Bukan Saudara Nun Jauh Di sana

Jurnalis : Apriyanto , Fotografer : Apriyanto
 
 

foto
Sebanyak 13 warga menerima nasi tumpeng sebagai tanda serah terima kunci atas rumah yang telah selesai dibangun.

Siang itu hujan turun begitu lebat, Sampai-sampai langit terlihat pekat seperti sudah sore. Kendati hujan seakan tak mereda dan menyurutkan niat banyak orang untuk beraktivitas, Samsu dan beberapa kerabatnya tetap ceria bercakap-cakap di rumahnya yang tak luas. Hari itu Kamis, 7 Juli 2013, adalah hari penyerahan kunci rumah dari relawan Tzu Chi kepada tiga belas warga yang menerima bantuan bedah rumah di Jalan Lautze, Jakarta Pusat.

 

Sambil menyeruput kopi hangat Samsu yang bersuara lantang khas ulama menceritakan kenangannya ketika ia mendapatkan musibah kebakaran setahun yang lalu. Menurutnya musibah tahun lalu sungguh di luar dugaan dan kuasanya. Semua harta benda terbakar, bahkan setelah kebakaran usai dan ketika para tetangga yang mampu mulai membangun kembali rumah, Samsu hanya bisa diam meratapi keadaannya. Kendati semua habis terbakar, tetapi semangat dan takwa dalam diri Samsu tak pernah habis terbakar. Harapan inilah yang mempertemukan Samsu dengan relawan Tzu Chi hingga menjadikan dirinya sebagai salah satu warga yang layak mendapatkan bantuan bedah rumah.

Jika selama ini ia aktif berdakwah dan menyiarkan indahnya rahmat Tuhan, maka pada hari itu ia benar-benar merasakan sendiri, bahwa rahmat Tuhan hadir dalam keberagaman. “Ketika terkena musibah saya berdoa untuk mendapatkan pertolongan. Dan ternyata Allah menjawabnya melalui relawan berseragam biru putih. Mereka adalah kepanjangan tangan Allah,” kata Samsu.

Selama hujan turun dengan derasnya, selama itu pula Samsu menuturkan pengalamannya berkenalan dengan relawan Tzu Chi. Jika dahulu ia sudah mengetahui Tzu Chi adalah organisasi lintas suku, agama, dan ras, maka sekarang ia semakin mengenal lagi dan bahkan terjun dalam kegiatan kerelawanan. Ia sudah mengikuti sosialisasi Tzu Chi, aktif dalam menabung di celengan bambu, bahkan juga aktif mengajak para warga di kampungnya untuk mengikuti kegitan sosial Tzu Chi seperti bersih lingkungan.

foto   foto

Keterangan :

  • Samsu (kemeja biru) merasa sangat bersyukur atas berkah yang ia terima. Ia kini mulai aktif menjalani kegiatan sosial Tzu Chi (kiri).
  • Seorang warga di damping seorang relawan sedang membuka pintu rumahnya yang sudah selesai dibangun (kanan).

Karena Samsu telah membuktikannya sendiri, maka sebagai seorang ustaz di wailayahnya, ia mulai mengedepankan berita tentang kebersamaan dalam keberagaman. Tak hanya dalam perkumpulan warga, di organisasi masyarakat yang ia ikuti pun ia ceritakan tentang budaya humanis Tzu Chi dan misinya yang lintas bangsa. Baginya semua yang dijalankan oleh Tzu Chi adalah murni cinta kasih. Dan cinta kasih inilah yang menurutnya bahasa universal yang menyatukan banyak umat. Karena cinta kasih adalah bahasa Sang Pencipta. “Ketika kita mendapatkan musibah, bukanlah saudara kita yang nun jauh di sana yang datang menolong. Tapi relawan Tzu Chi datang membantu sebagai jawaban dari bahasa cinta kasih,” jelasnya.

 Menurutnya bahasa kasih adalah melihat ketika seseorang merasa telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ciptaan yang agung. Jika demikian adanya, maka tak akan ada keinginan di diri seseorang untuk saling merendahkan antara satu dengan yang lainnya. Ia juga menjelaskan kalau hidup ini hanyalah sementara. Perbuatan yang membahagiakan sesama merupakan benih untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. “Kehidupan kita tak hanya sampai di sini. Masih ada kehidupan lain setelah ini. Maka isilah kehidupan ini dengan penuh berkah, karena hidup tidaklah kekal,” ungkap Samsu.

  
 

Artikel Terkait

Menularkan Semangat Bersumbangsih

Menularkan Semangat Bersumbangsih

18 Oktober 2017
Relawan Tzu Chi Biak bersama dengan tim DaAi TV Taiwan, DAAI TV Jakarta, serta dokter mengunjungi SD Negeri Dofyo Wafor, Biak. Dalam kegiatan ini, Tzu Chi Biak menyosialisasikan dan membagikan celengan SMAT serta Mi Instan Vegetarian DAAI.
Rasa Rindu Yang Terobati

Rasa Rindu Yang Terobati

24 Mei 2010
Opa Anton dengan sigap berdiri sambil memegang gitar andalannya. Ia menghampiri relawan Tzu Chi untuk menerima “tantangan” tersebut. Petikan gitar dan suara lagu yang dinyayikan oleh Opa Anton mampu membawa suasana menjadi hangat
Suara Kasih : Saling Membantu dan Berdoa

Suara Kasih : Saling Membantu dan Berdoa

23 September 2010 Saat melihat kerusakan pascabencana, kita dapat melihat kondisi yang menyedihkan. Pada saat itu, kita sungguh dapat merasakan penderitaan dalam kehidupan ini. Kita sering berkata bahwa kehidupan penuh penderitaan dan sangat singkat.
Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -