Bulan Penuh Berkah: Sifat Luhur Bodhisatwa
Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Anand Yahya, Henry Tando, Stephen Ang (He Qi Utara), Halim (He Qi Barat).
|
| ||
Pada tanggal 25 Agustus 2013, insan Tzu Chi di Jakarta mengadakan doa bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Melalui acara doa bersama ini insan Tzu Chi mensosialisasikan pandangan benar dan makna sesungguhnya dari bulan tujuh, yaitu bulan yang penuh berkah dan sukacita, mengajak setiap orang untuk memulai pola hidup vegetaris, berbakti kepada orang tua, tidak memberikan persembahan daging kepada leluhur, dan tidak membakar kertas sembahyang. Pada hari itu juga sekitar 500 relawan Tzu Chi dan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) menampilkan isyarat tangan Sutra Makna Tanpa Batas (Wu Liang Yi Jing) bab “Sifat Luhur Bodhisatwa”. Sebanyak 106 relawan membentuk formasi kapal Dharma dan menggerakan kapal Dharma dari atas panggung, dan sisanya melalui bangku penonton menjadi lautan Dharma yang membawa kapal berlayar. Bab “Sifat Luhur Bodhisatwa” yang ditampilkan ini menceritakan tentang sifat luhur Bodhisatwa yang juga berasal dari pelatihan diri dan diterapkan dalam hubungan antar sesama; Tidak tega melihat makhluk hidup menderita sehingga bertekad menjadi nahkoda kapal Dharma yang menyelamatkan semua makhluk. Mahkluk hidup yang menderita tersentuh oleh sifat luhur dari Bodhisatwa sehingga bersedia bersama-sama naik ke atas kapal Dharma sampai terbebas dari lautan penderitaan. Untuk ikut serta dalam pementasan ini, setiap orang dihimbau untuk mendalami isi sutra tersebut dan bervegetaris. Salah satu yang terlibat adalah Natalie Wu, wanita kelahiran China yang membuka usaha di Jakarta dan bergabung dalam barisan relawan lautan dharma di acara doa bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah ini. Saat di Indonesia ia menemukan DAAI TV dan melihat ceramah Master Cheng Yen setiap hari. Waktu itu ia berpikir, Kemana ia harus mencari Tzu Chi? Hingga suatu hari ia melihat Jing Si Books & cafe di Pluit, Jakarta Utara dan ia pun datang untuk mencari tahu dengan berpura-pura membeli buku. Kebetulan di sana ia bertemu seorang relawan yang menyapanya, dan ia langsung menanyakan bagaimana syarat agar bisa bergabung menjadi relawan Tzu Chi. Relawan tersebut pun menjawab tidak ada syarat, tanpa pikir panjang lagi ia pun langsung mendaftarkan diri menjadi relawan.
Keterangan :
“Menjadi Guru yang Tak Diundang” Ia bercerita saat ini sudah jarang pengunjung yang datang untuk makan menu non-vegetaris dan saat ini hanya tersisa 2-3 menu yang non-vegetaris. Ketika ditanya apakah ia tidak takut kehilangan pelanggan jika merubah restorannya? Dengan tersenyum lembut tanpa beban ia menjawab, “Relakan saja”. Ia memang mulai merasakan pelan-pelan pelanggannya mulai berkurang, tetapi ia tetap berpegang teguh pada niat hatinya. Setahap demi setahap ia berusaha mewujudkannya, akuarium di dalam restorannya yang biasanya berisi hewan laut pun sudah ia kosongkan. Ketika teman-temannya datang untuk makan menu non-vegetaris, ia akan duduk di sebelahnya dan menceritakan tentang vegetaris. “Kamu tahu tidak kalau kamu makan daging itu karma kita besar sekali, dan itu akan ditanggung oleh kita sendiri, ataupun keluarga kita, ataupun yang lain. Dan kemungkinan binatang-binatang ini yang kamu makan ini mungkin ada hubungannya dengan kita,” itu yang akan dikatakannya kepada teman-temannya. Terkadang temannya pun memintanya untuk tidak menceritakan, tapi ia tetap terus mensosialisasikan pola hidup vegetaris.
Keterangan :
Di bulan tujuh ini ia juga mengajak orang tua dan teman-temannya untuk merubah tradisi membakar kertas sembahyang dengan mempersembahkan bunga atau buah-buahan atau dengan menyumbangkan dana untuk amal. Ia menceritakan bahwa bulan tujuh ini bukanlah bulan hantu, tetapi bulan yang penuh berkah jika kita dapat berbuat baik untuk sesama. Bekerja di Tzu Chi membuatnya merasa semakin lama semakin bahagia dan hatinya semakin tenang, “Dulunya saya pemarah, sedikit-sedikit marah, sekarang sudah bisa dibilang lebih baik, sudah berubah sedikit,” ucapnya. Ia juga bertekad ingin tetap berada di jalan Tzu Chi dan akan terus mengajak orang lain untuk ikut dalam barisan Tzu Chi, melakukan kebajikan bagi sesama.” Dari Natalie Shijie kita melihat satu sosok Bodhisatwa yang menjadi guru pembimbing bagi semua makhluk, bisa merelakan segala yang sulit direlakan dan yang terpenting adalah semangatnya tidak kendur oleh kesulitan dan tetap teguh pada tekadnya. Jadi siapa yang dapat menjadi seorang Bodhisatwa? Bodhisatwa adalah mereka yang ada di dunia dan dekat dengan kita, karena Bodhisatwa adalah Anda dan kita semua. Setiap orang adalah Bodhisatwa yang dapat menjadi guru pembimbing bagi semua makhluk di mana pun berada, mampu menjadi mata bagi mereka yang tidak melihat, serta mampu meluruskan mereka yang berpikiran keliru. | |||
Artikel Terkait
Seminar Kesehatan Dagusibu: Memahami dengan Benar
13 Agustus 2015 Pada Sabtu, 8 Agustus 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan seminar kesehatan “Dagusibu (Dapat, Gunakan, Simpan, Buang)” di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Acara yang dihadiri oleh 52 peserta ini menghadirkan pembicara yang kompeten di bidang kesehatan khususnya mengenai donor darah dan penggunaan obat.Seuntai Kasih dari Jakarta
04 Februari 2010Mengubah Jalinan Jodoh Buruk Menjadi Baik
04 Agustus 2016Bedah buku yang dihadiri sebanyak 31 orang peserta di depo pelestarian lingkungan Tzu Chi Kosambi membahas tentang karma, bagaimana mengubah jalinan joodh buruk menjadi baik dalam kehidupan. Acara yang diadakan pada 27 Juli 2016 ini memakan waktu sekitar dua setengah jam.