Bukan Soal Besar atau Kecil

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 
 

foto Dalam menyambut datangnya Tahun Baru Imlek 2562, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membagikan paket Imlek kepada para pasien penanganan khusus Tzu Chi yang merayakannya.

Suatu hari di tahun 1966, Master Cheng Yen bersama beberapa pengikutnya menjenguk seorang umat di sebuah klinik. Ketika keluar dari kamar pasien, terlihat bercak darah di lantai, namun tidak tampak pasien di sekitar sana. Selanjutnya baru diketahui bahwa darah tersebut milik seorang wanita yang mengalami keguguran. Karena tidak mampu membayar biaya pengobatan, maka wanita itu akhirnya pulang kembali ke rumah.

Mendengar hal ini, Master Cheng Yen sangat terguncang. Seketika itu beliau memutuskan untuk berusaha mengumpulkan dana amal untuk menolong orang dan menyumbangkan seluruh kemampuan dirinya bagi orang yang menderita sakit dan kemiskinan di Taiwan bagian timur. (Buku Profil Menebar Cinta Kasih di Indonesia halaman 1). Dari Taiwan bagian timur, benih cinta kasih pun terus tersebar hingga ke 52 negara termasuk Indonesia.

Selalu Ada di hati
Sumbangsih yang telah Master Cheng Yen lakukan demi sesama semenjak tahun 1966 tersebut kini juga telah lama dirasakan oleh banyak masyarakat di Indonesia, salah satunya adalah Goe Peirder. Bagi Peirder, anak dari Koh Tjoe Jin (almh), apa yang diberikan oleh Tzu Chi bagi mamanya adalah sesuatu yang sangat berguna. Seperti yang Peirder sampaikan hari Minggu, 23 Januari 2011 pada acara Pembagian Angpau dan Parsel menyambut Tahun Baru Imlek 2562, yang bertempat di Lt 6 Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta Barat.

Mewakili sang mama tercinta yang belum lama meninggal dunia, Peirder  mengatakan jangan pernah melihat besar dan kecil bantuan yang diberikan oleh Tzu Chi, karena ia percaya bantuannya itu sangat berguna. “Dan mudah-mudahan juga setelah dibantu Tzu Chi, kita yang ada di sini membantu membalasnya untuk yang lain. Karena saya tahu bantuan itu pernah saya rasakan dan itu bisa berguna bagi semua. Yang seperti saya bilang mungkin bantuannya enggak besar tapi rasa aman yang saya dapet lewat dukungan itu yang berguna banget. Jangan mikirin besarnya, karena paling tidak kita masih bisa bertahan untuk satu dua bulan ke depan,” ujarnya.

Peirder juga berharap para pasien penanganan khusus dan keluarga yang datang dalam acara ini jangan pernah melupakan Tzu Chi. “Di saat ini kamu dibantu di saat lain kamu bisa memberi. Itu saja. Bagi para Shixiong dan Shijie, Gan en,” katanya mengakhiri sharing. Dalam acara ini, Peirder juga sempat memberikan celengan bambu miliknya kepada para relawan Tzu Chi.

foto  foto

Keterangan :

  • Karena tidak semua pasien penanganan khusus Tzu Chi dapat membubuhkan tanda tangan, Ayen shijie pun membantu mereka membubuhkan sidik jari di daftar hadir undangan. (kiri)
  • Para undangan tampak sedang menikmati isyarat tangan Ren Jian You Ai yang dipersembahkan oleh para relawan komite Tzu Chi. (kanan)

Sudah Seperti Jodoh
Bagi Peirder, awalnya ia tidak percaya jika sang mama bisa mendapatkan bantuan dari Tzu Chi. Sakit gagal ginjal yang diderita sang mama tercinta sudah terjadi sejak tahun 2006 silam. Semenjak tahun itu pula, meski mereka tinggal di daerah Muara Karang, Jakarta Utara lama-kelamaan kondisi keuangan mereka menjadi menipis. Hingga di awal tahun 2010, ada beberapa tetangga menyarankan Peirder untuk meminta bantuan pengobatan ke Tzu Chi. Awalnya Peirder sungkan, namun kuatnya dorongan dari beberapa tetangga membuatnya mencoba mengajukan permohonan ke Tzu Chi.

Sampe ke ITC (Kantor Yayasan Tzu Chi-red) saya disuruh isi formulir, sampai di situ pun saya berpikir. Wah rasanya saya enggak mungkin deh. Tidak mungkinlah mendapatkan bantuan karena semua orang kan tau lah Muara Karang itu kan perumahan. Udah gitu yang tinggal di situ kan tidak bisa dibilang orang susah,” katanya mengenang saat-saat mengajukan bantuan.

Maka hingga saat ini, Peirder pun tidak tahu mengapa akhirnya sang mama mendapatkan bantuan dari Tzu Chi. “Sudah seperti jodoh, seperti yang selalu dibilang. Mungkin juga karma baik, saya bisa dapet. Relawan juga tidak bisa menjelaskan kenapa saya bisa mendapatkan bantuan, namun ada juga kabar yang mengatakan bahwa mama saya mendapatkan bantuan karena saya berbakti. Namun saya tidak mengerti dari segi apa,” tandasnya.

Ada satu relawan Tzu Chi bernama Sutina Shijie yang sering berkunjung ke rumah Peirder untuk menjenguk sang mama. Uniknya, selama 8 bulan proses bantuan Tzu Chi diberikan, Peirder tak sekalipun berkesempatan bertemu dengan Sutina Shijie. “Terakhir kemarin ini baru ketemu, sebelumnya tidak pernah bertemu. Setiap kali ada gathering saya cari beliau, namun tidak pernah ketemu,” ujarnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Goe Peirder mengaku sangat terkesan dengan apa yang telah dilakukan Tzu Chi untuk mamanya. "Bukan besar kecilnya, tetapi rasa aman yang diberikan Tzu Chi kepada kami," terangnya. (kiri)
  • Bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik, relawan Tzu Chi tak sungkan-sungkan membantu mereka saat sesi pembagian paket Imlek dilakukan. (kanan)

Kasih Ibu Begitu Besar
Setelah mendapatkan bantuan dari Tzu Chi, cuci darah sang mama dapat dilakukan secara lebih teratur. Namun penyakit kanker yang pernah diderita sang mama muncul kembali. Dahulu, kanker tersebut telah dioperasi, tetapi karena kemudian mamanya menderita gagal ginjal maka hanya makan daging dan tidak makan sayur serta buah. Akibatnya, kemunculan kanker itu menjadi lebih cepat. “Seperti itulah. Di usia 75 tahun. Kalau menyesal sih engga ya. Kalau kehilangan sih iya. Karena semua orang engga sekarang atau nanti juga pasti meninggalkan dunia ini,” katanya mengenang sang mama.

Saat ditanya apakah sudah maksimal apa yang dilakukan Peirder bagi sang mama. Ia menjawab, “Engga bisa ngomong kalau apa yang dilakukan untuk mama sudah maksimal. Karena saya berasa engga akan pernah maksimal. Masih banyak hutang sama mama. Dia sakit paling berapa tahun sedangkan dia gedein saya berapa tahun kan bedanya jauh. Tindakan apapun yang kamu lakukan selama 5-6 tahun mana bisa berbanding dengan 30 tahun sih.”

Sudah Tahu Jalannya
Peirder sendiri kemudian mengatakan sekarang ia sudah tahu hendak kemana dana sosial yang hendak disalurkan. “Dulu terus terang dana yang kita sumbang ke badan sosial tertentu kita engga tahu kemana mengalirnya,” pungkasnya. Tetapi saat ini Peirder sudah tahu dan merasakan bahwa Tzu Chi membantu ke orang yang tepat dan membutuhkan bantuan. “Tzu Chi ada bukan hanya seperti jamur yang tumbuh di musim penghujan saja dan semoga Tzu Chi tumbuh makin besar dan tetap berada di jalurnya,” paparnya.

Dengan hati bersyukur mengantar 2010. Dengan hati yang tulus menyambut 2011. Mari kita buka tahun baru dengan harapan baru, semoga sebuah dunia yang damai, harmonis, sejahtera, dan terbebas dari penderitaan terwujud. Selamat Tahun Baru Imlek 2562. Gong Xi Fat Chai.

  
 

Artikel Terkait

Seminggu Sebelum Pentas

Seminggu Sebelum Pentas

09 Januari 2012 Dimulai sejak pukul 9 pagi, latihan diawali dengan mempelajari lagu-lagu yang akan dibawakan dalam acara pemberkahan. Para relawan pun duduk membentuk formasi lingkaran yang rapi. Di sudut lain, 4 anggota Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) tampak sibuk menata formasi latihan untuk isyarat tangan.
Senyum Membawa Bahagia

Senyum Membawa Bahagia

26 Oktober 2018

Serombongan pekerja bangunan mulai memenuhi lapangan Tzu Chi Center, Sabtu, 20 Oktober 2018. Dengan memakai rompi oranye, mereka dengan tertib melakukan pendaftaran dalam acara bakti sosial (baksos) kesehatan Seniman Bangunan. Hari itu ada 133 seniman bangunan yang hadir. 

Tzu Chi Salurkan Paket Bantuan Darurat Di Kupang, NTT

Tzu Chi Salurkan Paket Bantuan Darurat Di Kupang, NTT

12 April 2021

Relawan Tzu Chi sudah berada di Kota Kupang dan akan fokus memberi bantuan darurat di wilayah Kota Kupang dan Kabupaten Kupang yang terdampak.

Bertuturlah dengan kata yang baik, berpikirlah dengan niat yang baik, lakukanlah perbuatan yang baik.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -