Bukan Saudara Nun Jauh Di sana
Jurnalis : Apriyanto , Fotografer : Apriyanto
|
| ||
Sambil menyeruput kopi hangat Samsu yang bersuara lantang khas ulama menceritakan kenangannya ketika ia mendapatkan musibah kebakaran setahun yang lalu. Menurutnya musibah tahun lalu sungguh di luar dugaan dan kuasanya. Semua harta benda terbakar, bahkan setelah kebakaran usai dan ketika para tetangga yang mampu mulai membangun kembali rumah, Samsu hanya bisa diam meratapi keadaannya. Kendati semua habis terbakar, tetapi semangat dan takwa dalam diri Samsu tak pernah habis terbakar. Harapan inilah yang mempertemukan Samsu dengan relawan Tzu Chi hingga menjadikan dirinya sebagai salah satu warga yang layak mendapatkan bantuan bedah rumah. Jika selama ini ia aktif berdakwah dan menyiarkan indahnya rahmat Tuhan, maka pada hari itu ia benar-benar merasakan sendiri, bahwa rahmat Tuhan hadir dalam keberagaman. “Ketika terkena musibah saya berdoa untuk mendapatkan pertolongan. Dan ternyata Allah menjawabnya melalui relawan berseragam biru putih. Mereka adalah kepanjangan tangan Allah,” kata Samsu. Selama hujan turun dengan derasnya, selama itu pula Samsu menuturkan pengalamannya berkenalan dengan relawan Tzu Chi. Jika dahulu ia sudah mengetahui Tzu Chi adalah organisasi lintas suku, agama, dan ras, maka sekarang ia semakin mengenal lagi dan bahkan terjun dalam kegiatan kerelawanan. Ia sudah mengikuti sosialisasi Tzu Chi, aktif dalam menabung di celengan bambu, bahkan juga aktif mengajak para warga di kampungnya untuk mengikuti kegitan sosial Tzu Chi seperti bersih lingkungan.
Keterangan :
Karena Samsu telah membuktikannya sendiri, maka sebagai seorang ustaz di wailayahnya, ia mulai mengedepankan berita tentang kebersamaan dalam keberagaman. Tak hanya dalam perkumpulan warga, di organisasi masyarakat yang ia ikuti pun ia ceritakan tentang budaya humanis Tzu Chi dan misinya yang lintas bangsa. Baginya semua yang dijalankan oleh Tzu Chi adalah murni cinta kasih. Dan cinta kasih inilah yang menurutnya bahasa universal yang menyatukan banyak umat. Karena cinta kasih adalah bahasa Sang Pencipta. “Ketika kita mendapatkan musibah, bukanlah saudara kita yang nun jauh di sana yang datang menolong. Tapi relawan Tzu Chi datang membantu sebagai jawaban dari bahasa cinta kasih,” jelasnya. Menurutnya bahasa kasih adalah melihat ketika seseorang merasa telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari ciptaan yang agung. Jika demikian adanya, maka tak akan ada keinginan di diri seseorang untuk saling merendahkan antara satu dengan yang lainnya. Ia juga menjelaskan kalau hidup ini hanyalah sementara. Perbuatan yang membahagiakan sesama merupakan benih untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati. “Kehidupan kita tak hanya sampai di sini. Masih ada kehidupan lain setelah ini. Maka isilah kehidupan ini dengan penuh berkah, karena hidup tidaklah kekal,” ungkap Samsu. | |||
Artikel Terkait
Peduli Gempa Turki dan Suriah, Tzu Chi Hospital Gelar Penuangan Celengan dan Penggalangan Dana
15 Februari 2023Sebagai wujud empati bagi korban gempa bumi di Turki dan Suriah, Tzu Chi Hospital mengadakan penuangan celengan dan penggalangan dana untuk membantu para korban gempa.
Wujud Kepedulian Terhadap Warga Kurang Mampu
27 Maret 2018Vaksinasi Negeri Bersama Tzu Chi
10 Agustus 2021Yayasan Buddha Tzu Chi Medan bersama Kodam I/BB menyelenggarakan vaksinasi bagi seluruh warga di Kota Medan, 3-5 Agustus 2021 dengan jumlah total 5.000 pendaftar. Vaksinasi ini dilaksanakan di Sekolah Chandra Kumala, Komplek Cemara Asri, Medan.