Bulan Berkah, Vegetarian, dan Berbakti

Jurnalis : Agus (Tzu Chi Batam), Fotografer : Anas, Mega, Salim (Tzu Chi Batam)
 
 

foto
Pada tanggal 12 Agustus 2012, relawan Tzu Chi Kantor Perwakilan Batam mengadakan perayaan "Bulan Tujuh Penuh Berkah".

Bulan tujuh yang selama ini dikenal sebagai “Bulan Hantu” oleh masyarakat diluruskan dalam acara “Bulan Tujuh Penuh Berkah” yang diadakan oleh Kantor Perwakilan Tzu Chi Batam pada tanggal 12 Agustus 2012. Tujuan acara tesebut agar masyarakat bisa membangun kepercayaan yang benar mengenai bulan tujuh, percaya bahwa bulan tujuh adalah bulan berkah, bulan vegetarian, dan juga bulan berbakti kepada leluhur-leluhur kita.

 

Acara dibagi dalam dua sesi, sesi pertama yang dimulai pada pukul 10.00 Wib dihadiri oleh 64 masyarakat umum sedangkan sesi kedua dimulai pukul 14.00 Wib yang dihadiri oleh 113 relawan Tzu Chi. Acara diawali dengan lagu “Gatha pendupaan” yang dilanjutkan dengan persembahan.

Bulan Tujuh Penuh Berkah
Banyak orang yang merasa pantang untuk beraktivitas pada bulan tujuh, seperti membuka usaha, menikah, dan lain-lain. Padahal dalam pandangan agama Buddha, bulan tujuh adalah bulan berkah, bulan penuh sukacita. Karena pada zaman Sang Buddha, di antara bulan 4 sampai bulan 7, para Bhikkhu sangat kesulitan melakukan pindapatta karena cuaca di India sangat panas ditambah lagi dengan musim penyakit yang sangat rentan. Maka dari itu, Sang Buddha memerintahkan semua muridnya untuk berdiam di vihara saja yang disebut masa vassa. Setelah 3 bulan menjalani masa vassa, banyak murid-murid Sang Buddha mencapai tingkat kesucian. Sang Buddha sangat bersuka cita pada saat itu.

Contoh nyata di masa modern ini bisa kita lihat dari Man Li Shijie. Ia membuka toko butiknya pada tanggal 4 bulan 7 tahun 2009 penanggalan Cina dan sampai sekarang masih ramai dikunjungi oleh pelanggan setianya. “Saya mengetahui bulan tujuh adalah bulan berkah dari Mei Xiang Shijie. Awalnya saya kurang percaya, maka saya menanyakan ke Dewa-dewi dan hasilnya semakin meyakinkan saya untuk membuka usaha pada bulan tujuh,” ujar Man Li Shijie.

foto  foto

Keterangan :

  • Kegiatan ini terbagi menjadi dua sesi, yang pertama untuk masyarakat umum dan yang kedua untuk relawan yang dihadiri sebanyak 113 relawan (kiri).
  • Relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) memperagakan sebuah drama yang menjelaskan asal-usul budaya pembakaran kertas (kanan).

Bulan tujuh juga identik dengan pembakaran kertas-kertas imitasi yang dipercayai bisa membawa keselamatan. Namun apakah benar demikian? Apakah benar kertas-kertas yang kita bakar bisa dipakai oleh leluhur kita di alam sana? Hal nyata yang bisa kita lihat adalah asap yang dihasilkan dari pembakaran tersebut bisa mengakibatkan pemanasan global. Agar lebih jelas, Tzu Ching memperagakan drama mengenai asal usul kertas sembahyang. Drama tersebut mengundang tawaan yang meriah dari Shixiong-Shijie yang hadir, namun tidak lupa juga Tzu Ching menyampaikan pesan ternyata kertas sembahyang adalah ide cemerlang istri Cai Mo, Hui Niang agar kertas jelek hasil buatan suaminya bisa laku di pasaran dengan membohongi warga bahwa dengan membakar kertas sembahyang, Sang suami bisa menemukan jalan pulang dan hidup kembali pas hari ke 15 bulan 7. Rudi Shixiong berkata “Kita sering membeli uang kertas sembahyang dengan uang kertas asli yang kita punya, kemudian kertas sembahyang yang kita beli dibakar. Kenapa tidak langsung kita membakar uang asli kita yang mau dipakai untuk membeli kertas sembahyang? Uang yang digunakan untuk membeli kertas sembahyang lebih baik disumbang ke Tzu Chi”, tambahnya.

Bulan Vegetarian
Isyarat tangan dari para Boshisatwa dan putaran gambaran neraka menerangkan kekejaman neraka dan alam hantu kelaparan. Kita tidak bisa mengetahui apakah benar ada neraka di luar sana, namun kita bisa melihat manusia telah menciptakan neraka dimana-mana. Adat mewariskan kebiasaan sembahyang yang diharuskan membunuh tiga macam hewan korban (babi, ayam, bebek) dengan alasan untuk dipersembahkan kepada leluhur. Untuk menjelaskan hal itu, Mina Shijie dan relawan-relawan lainnya menampilkan sebuah drama yang menceritakan pada mulanya masyarakat suka membeli daging-daging untuk disembahkan ke leluhurnya, namun setelah mendengar penjelasan dari relawan Tzu Chi, mereka beralih untuk menyembahkan buah-buahan. Seharusnya kita lebih bijaksana, dengan menyembahkan hasil pembunuhan, kita bukan menambah karma baik, malah kita turut melimpahkan karma buruk kepada leluhur kita.

Dunia semakin tidak selaras, bencana alam semakin sering terjadi. Ini semua akibat ulah manusia yang lupa berbuat kebajikan. Bencana alam bisa kita kurangi apabila hati kita selalu dipenuhi rasa bersyukur, membantu orang yang susah, menghormati langit dan melindungi bumi. Para tamu diminta untuk membangkitkan hati pertobatan, berikrarlah yang suci semoga dunia bebas dari bencana. Dan bervegetarianlah agar tidak ada lagi makhluk yang disakiti, sekaligus sebagai suatu wujud berbakti kepada orang tua kita.

foto  foto

Keterangan :

  • Man Li Shijie memberikan sharingnya mengenai pengalamannya di bulan tujuh penanggalan lunar (kiri).
  • Seorang relawan Tzu Chi, Rusliadi Shixiong dengan serius memainkan perannya di dalam drama sebagai pedagang daging (kanan).

Bulan Berbakti
Dalam kitab suci Sang Buddha juga diceritakan Arya Maudgalyayana yang mulia berusaha untuk menyelamatkan ibundanya dari neraka namun tidak sanggup. Bahkan Sang Buddha pun tidak sanggup karena karma setiap orang harus dibayar sendiri. Maka saat orang tua kita masih hidup, berbaktilah. Jangan sampai menyesal seperti drama Sutra Bakti Anak bagian penutup yang ditampilkan oleh Tzu Ching. Drama ini sangat menyentuh para tamu undangan, tidak sedikit penonton menjatuhkan air mata. Seorang relawan, Mimi Shijie mengaku “Lewat drama tersebut, saya teringat masa muda saya yang tidak peduli dengan orang tua. Drama tersebut mengajari saya untuk cepat berbakti kepada mereka selagi masih diberi kesempatan”.

Master mengingatkan kita, cara terbaik untuk menyelamatkan semuanya adalah dengan membalas budi orang tua, bersyukur, berbuat kebajikan, beramal, melenyapkan penderitaan lahir batin semua makhluk hidup. Membalas kepada leluhur bukan dengan menyembahkan 3 macam hewan hasil pembunuhan, bukan juga dengan memboroskan uang untuk membeli banyak kertas sembahyang, tetapi cukup dengan buah segar dan bunga semerbak sebagai wujud ketulusan hati kita.

Di pengujung acara, para tamu mengambil sebuah kartu yang bertulisan “Selamat”. Sisihkan uang yang dipakai untuk membeli kertas sembahyang untuk diamalkan. Makanlah makanan yang bukan hasil penyiksaan terhadap makhluk hidup. Berbaktilah kepada orang tua yang telah mengkhawatirkan kita sepanjang masa. Apabila kita senantiasa berniat untuk berbuat baik, menghormati langit, dan melindungi bumi, maka bulan tujuh tidak lagi dikenal sebagai “bulan hantu”. Bulan tujuh adalah bulan penuh berkah, bulan penuh syukur, dan penuh sukacita.

 

 
 

Artikel Terkait

Gathering Relawan Misi Amal, Bukan Gathering Biasa

Gathering Relawan Misi Amal, Bukan Gathering Biasa

22 November 2023

Puisi berjudul Sukacita dalam Melayani dibacakan Rina dan Kristin dari staf Bakti Amal dengan penuh penghayatan pada Gathering Relawan Misi Amal, Sabtu 18 November 2023. Sebuah puisi untuk mengapreasiasi totalitas dan ketulusan para relawan Misi Amal dalam membantu dan mendampingi masyarakat yang tengah dalam kesulitan.

Mengenal Pelestarian Lingkungan Tzu Chi

Mengenal Pelestarian Lingkungan Tzu Chi

05 Juli 2022

Relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 2 mengadakan sosialisasi Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Rusun Tanah Pasir Blok Mawar, Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara.

Suara Kasih : Memikul Tanggung Jawab

Suara Kasih : Memikul Tanggung Jawab

26 Juli 2012 Kita harus lebih giat lagi. Setiap orang memiliki tanggung jawab atas masalah yang terjadi di dunia ini. Terlebih lagi, anak kecil dan anak muda sungguh memerlukan pendampingan kita. Kita harus membimbing mereka agar berjalan ke arah yang benar.
Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -