Bumi yang Hijau Berawal dari Tangan Kita
Jurnalis : Erich Kusuma, Fotografer : Erich Kusuma, Mangara (He Qi Barat)Didampingi para relawan Tzu Chi dan para guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, murid-murid ini belajar pelestarian lingkungan dengan menanam, memupuk, dan memelihara pohon di halaman sekolah. |
| ||
Semua persiapan telah selesai, relawan lantas beristirahat sejenak seraya menunggu kedatangan murid-murid Ai De Xi Wang. Tepat pukul 7.30 Wib, murid-murid Ai De Xi Wang dan Tzu Shao (murid-murid SMA dan sederajat) yang akan mengikuti acara pelestarian lingkungan mulai berdatangan. Kehadiran mereka dengan gelak tawanya yang masih polos dan penuh canda mengubah suasana Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi yang tadinya sepi menjadi lebih hidup. Hari itu, mereka juga tak lupa membawa celengan bambu yang nantinya diserahkan kepada shixiong shijie. Praktik Menanam Pohon Kegiatan pertama yang dilakukan dalam acara ini adalah belajar mencangkul dan memberi pupuk ke tanaman yang sudah di dalam pot bunga. Didampingi para relawan, meski merasa agak jijik, anak-anak ini antusias turut serta dalam proses pemupukan tanaman. Mereka mencangkul tanah, memotong daun kering sebagai campuran pupuk hingga mengaduk-aduk pupuk kompos yang sudah dituang ke dalam pot. Reva, siswi kelas 3 A Sekolah Dasar Cinta Kasih Tzu Chi contohnya, meski dia sudah 3 kali ikut dalam kelas Ai De Xi Wang tetapi pengalaman menanam tanaman secara langsung ini adalah yang pertama kali baginya. Walau dia tahu kalau pupuk kompos yang diaduknya berasal dari kotoran hewan, reva dengan antusias membantu dalam proses pemupukan tanaman yang ada dihadapannya.
Ket : - Bagi Reva, acara menanam pohon seperti ini adalah pengalaman yang pertama baginya. (kiri) Pengalaman Pertama Anak-anak yang tadi belajar menanam pohon sekarang belajar untuk mencuci tangan yang baik. saat itulah pelajaran tentang pelestarian lingkungan benar-benar diajarkan dan diterapkan kepada para murid Ai De Xi Wang dan Tzu Shao. Mereka diajarkan untuk tidak langsung mencuci tangan di wastafel karena hal itu akan membuat salurannya tersumbatkarena tanah yang ada di tangan. Mereka diajarkan untuk mencuci tangan di 5 ember yang berbeda secara berurutan. Dimulai dengan urutan ember pertama dari air bersih, air sabun, air bersih untuk membilas, air bersih ketiga, hingga air bersih di ember terakhir untuk membersihkan tangan secara keseluruhan. Dengan cara ini, air yang dipergunakan tidak begitu banyak terbuang dan sisa air masih dapat digunakan untuk menyiram tanaman. Penanaman pohon diakhiri dengan makan makanan ringan bersama. Sebelum ditutup, semua hadirin kembali berbaris, sama seperti yang dilakukan saat acara pembukaan. Tak lama kemudian, dari pintu masuk sekolah, tampak muncul beberapa siswi yang ternyata datang terlambat. Salah satunya adalah Jihan, siswi kelas 5 Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Jihan yang tinggal di daerah Menceng ini sedih karena terlambat datang pada acara penanaman pohon di sekolahnya. Itu semua terjadi karena ojek yang ditumpanginya dari rumah terjebak macet yang sangat parah, Jihan pun terlambat tiba di sekolah. Melihat Jihan yang sedih, teman-teman dan para relawan dengan hangat menyambutnya. Mereka lantas mengajak Jihan bergabung dengan barisan dan mengikuti acara selanjutnya.
Ket : - Dengan menggunakan cangkul, siswi ini belajar menanam pohon sekaligus memberi pupuk ke pohon yang ditanam. (kiri). Menguatkan Komitmen Menurut Rudi shixiong, guru SMK Cinta Kasih yang di kehidupan sehari-harinya sangat memerhatikan lingkungan sekitar, program seperti ini perlu sering dilakukan. “Minimal sebulan sekali. Karena selain mendidik anak agar lebih mengerti tentang cara menanam dan merawat tanaman yang baik, acara ini juga bisa menumbuhkan simpati anak terhadap lingkungan sekitarnya,” katanya. Hal yang sama juga dilontarkan oleh Indra dari Tzu Ching dan makin ditekankan lagi oleh Suwignyo shixiong dalam kata sambutannya kepada para murid. Sejak dini mengenal dan melestarikan lingkungan, itulah tujuan utama dari kegiatan ini. | |||