondisi aktual yang sedang terjadi di lokasi baksos kesehatan.

Selain itu, dalam siaran langsung ini ada juga talk show yang dibawakan oleh Suriadi dan Patricia Loford. Talkshow ini menghadirkan beberapa narasumber seperti dr Ruth O. Anggraini, Suan Ing shijie, dr Sumarsudi, Haji Yunus, dan Ibu Enjah. Selama 1 jam siaran langsung ini, tidak banyak kendala dan hambatan berarti yang dialami para staf DAAI TV Indonesia. Tepuk tangan dan kelegaan hati pun menyelimuti hati mereka usai sukses melakukan siaran perdana langsung untuk yang pertama kalinya.

 
 

Artikel Terkait

Giat Berlatih

Giat Berlatih

24 Agustus 2012 Hampir setiap hari dari liburan panjang lebaran tahun ini dimanfaatkan oleh para relawan untuk melatih diri sambil mendalami Dharma yang terkandung dalam drama musikal ini. Relawan yang tidak terlibat langsung pun bahu membahu dalam memberikan dukungan.
Gempa Jepang : Galang Dana Tzu Chi Bandung

Gempa Jepang : Galang Dana Tzu Chi Bandung

04 April 2011 Tanggal 11 Maret 2011, sebuah gempa berkekuatan 8,9 SR melanda Jepang. Gempa ini memicu gelombang tsunami setinggi enam hingga 10 meter, dan menyapu pesisir timur negeri itu.
Suara Kasih: Menciptakan Kehidupan Penuh Cinta Kasih

Suara Kasih: Menciptakan Kehidupan Penuh Cinta Kasih

03 Januari 2013 Kondisi yang dingin sangat sulit dilewati. Akan tetapi, kita dapat melihat pemandangan penuh kehangatan. Insan Tzu Chi di Hubei, Tiongkok mengadakan penyaluran bantuan musim dingin demi mengantarkan kehangatan.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -