Buah Manis Perjuangan Della Mendapatkan Beasiswa dari Tzu Chi

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Della sedang memeragakan pemasangan selang NGT kepada pasien yang didampingi oleh Nurse Rugun Sitorus dosen Akademi Kebidanan Andalusia. Della kini sudah menjalani perkuliahan melalui program beasiswa Tzu Chi.

Della Wiranti (23) adalah anak kedua dari tiga bersaudara, putri Bapak Firdaus MZ dan Ibu Humsianah. Dia tidak tumbuh sebagai anak yang manja atau tergantung pada keluarganya. Dalam hidupnya, Della memiliki beberapa role model, terutama kedua orang tuanya yang menginspirasinya hingga ia berhasil mendapatkan beasiswa dari Yayasan Tzu Chi.

Kisah Della dimulai pada tahun 2019 ketika ia merantau ke Jakarta untuk mengikuti program beasiswa di bidang kebidanan. Sejak SD hingga SMA, Della selalu masuk dalam ranking lima besar kelas, dan ia memiliki tekad yang kuat untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Setelah lulus SMA, Della berniat melanjutkan ke akademi kebidanan. Suatu hari, ia menyampaikan keinginannya kepada orang tuanya: “Abah (Ayah Della) saya mau sekolah lagi, mau kuliah, mau jadi tenaga kesehatan, saya mau jadi Bidan.” Namun, orang tuanya menjawab bahwa mereka tidak memiliki biaya untuk kuliah.

“Walaupun kamu nangis darah, kamu lihat sendiri keadaan keluarga kita, nggak ada duit, gak bisa kamu kuliah, apalagi sekolah bidan itu biayanya pasti mahal.  Kuliah biasa saja Abah nggak mampu,” ucap Della mengenang perkataan abahnya.

Perjuangan Della Mendapatkan Beasiswa
Della, yang lahir di Desa Sukaremi, Kabupaten Ogan Komering Ulu, mencoba mendaftar ke beberapa yayasan sosial, termasuk Yayasan Tzu Chi, namun semua usaha itu gagal. Untuk sementara, ia tinggal di rumah sepupunya di Bogor dan berjualan empek-empek Palembang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun, pandemi Covid-19 memaksa Della kembali ke Palembang.

Rohani mendampingi Della dan mahasiswa lainnya dalam praktik pemeriksaan ibu hamil di ruang praktik Akademi Kebidanan Andalusia yang berada di Tzu Chi Hospital Pantai Indah Kapuk Jakarta Utara.

Pada tahun 2021, Della tidak putus asa. Ia mencoba mendaftar kembali di yayasan yang menawarkan program beasiswa, tetapi selalu gagal. Merasa malu untuk pulang, Della memilih tinggal di Jakarta dan mencari pekerjaan. “Saya sudah mencoba lima kali untuk mendapatkan beasiswa—tiga kali di Yayasan Tzu Chi dan dua kali di yayasan lain. Saya mulai pesimis dan memutuskan untuk tidak mencarinya lagi,” kenangnya.

Della sempat bekerja di perusahaan makanan di Tangerang, menabung sedikit demi sedikit. Suatu hari, sepupunya menyarankan untuk mencoba mendaftar lagi di Tzu Chi. “Akhirnya, saya diterima di Tzu Chi,” ucap Della dengan penuh haru.

Tekad yang Kuat Mau Mengangkat Derajat Keluarga
Della sangat ingin melanjutkan pendidikan karena ia berasal dari keluarga yang kurang mampu. “Saya merasa ekonomi keluarga kami pas-pasan. Saya berpikir bagaimana cara mengubah hidup saya jika hanya tinggal di kampung,” ujarnya.

Kedua orang tuanya memiliki pendidikan yang rendah. Ayah Della bekerja sebagai buruh penyayat getah pohon karet yang penghasilannya tidak menentu. Sedangkan ibunya hanya ibu rumah tangga dan terkadang menggarap sawah milik orang. Sementara itu kakak tertua, Oxey Dora sempat bekerja namun kini menganggur dan tinggal di rumah bersama orang tua, sedangkan adiknya, Suci Rahma Dewi masih sekolah di SMA.

Della bersama kawan-kawan satu angkatannya praktik belajar menangani pasien rawat inap dengan pelayanan kesehatan berbudaya humanis Tzu Chi. Della masih terus belajar beradaptasi di lingkungan yang sangat berbeda dengan lingkungan di kampung Della.

Dengan kondisi keluarga yang seadanya, Della sangat bersyukur karena meski ayahnya sempat mengatakan tidak ada biaya tapi ternyata ia tetap mengusahakan untuk anaknya. “Abah berjuang untuk kebutuhan sehari-hari saya di Jakarta, bahkan menjual motornya demi saya,” kenang Della. Namun ia tetap khawatir menjadi beban bagi orang tuanya.

Di tahun 2023, kebahagiaan Della datang saat ia diterima di Akademi Kebidanan Andalusia. Saat memberi kabar kepada orang tuanya, mereka menangis haru dan bersyukur, tetapi juga khawatir tentang biaya hidupnya. “Saya menjelaskan bahwa ada program beasiswa dari Yayasan Tzu Chi yang menanggung biaya kuliah dan tempat tinggal,” jelas Della.

Kini, orang tua Della merasa bangga dan tidak menyesal mendukung impiannya meski harus berhutang. Namun, kekhawatiran tetap ada. “Saya masih merasa khawatir terhadap mereka. Selama kuliah, saya mengandalkan tabungan dari pekerjaan saya di Tangerang. Orang tua belum pernah mengirimkan uang karena kondisi keuangan mereka,” ungkap Della.

Sabar dan Belajar Beradaptasi Hidup di Jakarta
Tinggal di Jakarta, Della tidak hanya mencari beasiswa, tetapi juga harus beradaptasi dengan lingkungan baru yang sangat berbeda dari kampungnya. “Awalnya, saya kesulitan berkomunikasi dan bergaul. Saya terkendala bahasa, saya orangnya pendiam, jarang bergaul, dan sangat sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitar,” kata Della.

Di ruang kelas suasana belajar di Akademi Keperawatan dan Kebidanan Andalusia yang berada di Tzu Chi Hospital terasa nyaman dan tertib. Jam belajar Akademi Keperawatan dan Kebidanan Andalusia hari Senin hingga Jumat dimulai pada pukul 09.00 hingga 16.00 Wib.

Meskipun ia merasa minder pada awalnya, pengalaman gagal dalam mencari beasiswa membuatnya lebih berani dan terbuka. “Awalnya saya sangat minder sekali di sini (Jakarta) karena, saya benar-benar dari kampung. Laptop saja saya baru tau di sini, sedangkan anak-anak beasiswa di Tzu Chi itu kebanyakan dari kota besar, tetapi kini saya tidak minder lagi, saya di sini mau belajar sampai lulus dan bekerja,” tegas Della mantap.

Di Akademi Kebidanan Andalusia, Della tidak mengalami kesulitan dalam belajar. “Dosennya sangat membantu, dan saya merasa didukung meski memiliki keterbatasan,” ujarnya.

Della memiliki harapan besar untuk meningkatkan ekonomi keluarganya. “Jika saya lulus, saya ingin menjadi orang pertama dari keluarga yang menempuh pendidikan tinggi. Saya berharap bisa bekerja, melunasi hutang orang tua, dan melanjutkan pendidikan ke jenjang S1 dan S2 untuk menjadi dosen di bidang kesehatan.”

Terus Belajar Welas Asih sebagai Pemberi Layanan Kesehatan
Rohani, staf pengajar di Akademi Keperawatan dan Kebidanan Andalusia yang berada di Tzu Chi Hospital PIK mengungkapkan pengalaman mendampingi Della dan mahasiswa lainnya. “Banyak mahasiswa beasiswa Tzu Chi yang berjuang keras, gigih, dan penuh dengan air mata untuk mendapatkan kesempatan ini, seperti Della.”

Rohani dan seluruh dosen pengajar Akademi Andalusia selalu mendampingi para mahasiswanya dengan tulus hati. Rohani berharap para mahasisanya kelak dapat melayani pasien seperti mereka merawat keluarganya sendiri.

Rohani menekankan para mahasiswa Akademi Kebidanan, Keperawatan, dan Gizi selain mendapatkan pelajaran formal sesuai kurikulum nasional juga perlu paham akan pentingnya pendidikan kesehatan yang berbudaya humanis, di mana mahasiswa diajarkan untuk memberikan layanan kesehatan dengan empati dan kepedulian.

Rohani berpesan kepada para mahasiswa Andalusia ini untuk selalu terus belajar sebagai pemberi layanan kesehatan kepada masyarakat. “Saya berharap mereka selalu belajar dan berlatih welas asih dalam melayani masyarakat,” ujar Rohani, yang berharap mahasiswa dapat merawat pasien seolah-olah mereka merawat keluarga sendiri.

Editor: Metta Wulandari

Artikel Terkait

Belajar dan Mengajar

Belajar dan Mengajar

26 September 2017

Pagi kuliah, dan sore mengajar. Inilah rutinitas Eddy Kurniawan, salah seorang penerima bantuan Tzu Chi salah seorang penerima beasiswa karier Tzu Chi. Eddy saat ini tengah menempuh Program Pascasarjana (S2) jurusan Fisika Medis di Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.

Kamp Anak Asuh Beasiswa Karir (bagian 2)

Kamp Anak Asuh Beasiswa Karir (bagian 2)

04 Maret 2014 Pada awalnya diantara mereka ikut karena merasa kegiatan ini adalah kewajiban yang harus mereka ikuti sebagai penerima beasiswa, namun setelah mengikuti kamp mereka mulai mengubah pemikirannya.
Merajut Jodoh Kebaikan

Merajut Jodoh Kebaikan

20 November 2014 He Qi Selatan melakukan tiga kegiatan yaitu, Sosialisasi Sekolah Tzu Chi Indonesia untuk tingkat SMP kelas 1 dan 2 di Pantai Indah Kapuk, pameran produk Jing Si dan sosialisasi untuk relawan baru.
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -