Barisan persembahan membawa pelita, bunga, dan buah dengan penuh khusyuk dan teratur dari belakang.
Bulan 7 penanggalan Lunar (Imlek) selalu dianggap sebagai bulan hantu, pintu neraka dibuka dan roh akan mengunjungi bumi selama satu bulan penuh. Namun sesungguhnya, bulan 7 merupakan bulan penuh berkah dan bulan berterima kasih. Berpegang sikap hidup yang berlandaskan pada pandangan benar dan sikap yang positif, insan Tzu Chi Surabaya memaknai bulan 7 dengan berdoa, mengasihi bumi, serta menerapkan pelestarian lingkungan. Seperti yang diadakan oleh relawan Tzu Chi Surabaya pada Minggu 11 Agustus 2024 lalu, pada hari itu mereka merayakan bulan 7 dengan berdoa dan berikrar.
Sebanyak 53 tamu undangan hadir mengikuti kegiatan ini bersama 43 relawan Tzu Chi Surabaya lainnya. Acara dimulai dengan memberikan penghormatan kepada Buddha. Ida Sabrina selaku MC menjelaskan tentang tata cara berikrar dan dibantu oleh 2 relawan Tzu Chi Surabaya untuk memberi peragaan berikrar mulai dari cara berjalan hingga penghormatan. Kemudian para tamu dengan rapi berjalan ke lantai 4 menuju ruang persembahan. Saat itu, Tim Barisan Persembahan sudah bersiap-siap di belakang ruangan untuk maju ke depan dan menghadap meja altar. Kemudian sambil diiringi oleh lagu pendupaan, Tim Persembahan yang terdiri dari 11 orang Relawan Komite Tzu Chi Surabaya mulai perlahan maju ke depan altar.
Barisan Persembahan membawa pelita, bunga dan buah dengan penuh khusyuk dan teratur dari belakang.
Barisan Persembahan membawa pelita, bunga dan buah dengan penuh khusyuk dan teratur dari belakang hingga seluruh persembahan tersebut diletakkan dengan rasa penuh hormat di hadapan Rupang Buddha yang dilanjutkan dengan menyanyikan Gatha Pembuka Sutra. Setelahnya, barisan kembali ke tempat duduk masing-masing dan seluruh hadirin juga dipersilahkan duduk kembali.
Acara dilanjutkan dengan Tim Isyarat Tangan yang membawakan Fo Tuo de Yi Sheng - Zhuan Fa Lun atau Kehidupan Buddha - Memutar Roda Dharma. Gerakan isyarat tangan dan lagu ini bercerita tentang perjalanan kehidupan dari Sang Buddha, yakni bagaimana Sang Buddha membabarkan Dharmma kepada semua murid-Nya dan kepada seluruh makhluk dengan berbagai metode terampil.
Setelah penampilan isyarat tangan, para hadirin diajak untuk menyaksikan video ceramah Master Cheng Yen dengan judul Maudgalyayana Menolong Ibunya yang mengisahkan tentang bagaimana Maha Maudgalyayana bertemu ibunya di alam kelaparan setan akibat karma buruk karena semasa hidup sang ibu banyak membunuh hewan. Maha Maudgalyayana akhirnya berhasil membebaskan ibu dan banyak makhluk lainnya dari alam kelaparan setan berkat doa yang tulus dari para anggota Sangha dan Maha Maudgalyayana sendiri.
Tim Isyarat Tangan yang membawakan isyarat tangan Kehidupan Buddha - Memutar Roda Dharma.
Ceramah Master Cheng Yen dilanjutkan dengan doa cinta dan damai. Setiap peserta dibagikan lilin dan bersama-sama dengan khidmat melantunkan lagu cinta dan damai. Berikutnya, para hadirin dipersilahkan maju secara bergantian untuk memberi hormat kepada Buddha dan mengucapkan ikrar. Disediakan pula selembar kartu ikrar yang dapat dipergunakan oleh para peserta untuk nantinya menulis ikrar pribadi dan sebagai pengingat untuk selalu menjalankan ikrar tersebut.
Rangkaian acara Bulan 7 Penuh Berkah Tzu Chi Surabaya berjalan dengan khidmat dan sangat lancar. Kevin Gozali sebagai koordinator acara menyampaikan bahwa tidak ada kendala dalam kegiatan kali ini. “Saya baru pertama kali menjadi PIC dari acara ini, tentu ada beberapa hal yang belum saya ketahui secara pasti alurnya, tetapi dengan bantuan semua relawan lain, tanggung jawab ini bisa terselesaikan dengan baik,” ungkap Kevin.
Acara ditutup dengan berikrar di depan Buddha untuk sama-sama melestarikan lingkungan, dengan tindakan nyata untuk berbagi pandangan yang benar kepada orang-orang di sekitar agar lebih banyak orang yang bergabung dalam barisan kebajikan dan penuangan celengan bambu oleh para tamu dan relawan.
Makna Sesungguhnya dari Bulan Tujuh
Tidak dapat dipungkiri bahwa tradisi turun temurun mengisahkan bahwa bulan tujuh penanggalan lunar ini adalah bulan yang buruk dan penuh hantu. Namun itu semua hanyalah takhayul yang perlu diluruskan. Master Cheng Yen sendiri bercerita bahwa bulan tujuh adalah penuh berkah dan sukacita bagi Buddha karena pada masa ini banyak praktisi yang menyelami Dharmma dan tercerahkan, karena itu Buddha merasa sukacita.
Tim Konsumsi dengan cinta kasih menyiapkan makanan sehat vegetarian untuk para tamu yang sudah datang.
Ida Sabrina, salah satu komite yang juga bertugas sebagai pembawa acara dalam acara ini mengungkapkan, “Bulan tujuh ini adalah bagaimana kita lebih intropeksi diri dan juga bagaimana melimpahkan jasa pahala kita kepada leluhur dengan berbuat kebajikan.” Hal senada juga diungkapkan oleh Edy Susanto yang melalui ceramah Master Cheng Yen dapat mengerti lebih dalam arti bulan tujuh. “Saya merasa suatu kekhusyukan karena kita juga berdoa bersama dengan tulus hati untuk kebahagiaan semua makhluk,” ungkap Edy.
Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen juga membabarkan betapa pentingnya bagi kita untuk memiliki keyakinan yang benar dan tidak percaya kepada takhayul karena kepercayaan kepada takhayul membuat kita mudah berbuat keliru. Master juga menitikberatkan praktik upacara Ullambana yang keliru. Inti dari upacara Ullambana adalah menolong yang digantung terbalik, namun orang zaman sekarang malah banyak membunuh makhluk lain untuk upacara tersebut.
“Makna yang paling mendalam dari bulan tujuh ini adalah kita bisa berdoa untuk kebahagiaan semua makhluk hidup supaya bebas dari penderitaan” kata Edy Susanto yang ditambahkan harapan oleh Ida Sabrina, “Harapannya semua hadirin bisa menerapkan pola hidup vegetarian dan lebih banyak berbuat kebajikan”
Penuangan Celengan Bambu yang sudah terisi penuh oleh relawan Tzu Chi Surabya.
Sebagai penutup, Master Cheng Yen mengingatkan kepada kita semua bahwa sejatinya bulan tujuh ini sangat penuh berkah. Namun yang terpenting adalah jika kita ingin menolong makhluk yang menderita, hendaknya kita menolong sesama manusia atau makhluk hidup lain, bukan malah membunuh. Jika hewan-hewan dan makhluk hidup lain dapat hidup aman dan tenteram maka umat manusia juga dapat hidup aman dan tenteram.
Editor: Hadi Pranoto