Bulan Penuh Berkah
Jurnalis : Dwi Hariyanto (Relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Mieli (Relawan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)
|
| ||
Masyarakat cukup antusias dengan kegiatan ini. Relawan yang hadir ada 71 orang yang terdiri dari 4 orang relawan komite, 5 orang relawan biru, 35 relawan abu-abu, dan 17 relawan rompi, 4 orang tzu ching, dan 6 anak xiao tai yang (kelas budi pekerti Tzu Chi). Pagi itu cuaca mendung dan gerimis menemani langkah para relawan dan masyarakat yang datang ke kantor Buddha Tzu Chi di Tanjung Balai Karimun. Tepat pukul 10.30 WIB kegiatan ini dimulai dengan pembacaan gatha pendupaan yang dipandu oleh Budi Shixiong. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan ceramah master dan penjelasan makna bulan tujuh dalam pandangan agama Buddha. Dalam acara ini Masyarakat di imbau agar mengurangi pembakaran kertas sembahyang dan persembahan berupa hewan atau daging. Semakin siang relawan yang datang semakin dibuat larut dalam acara dengan ditampilkannya drama. Ada tiga drama yang ditampilkan, saat penampilan drama berbakti pada orang tua, banyak sebagian relawan yang hadir ikut meneteskan air mata ketika melihatnya. Mereka terharu dengan sosok penampilan orang tua yang menantikan kedatangan seorang anak, dan akhirnya di sia-siakan oleh anaknya. Drama ini di isi oleh relawan dari Batam dan Karimun. Acara ini selasai pada pukul 13.00 WIB dan diakhiri dengan Berdoa. Bulan tujuh merupakan bulan penuh berkah dan bulan berbakti. Biasanya pada bulan ini dilaksanakan upacara Ulambana. Seperti ucapan Master Cheng Yen dalam ceramahnya, “Bulan tujuh adalah bulan penuh berkah, hendaknya kita dapat melenyapkan kepercayaan membuta dan meningkatkan keyakinan setiap orang sehingga mengerti untuk menghormati langit dan menyayangi bumi. Apa yang bisa kita lakukan? berbakti kepada orangtua, dan bervegetarian.”
Keterangan :
Sudah banyak juga masyarakat Karimun yang telah memahami makna hari Ulambana itu sendiri. Dan mereka dalam menghadapi bulan tujuh ini tidak membakar kertas yang berlebihan, dan banyak juga yang tidak mempersembahkan hewan atau daging dalam bersembahyang. Seperti Leni Shijie salah seorang undangan yang hadir pada hari itu. “Setelah saya membaca sutra-sutra dalam agama Buddha saya telah mengerti tentang cara sembahyang. Apalagi pada bulan tujuh ini saya bersembahyang sesuai dengan ajaran Buddha. Saya saat ini tidak terlalu banyak membakar kertas dan mempersembahkan hewan dalam sembahyang. Saya dalam sembahyang sering mempersembahkan kue, sarimi dan makanan yang vegetarian”. Karena semua mahkluk pada dasarnya mengharapkan hidup bahagia begitu juga hewan. Harapan relawan Tanjung Balai Karimun semoga masyarakat dapat memahami makna bulan tujuh dan tidak ada yang perlu ditakuti dengan bulan tujuh, selain itu masyarakat dapat mengurangi pembakaran kertas dan sembahyang menggunakan hewan atau daging sebagai persembahannya. Sehingga terjadi keselaran antara alam dengan mahkluk hidup lainnya. |
| ||
Artikel Terkait
Kerja Keras Menuai Prestasi
07 September 2015Mengenal Misi Budaya Humanis Tzu Chi
14 Maret 2016Pada Minggu, 28 Febuari 2016, sebanyak 77 murid Kelas Tzu Shao Batam berkumpul di ruang kegiatan Posko Daur Ulang Tzu Chi Batam untuk mengikuti kelas Tzu Shao.
Menyebrangi Lautan untuk Penglihatan yang Terang
01 Maret 2017Gelombang laut di perairan Kepulauan Mentawai-Padang malam itu lebih tenang, tak seperti biasanya. Sekitar 218 Warga Kepulauan Mentawai dari Kecamatan Sipora Utara dan Sipora Selatan berada di atas kapal dalam perjalanan menuju Kota Padang.