Bumi yang Hijau Berawal dari Tangan Kita

Jurnalis : Erich Kusuma, Fotografer : Erich Kusuma, Mangara (He Qi Barat)
 
 

fotoDidampingi para relawan Tzu Chi dan para guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, murid-murid ini belajar pelestarian lingkungan dengan menanam, memupuk, dan memelihara pohon di halaman sekolah.

Hari Minggu, tanggal 4 April 2010, sejak pagi menyongsong para relawan Tzu Chi dibawah koordinasi Moni shijie tampak tengah sibuk menyiapkan segala hal yang nantinya akan dipergunakan dalam acara pelestarian lingkungan. Para shixiong (relawan laki-laki) menyiapkan peralatan seperti cangkul, gunting, hingga pohon, sementara para shijie (relawan perempuan) menyiapkan tanaman yang nantinya akan ditanam oleh para murid-murid Ai De Xi Wang (murid-murid SD) Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Agar murid-murid memahami proses menanam pohon, para shijie lalu mencabut pohon-pohon dari pot-pot berukuran besar itu. Usai dicabut, akar pohon dan seluruh bagiannya dibersihkan. Setelah bersih, akar-akar pohon itu lalu dimasukkan ke dalam polybag (plastik pembungkus sebelum pohon ditanam) dan siap untuk ditanam kembali ke dalam pot-pot besar.

 

Semua persiapan telah selesai, relawan lantas beristirahat sejenak seraya menunggu kedatangan murid-murid Ai De Xi Wang. Tepat pukul 7.30 Wib, murid-murid Ai De Xi Wang dan Tzu Shao (murid-murid SMA dan sederajat) yang akan mengikuti acara pelestarian lingkungan mulai berdatangan. Kehadiran mereka dengan gelak tawanya yang masih polos dan penuh canda mengubah suasana Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang tadinya sepi menjadi lebih hidup. Hari itu, mereka juga tak lupa membawa celengan bambu yang nantinya diserahkan kepada shixiong shijie.

Praktik Menanam Pohon
Pagi itu, acara dibuka dengan sambutan dari Suwignyo shixiong, guru kelas enam Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. “Hari ini semua berkumpul di sini untuk melakukan sesuatu hal yang baik dengan sepasang tangan kita, yaitu kita akan melakukan pelestarian lingkungan yang akan dilakukan di sekolah Cinta Kasih Tzu Chi,” kata Suwignyo shixiong pepuh kehangatan. Usai kata sambutan yang begitu hangat dan bersahabat dari Suwignyo shixiong, murid-murid kemudian memberi hormat kepada para shijie yang hari itu akan berperan sebagai pendamping. Tak jauh dari situ, para Tzu Shao juga memberi hormat kepada para Tzu Ching (muda-mudi Tzu Chi) yang turut dalam program ini. Acara hormat dan doa pun berjalan dengan khidmat.

Kegiatan pertama yang dilakukan dalam acara ini adalah belajar mencangkul dan memberi pupuk ke tanaman yang sudah di dalam pot bunga. Didampingi para relawan, meski merasa agak jijik, anak-anak ini antusias turut serta dalam proses pemupukan tanaman. Mereka mencangkul tanah, memotong daun kering sebagai campuran pupuk hingga mengaduk-aduk pupuk kompos yang sudah dituang ke dalam pot.  Reva, siswi kelas 3 A Sekolah Dasar Cinta Kasih Tzu Chi contohnya, meski dia sudah 3 kali ikut dalam kelas Ai De Xi Wang tetapi pengalaman menanam tanaman secara langsung ini adalah yang pertama kali baginya. Walau dia tahu kalau pupuk kompos yang diaduknya berasal dari kotoran hewan, reva dengan antusias membantu dalam proses pemupukan tanaman yang ada dihadapannya.

foto  foto

Ket : -   Bagi Reva, acara menanam pohon seperti ini adalah pengalaman yang pertama baginya.  (kiri)
          - Untuk menjaga lingkungan khususnya ketersediaan air bersih, relawan Tzu Chi mengajarkan para             siswa tata cara mencuci tangan yang hemat dan efisien.(kanan)

Pengalaman Pertama
 “Ga apa-apa tanganku kotor, yang penting bisa dapet pelajaran menanam tanaman trus kalo tangan kotor nanti kan bisa cuci tangan,” ujarnya. Namun lain halnya dengan Iman, murid kelas 9 A, dia lebih memilih memotong daun-daun layu pada tanaman untuk dijadikan campuran pupuk dari pada ikut memupuk tanaman. Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Acara berikutnya adalah waktu istirahat yang diisi dengan makan makanan ringan yang sudah disiapkan sebelumnya. saat itu, sebagian besar tanaman yang tadi di dalam polybag sudah ditanam kembali ke dalam pot-pot besar.

Anak-anak yang tadi belajar menanam pohon sekarang belajar untuk mencuci tangan yang baik. saat itulah pelajaran tentang pelestarian lingkungan benar-benar diajarkan dan diterapkan kepada para murid Ai De Xi Wang dan Tzu Shao. Mereka diajarkan untuk tidak langsung mencuci tangan di wastafel karena hal itu akan membuat salurannya tersumbatkarena tanah yang ada di tangan. Mereka diajarkan untuk mencuci tangan di 5 ember yang berbeda secara berurutan. Dimulai dengan urutan ember pertama dari air bersih, air sabun, air bersih untuk membilas, air bersih ketiga, hingga air bersih di ember terakhir untuk membersihkan tangan secara keseluruhan. Dengan cara ini, air yang dipergunakan tidak begitu banyak terbuang dan sisa air masih dapat digunakan untuk menyiram tanaman.

Penanaman pohon diakhiri dengan makan makanan ringan bersama. Sebelum ditutup, semua hadirin kembali berbaris, sama seperti yang dilakukan saat acara pembukaan. Tak lama kemudian, dari pintu masuk sekolah, tampak muncul beberapa siswi yang ternyata datang terlambat. Salah satunya adalah Jihan, siswi kelas 5 Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Jihan yang tinggal di daerah Menceng ini sedih karena terlambat datang pada acara penanaman pohon di sekolahnya. Itu semua terjadi karena ojek yang ditumpanginya dari rumah terjebak macet yang sangat parah, Jihan pun terlambat tiba di sekolah. Melihat Jihan yang sedih, teman-teman dan para relawan dengan hangat menyambutnya. Mereka lantas mengajak Jihan bergabung dengan barisan dan mengikuti acara selanjutnya.

foto  foto

Ket : - Dengan menggunakan cangkul, siswi ini belajar menanam pohon sekaligus memberi pupuk ke               pohon yang ditanam. (kiri).
         - Setelah acara menanam pohon selesai, murid-murid beserta dengan para relawan Tzu Chi             membersihkan sisa - sisa sampah dan daun yang masih tertinggal. (kanan)

Menguatkan Komitmen
Acara lalu berlanjut dengan sesi sharing yang berlokasi di ruang serba guna Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Fahrul, salah satu murid Ai De Xi Wang mengatakan bahwa dirinya benar-benar sangat senang dengan adanya program penanaman pohon ini. Dia mendapatkan pengalaman baru dari relawan yang mengajarkan bagaimana caranya merawat tanaman dengan baik dan bijaksana. Hal yang hampir sama diutarakan oleh Endah, siswi SMA Cinta Kasih Tzu Chi. Acara seperti ini adalah pengalaman pertamanya dalam menanam pohon. Dia merasa sangat senang dengan pelajaran yang diterimanya, apalagi yang mengajarkan juga sangat sabar dan penuh perhatian. Itulah kata-kata yang disampaikan oleh Endah di penghujung acara.

Menurut Rudi shixiong, guru SMK Cinta Kasih yang di kehidupan sehari-harinya sangat memerhatikan lingkungan sekitar, program seperti ini perlu sering dilakukan. “Minimal sebulan sekali. Karena  selain mendidik anak agar lebih mengerti tentang cara menanam dan merawat tanaman yang baik, acara ini juga bisa menumbuhkan simpati anak terhadap lingkungan sekitarnya,” katanya. Hal yang sama juga dilontarkan oleh Indra dari Tzu Ching dan makin ditekankan lagi oleh Suwignyo shixiong dalam kata sambutannya kepada para murid. Sejak dini mengenal dan melestarikan lingkungan, itulah tujuan utama dari kegiatan ini.

  
 
 

Artikel Terkait

Banjir Jakarta: Menumbuhkembangkan Kurukunan Antar Sesama

Banjir Jakarta: Menumbuhkembangkan Kurukunan Antar Sesama

27 Januari 2014 Relawan Tzu Chi yang berinteraksi langsung dengan penerima bantuan dan memberikan jenis bantuan yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Memberikan bantuan secara langsung kepada mereka yang benar-benar layak dibantu.
Benih Tzu Chi di Palembang

Benih Tzu Chi di Palembang

29 Maret 2011 Untuk mengenalkan dan juga menanamkan benih-benih Tzu Chi di Palembang, pada tanggal 26 dan 27 Maret 2011, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan acara Ramah Tamah dan juga Pelatihan Relawan Abu Putih yang pertama.
Air Hujan Sebagai Sumber Kehidupan

Air Hujan Sebagai Sumber Kehidupan

26 Februari 2018
Warga Asmat yang tinggal di pedalaman menggunakan air hujan sebagai pemenuh kebutuhan air sehari-hari. Ini menjadikan masyarakat Asmat rentan terkena penyakit karena kurang menjaga kebersihan.
Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -