Bulan Tujuh Penuh Berkah: Ayo Bervegetaris
Jurnalis : Lo Wahyuni (He Qi Utara), Fotografer : Anand Yahya, Praditya EP, Lo Wahyuni (He Qi Utara)Ruangan Guo Yi Ting, Aula Jing Si Lantai 3 tampak gegap gempita oleh kehadiran ribuan orang pengunjung dan relawan Tzu Chi pada Minggu, 23 Agustus 2015. Acara Pemberkahan Akhir Tahun kali ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pagi dimulai dari pukul 09.00 – 12.00 WIB dan sesi sore jam 14.00 – 16.00 WIB. Setiap sesi dihadiri lebih dari 600 orang. Drama musikal dan isyarat tangan yang dibawakan oleh 150 orang relawan Tzu Chi ini patut diacungi jempol. Perpaduan gerak, gambar, dan cahaya lampu panggung memberikan kesan menarik bagi para hadirin.
Pesan yang ingin disampaikan melalui pementasan drama selama satu jam lebih itu dapat tercapai dengan penggunaan bahasa yang mudah dipahami. Setiap hari hendaknya melakukan lima kebajikan: “Bervegetaris, Hemat listrik, Hemat air, Membawa Alat Makan Sendiri, dan Menggunakan Alat Transportasi Ramah Lingkungan”. Menurut Nelly Kosasih selaku penanggung jawab drama musikal ini, “Masa latihan cukup singkat, hanya satu bulan. Para pemain berlatih dan semua orang berlatih sangat keras, karena kita ingin mengimbau upaya penyelamatan bumi yang harus dilakukan dan tidak bisa ditunda lagi.”
“Sudah Tidak Keburu Lagi” juga menjadi materi presentasi yang dibawakan oleh Chia Wen Yu, relawan Tzu Chi yang membahas pentingnya bervegetaris. “Daging hewan saat ini sudah mengandung bahan kimiawi, antibiotik, dan racun-racun yang berbahaya bagi kesehatan manusia,” kata Wen Yu, sambil mengilustrasikan bagaimana proses ayam di peternakan yang kini lebih singkat waktu pemeliharaannya. “Bayangkan, ayam yang dulu harus dipelihara selama 4 bulan baru biasa dijual ke pasar, sekarang hanya perlu waktu 4 minggu sudah bisa dipotong. Ini tentu dengan cara menyuntikkan obat-obatan ke tubuhnya sehingga ayam menjadi tidak sehat untuk dikonsumsi,” terang Wen Yu.
Wen Yu juga menjelaskan bagaimana anak ayam jantan setelah menetas langsung dimasukkan ke mesin penggilingan untuk dibuat makanan cepat saji (bakso, sosis, dan lainnya). Hal ini karena peternakan hanya mau memelihara ayam betina saja (petelur). “Sapi juga salah satu korban eksploitasi manusia yang sangat menyedihkan. Saat sapi dipelihara di peternakan, betisnya diikat dengan besi yang berat agar dagingnya berwarna pucat sesuai selera konsumen. Usia sapi perah saat ini paling lama 5 tahun, padahal usia sapi seharusnya 20 tahun karena susunya diperah dengan mesin,” terang Wen Yu.
Relawan Tzu Chi, Chia Wen Yu sharing tentang pentingnya bervegetaris.
Pek Bun dan Chay Sia bertekad mengubah kebiasaannya membakar kertas sembahyang, dan mengalokasikan dananya untuk membantu sesama.
Untuk membuat peternakan sapi kita kita juga harus menebang hutan yang cukup luas. Selain itu, kotoran sapi juga menghasilkan gas metana yang merupakan polusi terbesar penyebab pemanasan global saat ini. Kondisi alam kita yang sudah “sakit” terdeteksi pertama kali pada tanggal 16 Juni 2009, jam 12 siang di Beijing, Tiongkok, dimana langit tiba-tiba gelap gulita dan menyebabkan ketakutan penduduk.
Kondisi bumi yang sedang “sakit dan merana” juga dibawakan ke dalam puisi oleh Amelia devina, relawan Tzu Chi dengan penuh penjiwaan, membuat para penonton terkesima. “Kalau bukan saya, kamu, dan Anda maka kondisi bumi akan semakin parah,” tegas Amel mengajak para penonton untuk turut melestarikan bumi dan menjaga lingkungan.
Terinspirasi dari acara ini
Sepasang suami-istri asal Bogor, Pek Bun (61) dan Chay Sia (59) sangat senang bisa hadir di acara ini karena acara ini cukup menginspirasi mereka. “Bagus, karena kita sering sembahyang memakai hio dan menyediakan makanan untuk persembahan kepada leluhur. Untuk selanjutnya saat mendoakan leluhur (kami) tidak akan memakai hio dan dupa, dan hanya memakai buah-buah segar dan bervegetaris,” kata Pek Bun. Keduanya juga akan mengalihkan dana untuk membeli hio akan dipakai untuk bersumbangsih kepada sesama. “Ketulusan hati dan melakukan kebajikan adalah yang terpenting sehingga kita bisa membuat karma baik yang dapat dilimpahkan kepada leluhur. Kita juga mau menjadi relawan Tzu Chi sehingga bisa banyak berbuat kebajikan,” tambahnya.
Shinta Sanusi, relawan Tzu Chi yang ikut dalam pementasan ini berjanji untuk memikirkan kembali jika akan membeli barang, apakah sesuai kebutuhan atau hanya keinginan sesaat.
“Saya sangat mendukung pola hidup vegetarian untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran,” kata Antoni, siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.
Sinta sanusi (51) relawan yang ikut sebagai pemeran drama juga sangat bersyukur mendapatkan banyak hal dari acara ini. “Dulu saya sering berbelanja di mal dengan teman-teman. Sekarang saya harus berpikir ulang apakah barang-barang itu benar-benar perlu dibeli atau hanya keinginan sesaat,” ujarnya. Sinta juga akan mencoba menerapkan daur ulang sampah di rumahnya. Barang-barang rumah tangga dan sampah plastik, botol, kertas dan kaleng akan dikumpulkannya untuk diserahkan ke Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi.
Erik Santosa (33), salah seorang pengunjung juga bertekad untuk bervegetarian. “Kolesterol darah saya cukup tinggi dan juga jarang berolahraga, jadi saya harus segera mencoba pola hidup vegetarian,” ujarnya. Meskipun memakan daging adalah kegemarannya, Erik akan bersungguh-sungguh untuk mulai bervegetaris. “Tadi sudah diinfokan jika susunan gigi manusia adalah gigi seri, sama dengan hewan herbivora (pemakan tumbuh-tumbuhan), dan usus manusia 11 kali lebih panjang dari tinggi tubuhnya. Jadi saya tersadarkan bahwa memang vegetarian sangat penting untuk kesehatan manusia,” tambahnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Antoni Suparman (16). “Saya sangat mendukung pola hidup vegetarian untuk menyelamatkan bumi dari kehancuran,” kata remaja asal Jakarta yang sudah vegetarian 10 tahun lalu. Vegetarian juga membuat saya lebih fokus dalam belajar.”
Acara hari ini sudah usai, tetapi pesan Bulan Tujuh Penuh Berkah ini tetap membara di hati para pengunjung. “Ayo Bervegetaris untuk Menyelamatkan Bumi “.
Artikel Terkait
Kehendak Bervegetarian dari Gadis Bernama Putri
25 Agustus 2015 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan kegiatan “Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah” pada Minggu, 23 Agustus 2015, di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara yang menampilkan drama musikal bertemakan pelestarian lingkungan. Sela-sela drama disusupi pemeragaan isyarat tangan. Salah satunya yang berjudul “Ciak Cai Siong Kai Can” yang dibawakan oleh relawan komunitas He Qi Timur berlatarkan bazar vegetarian Tzu Chi. Isyarat tangan bernuansa ceria dengan gerakan tangan dan badan yang jenaka.Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah
31 Agustus 2022Memperingati Bulan Tujuh Penuh Berkah, Tzu Chi Batam mengadakan Ritual Namaskara dan Doa Bersama pada tanggal 7 Agustus 2022. Tercatat ada sebanyak 128 insan yang menghadiri kegiatan tahun ini.
Bulan Tujuh Bulan yang Penuh Cinta Kasih
16 Agustus 2019Master Cheng Yen berharap agar relawan Tzu Chi dapat membimbing orang-orang agar tidak tenggelam dalam takhayul dalam memahami Bulan Tujuh. Untuk itu pada Sabtu malam 10 Agustus 2019, relawan Tzu Chi Medan, tepatnya di Medan Timur mengadakan acara Doa Bersama Bulan Tujuh Penuh Berkah di Depo Pelestarian Lingkungan Mandala Medan.