Buah Manis dari Keuletan dan Ketekunan Belajar

Jurnalis : Arimami Suryo A, Fotografer : Arimami Suryo A, Metta Wulandari, Chandra Septiadi

Marcellinus Gideon Yieskieln (18), salah satu anak asuh Tzu Chi dari komunitas He Qi Cikarang yang berhasil masuk universitas negeri membantu salah satu peserta donor darah dalam kegiatan donor darah di Bekasi.

Hari itu, Jumat, 19 Juli 2024 bersama kedua orang tuanya Wanto dan Rina, Marcellinus Gideon Yieskieln (18), salah satu anak asuh Tzu Chi sudah bersiap-siap menyambut kedatangan empat relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Cikarang. Setibanya relawan di rumah kontrakan Marcellinus dan keluarga yang terletak di Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Bekasi, Jawa Barat, mereka pun langsung dipersilahkan masuk.

Di rumah kontrakan yang dipakai juga untuk membuka usaha jasa cuci baju kecil-kecilan, relawan duduk lesehan sambil berbincang-bincang karena Marcellinus diterima masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika), Jawa Barat dengan mengambil jurusan Teknik Kimia. “Tentu saja senang ya karena saya merasa kalau kerja keras (belajar) saya, usaha saya terbayarkan,” ungkap Marcellinus kepada para relawan.

Sejak sekolah menengah pertama (SMP), Marcellinus sudah senang dengan pelajaran Matematika dan IPA (MIPA), hal itu pun semakin ia tekuni saat SMA. “Saya suka jurusan MIPA, tapi saya lebih suka bagaimana kita menggunakan ilmu MIPA itu untuk menciptakan sesuatu, jadi saya masuk teknik, teknik kimia,” kata Marcellinus, “karena cita-cita saya jadi insinyur yang (bisa) membantu mengembangkan energi terbarukan.”

Waktu-waktu senggang yang dimiliki Marcellinus banyak digunakan untuk belajar dan membaca buku.

Sehari-hari Marcellinus jarang keluar rumah terkecuali untuk sekolah dan kegiatan anak asuh Teratai (anak asuh Tzu Chi). Waktu-waktu senggangnya juga ia gunakan untuk belajar mengulang pelajaran dan kadang membantu orang tuanya. “Saya di rumah sehari-harinya membaca buku dan belajar dari handphone (internet -red). Membantu orang tua juga, bantu mencuci dan merapikan tempat tidur saya sendiri,” ceritanya.

Saat berkegiatan bersama anak asuh Teratai, Marcellinus jarang sekali absen, sebisa mungkin ia hadir dalam pertemuan rutin setiap bulan dan aktif bersama anak asuh Teratai lainnya. “Saya ikut di Teratai, ikut pertemuannya yang tiap bulan. Saya juga berusaha untuk selalu hadir, dan selalu aktif disana,” ungkapnya.

Dalam salah satu kegiatan anak asuh Teratai, Marcellinus dan kelompoknya juga pernah mementaskan drama yang penuh dengan pelajaran kehidupan. “Disana saya dan kelompok saya itu mementaskan sebuah drama anak sekolah yang intinya menceritakan tentang kisah kura-kura dan kelinci,” ungkapnya. Marcellinus pun menjadi salah satu pemeran utamanya “Pada awalnya saya menjadi siswa kurang pandai tetapi rajin belajar lalu adu nilai dengan seseorang yang sudah juara. Tapi karena itu, dia jadi malas belajar,” jelas Marcellinus. Dari pementasan drama tersebut, Marcellinus pun memetik pesan dan hikmah dari perannya. “Yang pasti saya harus disiplin, saya harus mau bekerja keras, jangan sombong dan jangan menyerah,” jelasnya.

Aktif bersama anak asuh Teratai lainnya, Marcellinus bermain drama yang penuh dengan pesan moral untuk kehidupan.

Relawan-relawan Tzu Chi juga banyak yang memberikan nasihat kepada anak-anak asuh Teratai, tak terkecuali Marcellinus. Ia merasa banyak hal dari relawan yang terus memotivasinya hingga sampai di titik yang sekarang ini. “Pendampingannya itu sangat banyak, tetapi yang paling membantu saya itu nasihat-nasihat para relawannya. Yang pasti saya harus tetap belajar, jangan menyerah, saya bisa terus berusaha, mencintai semua orang dan tau diri kita,” ungkapnya.

Marcellinus pun sangat bersyukur bisa berjodoh dengan Tzu Chi sejak SMA. “Untuk Yayasan Buddha Tzu Chi dan relawan-relawannya, saya ingin mengucapkan gan en. Karena selain sudah membantu saya dalam bidang memfasilitasi (biaya pendidikan sekolah), saya juga telah dibimbing, dinasehati, dan diajari untuk menjadi manusia yang lebih baik dan juga memiliki hidup yang lebih bermakna,” kata Marcellinus.

Membantu di Saat yang Tepat
Kedua orang tua Marcellinus, Wanto dan Rina juga sangat bersyukur karena anaknya mendapatkan bantuan dari Tzu Chi berupa biaya pendidikan ditengah kondisi ekonomi keluarga saat ini. “Sangat besar manfaatnya, sangat membantu, saya seperti ini keadaanya, jadi saya nggak mikirin biaya Marcel, Marcel jadinya belajarnya tenang,” ungkap Rina.

Empat relawan Tzu Chi komunitas He Qi Cikarang berkunjung ke rumah kontrakan Marcellinus dan keluarga yang terletak di Margahayu, Bekasi Timur, Jawa Barat. Dalam kegiatan ini relawan juga membawakan bingkisan sembako dari Tzu Chi.

Selain dibantu, relawan juga memberikan pendampingan kepada Marcellinus dan keluarganya. Saat ada masalah, orang tua Marcellinus juga kadang bercerita kepada relawan tentang apa yang dihadapi. “Hebat, relawan selalu memotivasi saya supaya anak saya bisa berhasil, bisa melanjutkan sekolah. Pendampingan relawan bermanfaat banget, jadi kita jauh dari kata putus asa. Selagi kita down, relawan tuh banyak-banyak membantu, ‘Ayo bu jangan menyerah’, jadi kita semangat terus buat mendampingi anak,” kata Rina menceritakan para relawan Tzu Chi.

Orang tua Marcellinus memiliki 2 anak, yaitu Marcellinus dan adiknya yang saat ini masih sekolah kelas 2 SMA. Wanto yang tadinya bekerja sebagai montir kini sudah berhenti karena penyakit gula yang dideritanya sejak 15 tahun yang lalu. Marcellinus dan keluarga pun hanya mengandalkan dari usaha jasa cuci baju kecil-kecilan untuk memenuhi kebutuhan hidup. “Bapak untuk saat ini tidak bisa bekerja, karena keadaanya sakit. Paling bantu-bantu jemur baju,” jelas Rina.

Di balik sosoknya yang pendiam, Marcellinus tak segan berinteraksi dan membantu dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh relawan Tzu Chi.

Rina juga sangat senang karena anaknya Marcellinus bisa diterima di universitas negeri selepas SMA. “Seneng banget, kita merasa perjuangannya nggak sia-sia. Dia kan awalnya emang pengen kuliah, pengen ngerubah hidup, dia tetap semangat mau kuliah kepengen cita-citanya terkabul. Semoga jadi anak yang berguna, bisa mewujudkan cita-citanya, bisa ngebantu sesama,” harap Rina.

Berjodoh dengan Tzu Chi juga menjadi rasa senang tersendiri bagi Rina ditengah-tengah kondisi keluarganya saat ini. Terlebih lagi Tzu Chi terbuka bagi siapa saja. “Kalau nggak ada Tzu Chi juga saya pusing kemana, ngebantu banget. Udah gitu maaf ya saya kan bukan Buddhis, tapi mereka welcome. Itu saya terima kasih banget, Buddha Tzu Chi itu ngebantu banget keluarga saya. Mudah-mudahan Marcel bisa ngebantu dengan menjadi relawan, saya pengen banget Marcel juga jadi relawan Tzu Chi,” harap Rina.

Bersama dengan anak asuh Teratai dari komunitas He Qi Cikarang, Marcellinus juga ikut berpartisipasi pada lomba projek daur ulang di Teratai Cup 2024.

Denasari Yandi, relawan Tzu Chi komunitas He Qi Cikarang yang menjadi pendamping Marcellinus juga ikut berbahagia karena anak asuhnya diterima di universitas negeri. “Pokoknya saya senang, jadi setiap anak asuh selalu saya motivasi. Saya bilang ke Marcel kalau mau kuliah itu beasiswa kan banyak, jadi lebih aman masuk ke universitas negeri,” cerita Denasari.

Walaupun seringkali serius dan jarang tertawa, sosok Marcellinus bagi Denasari merupakan pribadi yang ulet, rajin, serta berprestasi. “Kriteria akademik beasiswa adalah tidak ada bolos, Marcel tidak ada bolos di kegiatan anak Teratai. Ketika rapornya diperiksa pun, tidak ada bolos tanpa keterangan. Akademik juga bagus, nilai rata-ratanya di atas 91 semua,” ungkap Denasari.

Setelah diterima di universitas negeri, Denasari juga berharap Marcellinus dapat menjalankan studinya dengan baik. Tanpa ada hambatan serta dapat membantu yang membutuhkan jika kelak sudah bekerja nanti.  “Mudah-mudahan lulus tepat waktu (tidak ada ngulang-ngulang) dan Cumlaude. Kalau dapat nilai bagus juga bisa dapat pekerjaan yang bagus. Harapan saya untuk Marcel setelah bekerja nanti bisa berdana, mudah-mudahan ke Tzu Chi atau ke yayasan-yayasan lainnya supaya bisa membantu anak-anak asuh lain yang pintar tetapi ekonomi keluarganya kurang,” harap Denasari.

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Veronica, Anak Asuh Teratai Tzu Chi: “Saya mulai memahami apa yang harus saya lakukan setelah lulus sekolah”.

Veronica, Anak Asuh Teratai Tzu Chi: “Saya mulai memahami apa yang harus saya lakukan setelah lulus sekolah”.

13 Oktober 2022

Kelompok Teratai Tzu Chi kembali mengadakan pertemuan pada 02 Oktober 2022 di gedung ITC Mangga Dua. Pertemuan rutin ini diharapkan dapat membangun character building anak. 

Buah Manis dari Keuletan dan Ketekunan Belajar

Buah Manis dari Keuletan dan Ketekunan Belajar

22 Juli 2024

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Cikarang mengunjungi Marcellinus Gideon Yieskieln (18), salah satu anak asuh Tzu Chi yang masuk universitas negeri di Karawang, Jawa Barat.

Gathering Anak Asuh Teratai Tzu Chi

Gathering Anak Asuh Teratai Tzu Chi

16 November 2022

Banyak orang melewati hari Minggu dengan bersantai di rumah atau berlibur. Namun, tidak dengan relawan Tzu Chi di He Qi Pusat dan Anak Asuh Teratai. Mereka mengikuti gathering yang kali ini mengulas tema Sukacita.

Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -