Bukan Siapa, Tetapi Apa yang Dilakukan
Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : ApriyantoLu Lien Chu saat memperlihatkan kepada murid sekolah dasar mengenai barang-barang yang tidak terpakai dapat diolah menjadi produk kreatif yang memiliki nilai guna. Dari kegiatan hari itu Lien Chu mengharapkan agar anak-anak bisa memberikan inspirasi bagi oran. |
| |
Kala itu keponakannya yang baru berusia tiga setengah tahun menyaksikannya dengan terkesima. Sambil tercengang, keponakannya berkata kepada pamannya, “Paman kenapa mengamuk seperti kesetanan, bukannya paman mengajarkan cinta kasih. Semut saja tidak boleh dibunuh, tapi kenapa sama orang mengamuk?” Seketika itu pula sahabat saya langsung menghentikan amuknya. Amarahnya menjadi kendor dan tiba-tiba jantungnya terasa berhenti berdetak. Ia baru menyadari bahwa tindakannya sangat tidak mendidik, dan baru saja ia belajar dari seorang anak kecil. Apa yang Dilakukan, Bukan Siapa yang Melakukan
Ket : -Rooseno saat memilah kertas bersama putrinya Raissa. Rooseno menyambut baik kegiatan ini karena dapat memberikan masukan yang positif bagi anak-anak. (kiri) Lu Lien Chu memang tidak meremehkan kemampuan anak-anak. Ia berkeinginan menanamkan perilaku yang positif kepada anak-anak sejak dini, dan ia yakin bahwa seorang anak juga bisa memberikan contoh dan inspirasi bagi orang dewasa untuk turut melakukan sesuatu yang bermanfaat. “Dari kecil kita sudah menanamkan di pikiran mereka gimana harus bisa (melakukan) daur ulang, sehingga mereka bisa mengatakan kepada papa dan mamanya kenapa harus (melakukan) daur ulang dan barang-barang apa saja yang bisa didaur ulang,” kata Lu Lien Chu.Siang itu Lien Chu mengajarkan kepada para siswa tentang barang-barang yang bisa didaur ulang, memilah barang daur ulang dan mengolah barang-barang yang tidak terpakai menjadi produk kreatif, seperti kursi kecil yang terbuat dari tiga kaleng susu, frame foto, kotak mainan, dan hiasan meja. Berikutnya para siswa diajak melakukan praktik langsung untuk memilah sampah daur ulang yang sering dijumpai, seperti botol plastik atau kertas. Antusias siswa dan orangtua siswa membuat Lien Chu merasa gembira pada kegiatan hari itu. “Daur ulang harus dilakukan dari kecil. Jadi mereka bisa berhubungan dengan papa dan mamanya. Dan saya juga senang karena ada orangtua murid dan guru-guru yang datang, jadi mereka juga bisa tahu apa itu daur ulang,” kesan Lien Chu. Pendidikan yang Baik
Ket : - Kirman guru kelas 3 sekolah Ehipassiko merasa terkesan dengan kegiatan daur ulang. Menurutnya kegiatan ini bagus sekali buat anak-anak mengenai pengetahuan lingkungan. yang diharapkan kedepannya mereka bisa menjadi orang-orang yang perilakunya ramah lingkunga (kiri) Rooseno sendiri mengenal Tzu Chi dari siaran DAAI TV yang ia saksikan. Menurutnya, siaran DAAI TV sangat mendidik dan membawa perubahan bagi keluarga. Tidak sedikit Rooseno mengambil pesan dari tayangan di DAAI TV untuk dijadikan arahan bagi putri satu-satunya itu. “Saya senang menyaksikan kisah anak empat bersaudara yang sekarang sudah besar. Bagaimana mereka bekerjasama. Dari kisah itu saya mengajarkan kepada dia (Raissa) bagaimana bekerjasama. Lumayan dia akhirnya menjadi mandiri dan tidak terlalu manja,” jelasnya. Kegiatan yang merupakan bagian dari program pendidikan sekolah ini membuat Rooseno terkejut sekaligus kagum. Pasalnya dari kegiatan ini ia baru mengetahui lebih dekat mengenai daur ulang yang dilakukan oleh Tzu Chi. “Saya terkejut sewaktu pulang sekolah dia mengatakan, ‘Yah, besok hari Kamis aku mau ke daur ulang.’ Saya pikir daur ulang biasa, ternyata di buku komunikasinya ada daur ulang Tzu Chi, saya jadi terkejut ternyata ada deponya di sini. Saya jadi ingin tahu riilnya seperti apa, biasanya hanya menyaksikannya ditayangan televisi,” aku Rooseno. Program mengenai lingkungan tidak hanya ada di Sekolah Little Rainbow saja, kehadiran Sekolah Ehipassiko di posko daur ulang juga didasarkan pada hal yang sama, yaitu pendidikan lingkungan. Kirman, salah satu guru di Sekolah Ehipassiko menerangkan bahwa kegiatan ini adalah bagian dari materi pelajaran yang bertemakan lingkungan. Ia juga terkesan pada kegiatan daur ulang Tzu Chi. Menurutnya selama ini Ehipassiko telah menjadi mitra Tzu Chi dan telah turut menggalakkan program pelestarian lingkungan di sekolah mereka. “Saya pikir ini bagus sekali buat anak-anak mengenai pengetahuan lingkungan. Mungkin ke depannya mereka bisa menjadi orang-orang yang perilakunya ramah (terhadap) lingkungan,” kesannya. Dari semua pengarahan yang diberikan, diharapkan tidaklah berlebihan jika anak-anak dikatakan sebagai generasi penerus masa depan. Anak-anak dengan kekhasannya adalah pribadi yang unik dan banyak memberi inspirasi.
| ||
Artikel Terkait
Tzu Ching Camp 2015 : TIME
25 Agustus 2015 Para muda mudi mahasiswa Tzu Chi (Tzu Ching) mengadakan Tzu Ching Camp 2015 yang diadakan di Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk, Jakarta tanggal 15-17 Agustus 2015. Tzu Ching Camp yang diadakan selama tiga hari dua malam ini, diikuti oleh 190 peserta yang berasal dari universitas se-Jabodetabek serta Bandung, di antaranya, Universitas Bunda Mulia, Binus, Untar, Trisakti, Universitas Parahyangan dan lainnya.Bantu Konektivitas Pedesaan, Tzu Chi Bandung Bangun Jembatan di Kabupaten Purwakarta
29 Desember 2023Tzu Chi Bandung membangun jembatan gantung di Desa Wanawali, Kecamatan Cibatu, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. Peletakan batu pertamanya telah dilaksanakan pada 21 Desember 2023 lalu.
Karunia Terbesar dari Tuhan
09 September 2020“Biar bagaimanapun yang namanya anak itu kan jiwa. Ini dari Tuhan, jadi kita harus benar-benar sabar. Apapun kondisinya kita harus terima dengan ikhlas, dengan semangat.” (Paulus Tjoei Ho, orang tua Jenny).