Bulan 7 Penuh Berkah: Bulan Penuh Syukur, Sukacita, dan Berkah
Jurnalis : Yunita, Indri Hendarmin (He Qi Utara), Fammy Kosasih (He Qi Timur), Widosari (He Qi Selatan), Fotografer : Rudi Darmawan (He Qi Barat), Widosari (He Qi Selatan), Lisda (He Qi Utara), Anand YahyaMelalui shou yu Dharma dibabarkan dengan cara yang menarik
Setiap tahun insan Tzu Chi merayakan acara Bulan Tujuh Penuh Berkah dengan khidmat. Insan Tzu Chi memaknai bulan tujuh sebagai bulan penuh sukacita, penuh syukur dan penuh berkah. Dengan berlangsungnya kegiatan ini Master Cheng Yen ingin memberikan pemahaman yang benar tentang bulan 7 yang kerap disalahartikan. Salah satu kebiasaan itu adalah dengan membakar kertas uang sebanyak-banyaknya dan memberikan beraneka macam persembahan, seperti mempersembahkan makanan daging hewan dan lainnya. Memberikan persembahan seperti ini sebenarnya tidak tepat, karena dalam memberikan persembahan, umat Buddha tidak boleh membunuh makhluk lain dan juga mengotori lingkungan.
Agar dapat memaknai hal tersebut kita perlu mempelajari Dharma. Setelah memahami Dharma, kita juga harus menyebarkan kebenaran agar setiap orang memiliki pandangan yang benar. Pada kesempatan ini relawan Tzu Chi menyebarkan Dharma, salah satunya melalui peragaan isyarat tangan (shou yu) bertema “Jalan Mulia Beruas Delapan” yang dikoordinasikan oleh Elvy Kurniawan Shijie. “Tema ini sangat sesuai karena dalam memaknai bulan tujuh, kita harus memiliki pandangan dan pikiran yang benar serta hidup sesuai Dharma,” terang Elvy Shijie.
Relawan yang mengikuti shou yu sebanyak 41 orang, terdiri dari 13 relawan komite, 12 relawan biru putih, 8 relawan abu putih, dan 8 relawan Tzu Ching. Persiapan dilakukan sebanyak tiga kali. Memang terhitung cukup singkat karena sebelumnya relawan sudah pernah mempelajari dan mementaskan tema ini. Elvy Shijie merasa kali ini relawan lebih rileks dan tenang, selain karena sudah pernah belajar, formasinya pun lebih mudah. “Saya tidak merasa kesulitan karena saya percaya komitmen relawan yang bersungguh hati belajar,” ucap Elvy Shijie.
Sebuah Kesempatan
Gianny Trixie Shijie
relawan He Qi Barat telah belajar shou yu semenjak bergabung di Tzu Chi
tahun 2011. Dulu ketika mengalami masalah berat, ia merasa “terbantu” berkat
mendengar ceramah Master Cheng Yen. Dari sana ia mempunyai keinginan untuk
membantu Master Cheng Yen untuk menyebarkan Dharma yang begitu bagus agar orang
lain juga mendapat manfaatnya. “Saya membantu dalam pembuatan kostum drama
ini,” ujarnya. Meskipun tangannya dalam kondisi luka dan tidak leluasa bergerak,
tetapi ia tetap berusaha maksimal agar banyak orang yang melihat karyanya melalui
pementasan shou yu menjadi suka dan
tertarik belajar Dharma.
Sebanyak 41 orang mengikuti shou yu "Ba Zheng Dao" (Jalan Mulia Beruas Delapan). Mereka terdiri dari 13 relawan komite, 12 relawan biru putih, 8 relawan abu putih, dan 8 relawan Tzu Ching
Mengikuti kegiatan shou yu ini memberikan pengalaman menarik bagi Yusniaty, relawan He Qi Utara yang juga Relawan Zhen Shan Mei. “Awalnya agak ragu apakah bisa, saya pun mendapat dukungan juga dari relawan selain itu membaca Kata Perenungan Master Cheng Yen ‘asal ada niat pasti ada kekuatan’,” Menurut Yusniaty. Ini merupakan kesempatan untuk belajar Dharma. “Hari ini merasa senang dan hati tenang. Hati tenang dapat melatih diri untuk belajar Dharma dengan penuh konsentrasi. Shou yu melatih konsentrasi agar tidak terpengaruh dengan kondisi luar. Fokus dan tenang semua akan berjalan lancar,” tandasnya.
Mengubah Kebiasaan Baik
Kegiatan Bulan 7 Penuh Berkah ini memberi kesan positif bagi
Abe, warga Bandung yang kini bekerja dan menetap di Jakarta. “Acara yang bagus sekali, karena mengubah mindset, pola pikir tentang Ulambana.
Orang bilang ini bulan tidak penuh berkah, tetapi sebaliknya justru bulan ini
adalah bulan yang luar biasa, semua bulan adalah bulan baik, berharap semua
berubah menjadi baik. Mengubah kebiasaan yang sudah terjadi untuk lebih baik ke
depannya,” ujarnya.
Pendapat Abe tentang sharing vegetarian yang disampaikan merupakan niat baik dan bagus. “Membuat dunia menjadi lebih baik, hidup menjadi lebih sehat, tidak ada ruginya untuk bervegetarian. Orang yang bervegetaris pola hidupnya menjadi lebih sehat daripada orang yang masih makan makanan hewani,” ungkapnya.
Pementasan drama berlangsung sukses dan meriah berkat sumbangsih para relawan yang dengan kesungguhan hati menjahit kostum untuk pentas. Salah satunya adalah Gianny Trixie ShijieSecara pribadi Abe juga menjelaskan bahwa dalam 2 tahun ini dirinya sedang belajar mencoba untuk bervegetaris. Walaupun menurut dokter kadar proteinnya di bawah ambang normal dan disarankan tidak bervegetaris tetapi Abe tetap mengikuti pola makan vegetarian. Selama 2 tahun ini ia bervegetaris meski masih mengonsumsi telur dan susu. Perubahan yang terjadi khususnya orang tua juga mulai ikut mencoba pola makan vegetarian. Orang tuanya sudah mulai mengurangi menyajikan makanan dari daging merah maupun daging ayam.
Sementara bagi Matius Purba, acara ini adalah sebuah acara yang luar biasa, mengangkat topik dari sudut pandang program makan vegetarian. Matius sendiri mengetahui acara Bulan 7 Penuh Berkah dari anaknya yang bersekolah di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat. “Kita bisa mengembangkan pemikiran untuk tidak lagi berbuat sesuatu yang semena-mena terhadap binatang. Dengan cara penyampaian seperti ini, kita lebih mudah mengerti apa makna dan fungsinya hidup kita saat ini,” ujarnya.
Menggalang Berkah
Ada yang berbeda dalam kegiatan
Bulan 7 Penuh Berkah kali ini, dimana para relawan dan masyarakat yang hadir diberi
kesempatan untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan SMP dan SMA Sekolah Tzu
Chi Indonesia. Bagi mereka yang memiliki kesempatan untuk bersumbangsih dapat
menuliskan nama yang akan ditempelkan pada genting sekolah yang akan dibangun.
Sama halnya saat pembangunan Aula Jing Si, kali ini antusias relawan dan
masyarakat sangat tinggi.
Salah seorang diantaranya adalah Lioe San Lie. Pria yang tinggal di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat. Dengan menumpang angkutan umum, Lioe San Lie menempuh perjalanan 3 jam lebih untuk hadir ke Tzu Chi Center. Pria berusia 38 tahun ini berdana dua puluh genting. “Saya ingin semua anak bisa sekolah dengan baik dan mendapat pendidikan yang baik, tidak seperti saya yang tidak bisa sekolah sehingga hanya menjadi pekerja kasar,” ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Lioe San Lie juga ingin sekali bisa menjadi relawan Tzu Chi, dan ia sempat mengikuti sosialisasi Tzu Chi. “Tapi untuk ikut kegiatan agak sulit, karena saya harus buka toko plastik dari pukul enam pagi sampai pukul delapan malam,” terangnya. Meski begitu dirinya selalu mengikuti perkembangan kegiatan Tzu Chi melalui facebook salah seorang temannya (relawan).
Tekad bersumbangsih. Lioe San Lie turut bersumbangsih meskipun harus menempuh perjalanan tiga jam dari Ciulengsi, Bogor, Jawa Barat
Jika Lioe San Lie bersumbangsih karena masa lalunya yang tidak mengenyam pendidikan secara cukup. Siany relawan dari He Qi Timur ikut mendonasikan dana genting pembangunan untuk mengenang mendiang adiknya. Dahulu, sang adik memiliki toko bangunan kemudian membantu pembangunan rumahnya dengan menyediakan genting. Hal inilah yang membuatnya sedih dan mengenang kebaikan adiknya. “Ini tepat setahun adik saya wafat. Saya dengan Tzu Chi sedang membuka kesempatan untuk berbuat kebajikan dengan berdana untuk pembangunan gedung sekolah dan rumah sakit Tzu Chi. Dan semoga kebajikan ini merupakan pelimpahan jasa bagi almarhum adik saya,” ujarnya.
Ternyata bukan hanya mereka yang beragama Buddha saja yang mau bersumbangsih, Indah Dewi Farida salah seorang relawan abu putih yang seorang Muslimah juga turut berpartisipasi. Indah sangat mengagumi sosok Master Cheng Yen yang ajarannya selalu mencerminkan nilai-nilai universal kebajikan. “Dengan adanya kesempatan berdana ini, saya juga ingin turut mendukung, menjadi bagian dari pembangunan Sekolah dan Rumah Sakit Tzu Chi,” katanya.
Meskipun beragama Islam, Indah Dewi Farida sangat mengagumi ajaran kebajikan Master Cheng Yen yang universal. Ia ingin turut berpartisipasi dalam pembangunan sekolah dan Rumah Sakit Tzu Chi