Bukan Sekadar Ulang Tahun
Jurnalis : Hadi Pranoto, Fotografer : Hadi PranotoDengan penuh semangat Bira (kanan) meniup lilin ulang tahunnya. Minggu, 30 Mei 2010, Windra, Morin, dan Bira merayakan ulang tahun bersama yang diadakan oleh relawan Tzu Chi. Ketiganya adalah anak-anak Panti Asuhan Guna Nanda Jakarta. |
| |
Merasakan, Tidak Hanya Ikut Merayakan Seusai melakukan kebaktian pagi, anak-anak segera berkumpul di ruangan bawah tempat dilaksanakannya berbagai kegiatan, termasuk menonton TV dan aktivitas lainnya. Satu buah kue tar besar dan 3 kue tar kecil tersedia di meja kecil. Di belakangnya, Bira, Windra, dan Morin duduk dengan wajah yang ceria. Seperti perayaan-perayaan ulang tahun lainnya, lagu “Happy Birthday” pun membahana diiringi tepuk tangan dan keceriaan khas anak-anak. Penghuni di panti ini memang beragam, mulai dari bayi, balita, TK, SD, SMP, dan SMA. Tak heran jika beberapa kali kakak-kakak pembina harus menegur adik-adik yang begitu bersemangat hingga sedikit “menganggu” jalannya acara. Mayoritas penghuni panti ini adalah wanita dan anak-anak kecil, karena untuk penghuni pria, setelah menginjak kelas 5 SD mereka tidak tinggal lagi di panti itu (Jakarta) lagi, tetapi di Cipanas, Puncak, Jawa Barat. Begitu bait lagu terakhir selesai, secepat kilat Bira, Windra, dan Morin meniup lilin. Dalam sekejap lilin pun padam, diiringi tepuk tangan dan ucapan selamat dari teman-teman. Tiba saatnya pembagian kue. Theresia, relawan Tzu Chi menjadi orang pertama yang menerima potongan kue tar. “Selamat ya, semoga makin pintar dan sukses,” kata Theresia pada Morin yang memberikan kue. Bira dan Windra pun tak mau ketinggalan, keduanya memberikan potongan kue pertama mereka untuk 2 orang relawan Tzu Chi lainnya. Ketiganya tampak berbahagia dengan persembahan kecil relawan Tzu Chi ini.
Ket : -Dengan tersenyum bahagia Bira menerima ucapan selamat dari relawan Tzu Chi. Bira sejak bayi sudah menjadi penghuni Panti Asuhan Guna Nanda. (kiri) Perhatian dan Kasih Sayang yang Utama
Ket : -Hadiah bukan hanya untuk mereka yang berulang tahun, tetapi juga bagi semua anak penghuni panti. (kiri) Seperti yang dirasakan Bira, Windra, dan Morin hari itu. “Senang bisa tiup lilin,” kata Bira polos. “Senang, bisa (ulang tahun) dirayain sama teman-teman,” sahut Windra. “Di sini teman-teman dah seperti saudara dan keluarga sendiri, jadi meski nggak bisa ngerayain sama keluarga, ini sama seperti dirayakan bersama keluargaku sendiri,” kata Morin yang tinggal di panti sejak kelas 2 SMP (13 tahun), setelah kedua orang tuanya berpisah. Sementara sang Papa tinggal ke kota asalnya di Medan, sang Mama mencoba merintis usaha di Jakarta dengan berdagang kecil-kecilan. “Nanti kalau sudah lulus dan bekerja, Morin mau tinggal sama Mama dan kalau bisa Morin juga mau ajak adik-adik di sini untuk tinggal sama Morin,” ucapnya. Meski sama-sama tinggal di panti, setidaknya Morin masih merasa lebih beruntung karena masih memiliki orang tua, dan sewaktu-waktu ia juga masih bisa bertemu untuk melepas rindu. Sementara banyak anak-anak lainnya yang sudah tidak memiliki orang tua sama sekali, dan bahkan tidak mengenal atau tahu siapa kedua orang tua mereka. “Saya ingin ajak mereka supaya mereka juga bisa tahu rasanya berkumpul sama keluarga (ayah dan ibu),” tegas Morin sambil menatap lekat-lekat Bira yang berada di sampingnya. Bira pun tersenyum dan memperlihatkan kedua gigi depannya yang tanggal. Sebuah senyum yang tulus dan penuh dengan harapan.
| ||