Buku Adalah Jendela Dunia

Jurnalis : Nuraina Ponidjan (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan (Tzu Chi Medan)


Sebanyak 15 orang siswa-siswi dan 6 orang guru dari sekolah SLB Karya Murni tiba di Grand Jati Junction, Medan. Dengan berbaris teratur mereka memasuki Jing Si Book & Cafe, Medan.

Berawal dari kunjungan Suster Sr. Andreani Kssy ke DAAI TV Medan pada bulan Maret 2019 untuk memberikan undangan peliputan kegiatan Sekolah Luar Biasa (SLB) Karya Murni, Medan Johor, Suster Andreani pun merasa tertarik untuk mengajak para siswa SLB Karya Murni untuk mengunjungi Jing Si Book & Cafe Medan.

Setelah bertanya-tanya, Inggrid, staf Jing Si Book & Café Medan menjelaskan ke Suster Andreani bahwa siapa saja boleh berkunjung dan boleh membaca buku-buku yang ada. Mendengar penjelasan dan  jawaban kalau Jing Si Book & Cafe Medan menyambut baik siapa saja yang ingin berkunjung, Suster Andreani sangat senang sekali dan berencana membawa siswanya berkunjung.

 

Suster Andreani Kssy (kedua dari kanan) mendengarkan penjelasan dari Jusni Lina (ujung kanan).

Kemudian pada 10 April 2019, sebanyak 15 orang siswa-siswi tunanetra SLB-A Karya Murni (A simbol untuk mata) dan 6 orang guru tiba di Grand Jati Junction. Setelah berbaris teratur, perlahan-lahan mereka memasuki gedung Jing Si Book & Cafe. Bagi mereka yang memiliki keterbatasan pengelihatan, bisa membaca banyak buku merupakan sebuah kemewahan dan impian. Namun sayangnya di Jing Si Book & Café,  tidak tersedia buku-buku yang dicetak dengan huruf Braille (huruf khusus yang digunakan para penyandang tunanetra). Keterbatasan tersebut bukanlah mendi kendala, para siswa-siswi yang berkunjung tetap bisa merasakan suasana hangat khas Jing Si Book & Cafe.

Agar anak-anak bisa tahu apa isi dari buku-buku yang tersedia, maka mereka dibagi menjadi 6 kelompok dengan tiap kelompok didampingi oleh satu orang guru dan relawan Tzu Chi yang akan membacakan cerita yang ada dalam buku-buku karya Master Cheng Yen. Sebelumnya anak-anak juga diajak berkeliling sambil menerangkan kepada mereka apa saja yang tersedia di Jing Si Book & Cafe.

 

Jason Owen sedang menulis rangkuman cerita yang sedang dibacakan dengan didampingi oleh relawan Tzu Chi Medan.

“Setelah para guru membacakan cerita ke anak-anak, maka dari setiap kelompok harus ada satu siswa yang maju kedepan untuk menceritakan kembali apa yang sudah mereka dengar dan menyimpulkan makna yang terkandung dalam cerita tersebut. Karena setiap cerita pasti ada makna yang tersirat didalamnya dan siswa pun mampu mengungkapkan apa makna dari cerita yang mereka dengar,” ungkap suster Andreani disela-sela kegiatan kunjungan.

 

Apa itu Huruf Braille?

Dalam kunjungan ini, Jason Owen salah satu siswa yang duduk di kelas 3 SMP SLB Karya Murni sedang menulis rangkuman cerita yang dibacakan suster Andreani. Jason bukan menulis dengan pena namun ada alat khusus untuk huruf Braille. Huruf Braille sendiri berbentuk titik-titik menonjol di kertas sehingga dapat diraba dengan jari tangan dan setiap huruf memiliki titik-titik yang berbeda sebagai pengganti dari huruf-huruf dalam alphabet.

 

Mariany, memperkenalkan buku Master Cheng Yen kepada Anasthasya Leris Sitanggang.

Walaupun tidak bisa melihat, tapi Jason bisa merasakan dia berada di sebuah perpustakaan. Ia tahu ada banyak buku-buku, namun sayang buku-buku tersebut tidak ada yang memakai huruf Braille sehingga Jason harus meminta bantuan suster untuk membacakannya. “Kalau di perpustakaan sekolah, semua buku-buku menggunakan huruf Braille. Buku yang dibacakan Suster Andreani berjudul “Memberi Kebijaksanaan”, di dalam buku ini mempunyai makna Kita tidak boleh licik, karena orang yang licik akan celaka,” jelas Jason.

Lain dengan Anasthasya Leris Sitanggang yang biasa dipanggil Leris. Leris masih duduk di SD kelas 5 SLB Karya Murni, kedua matanya masih bisa melihat dengan samar-samar. Dia merasa kagum dengan suasana Jingsi Book & Café yang sejuk dan terasa damai. “Saya senang bisa berkunjung kesini dan saya baru pertama kali tahu kalau barang dari plastik bisa di daur ulang menjadi benang dan diolah menjadi kain sehingga menjadi topi atau pakaian,” kata Leris. Dalam kegiatan ini, Leris juga mendengarkan buku yang dibacakan untuk dirinya dan kelompoknya. “Intinya kita tidak boleh serakah, apa yang kita miliki harus kita syukuri,” ungkap Leris menjelaskan apa yang ia dengarkan.

 

Para siswa SLB Karya Murni yang berkunjung juga ikut berdonasi melalui celengan bambu dari sisa uang jajan mereka .

Sungguh luar biasa, anak-anak bukan hanya datang berkunjung, tetapi mereka mempunyai hati yang penuh cinta kasih karena mereka sudah menyiapkan sedikit sisa uang jajan untuk disumbangkan ke Tzu Chi. Untuk itu staf Jingsi Book & Café Medan menghampiri anak-anak yang mau menyumbang sambil membawa celengan bambu.

Suster Andreani Kssy selaku kepala sekolah SLB-A Karya Murni merasakan bahwa Jingsi Book & Café itu sangat damai dan di dalamnya banyak buku-buku yang mengandung nilai kehidupan. Ia pun berterima kasih kepada Tzu Chi dan mendoakan agar semua orang bisa bersama-sama membimbing anak-anak yang mempunyai kekurangan.

 

Penyerahan 13 buah buku dari Jing Si Book & Cafe Medan untuk Sekolah Luar Biasa Karya Murni Medan.

Melihat antusias anak-anak mendengar cerita dan juga mereka bisa menceritakan kembali apa yang mereka  dengar membuat Jusni Lina, Koordinator kunjungan anak SLB-A Karya Murni merasa terharu.  “Anak-anak dengan segala keterbatasan mereka bisa dengan tertib dan serius mendengar cerita dari guru-guru dan saat menceritakan kembali mereka bisa menceritakan dengan bagus sekali,” tutur Jusni Lina. Melihat keseriusan anak-anak maka Jingsi Book & Cafe Medan menyumbangkan 13 buah buku karya Master Cheng Yen untuk SLB-A Karya Murni. “Semoga berguna untuk anak-anak. Banyak cara untuk bisa berbagi kebaikan, merajut hati dan menggenggam kehangatan,” tambah Jusni Lina.

 

Editor: Arimami Suryo A


Artikel Terkait

Buku Adalah Jendela Dunia

Buku Adalah Jendela Dunia

11 April 2019

Pada 10 April 2019, sebanyak 15 orang siswa-siswi tunanetra SLB-A Karya Murni (A simbol untuk mata) dan 6 orang guru mengunjungi Jingsi Book & Café. Kegiatan ini mengajak para siswa SLB untuk memahami makna dari buku-buku karya Master Cheng Yen dengan cara dibacakan oleh guru pendamping.

Penyakit dalam diri manusia, 30 persen adalah rasa sakit pada fisiknya, 70 persen lainnya adalah penderitaan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -