Burung Walet Telah Kembali (Bag.1)

Jurnalis : Chandra Wijaya (Tzu Ching), Fotografer : Chandra Wijaya (Tzu Ching)
 
 

fotoPada hari Tzu Ching Sedunia, Tzu Ching dari setiap negara menyampaikan laporan kegiatan di negaranya, termasuk Tzu Ching Indonesia.

Pada hari itu perasaan saya senang namun bercampur aduk dengan perasaan berdebar-debar. Kalender menunjukkan hari Sabtu, 22 Desember 2012, hari dimana bukan tanggal hari raya tetapi memberikan perasaan yang luar biasa. Tidak hanya saya saja, tetapi 32 Tzu Ching lainnya kemungkinan besar akan merasa hal yang sama. Ya, kita bersama-sama akan pulang ke kampung halaman batin di Taiwan untuk mengikuti acara Tzu Ching Camp International, yang terdiri dari Pelatihan Pengurus Tzu Ching Luar Negeri dan Hari Tzu Ching Sedunia. 

 

Seminggu sebelum keberangkatan, saya terus menerus mendengarkan sebuah lagu yang saya suka yang berjudul 燕子歸來 (Yan Zi Gui Lai – Burung Walet Pulang Kembali). Alunan lagu yang tenang berisi lirik yang berarti waktu nya burung walet dari berbagai tempat untuk pulang kembali ke sarangnya, burung walet ibarat insan Tzu Chi dan sarangnya di Hualien, Taiwan. Ini bukan kepulanganku yang pertama kalinya, dan masih teringat Tzu Ching Camp International tahun 2011, lagu Yan Zi Gui Lai ini diputar dan seluruh Tzu Ching sedunia bersama-sama berjanji untuk pulang ke Taiwan di akhir tahun 2012, karena sebuah jalinan jodoh yang begitu luar biasa memperingati 20 Tahun Tzu Ching Sedunia dan akhirnya saya bisa menepati janji itu.

Camp kali ini diikuti oleh 14 negara, dengan total 1007 orang yang terdiri dari peserta berjumlah 772 orang (331 Tzu Ching luar negeri dan 441 Tzu Ching Taiwan) dan panitia sebanyak 235 orang. Selama 6 hari mengikuti camp, setiap orang dibagi ke dalam kelompok kecil yang berjumlah 8-9 orang terdiri dari Tzu Ching beberapa Negara dan didampingi juga seorang Papa / Mama Tzu Ching, sehingga setiap orang bisa saling berinteraksi satu sama lain dalam sebuah kehangatan keluarga kecil.

foto   foto

Keterangan :

  • Sebanyak 33 Tzu Ching Indonesia kembali ke Hualien, Taiwan untuk mengikuti Tzu Ching Camp Internasional 2012 yang jatuh pada tanggal 25-30 Desember 2012 dan bertepatan dengan usia 20 tahun Tzu Ching (kiri).
  • Usai mengikuti berbagai kelas dan mendengar berbagai sharing, Tzu Ching Indonesia berkumpul untuk saling berbagi perasaan mereka (kanan).

Selain itu, saya mendengar banyak sharing dari pengalaman dari berbagai insan Tzu Chi seluruh dunia, dari Tzu Ching Tong Xue, Tzu Ching Xue Zhang-Xue Jie hingga Papa Mama Tzu Ching. Banyak hal yang saya pelajari pada camp kali ini, khususnya ada beberapa kelas yang diperuntukkan Xue Zhang-Xue Jie (Kakak Pendamping Tzu Ching). Disini saya belajar bagaimana agar saya sebagai Xue Zhang bisa mendampingi Tzu Ching dengan baik dan menjembatani dengan Papa Mama Tzu Ching / Shigu-Shibo karena kita semua adalah sebuah kesatuan diibaratkan sebuah kopi 3 in 1. Tzu Ching ibarat kopi, Xue Zhang-Xue Jie ibarat susu dan Papa Mama ibarat gula. Walaupun Tzu Ching Indonesia tepatnya Jakarta saat ini memiliki seorang Mama,  yaitu Lynda Shigu tetapi sebenarnya kita sudah ada papa mama yang begitu banyak hanya saja belum mendampingi kita bersama. Harapan dari Tzu Ching adalah agar Tzu Ching bisa punya papa mama yang akan selalu mendampingi anak-anaknya.

Belajar Dharma melalui Kehidupan Sehari-hari
Setelah camp berakhir, saya tidak langsung bergegas pulang kembali ke Indonesia, karena saya dan beberapa Tzu Ching lainnya akan tinggal di Griya Jing Si dan menjadi relawan di sana, membantu pekerjaan para Shifu (panggilan bagi Bhiksuni di Griya Jing Si). Saya sangat senang sekali dan setelah saya sampai di Griya Jing Si, saya berbicara dalam “Akhirnya aku kembali dan tinggal di rumah”.

Beberapa pekerjaan saya lakukan selama menjadi relawan di Griya Jing Si, salah satunya adalah memberi label pada produk sabun Jing Si. Dalam mengerjakan pekerjaan ini sebenarnya cukup santai, tidak dibutuhkan tenaga yang besar tetapi dibutuhkan kesabaran dan ketelitian dalam menempel kertas label pada sabun karena selama proses penempelan, sabun-sabun yang sudah jadi harus diperiksa kembali apakah sesuai standarnya, dan penempelan kertas label itu juga diharuskan rapi karena ini semua adalah bentuk pelayanan terhadap orang yang akan membeli produk ini. Seperti yang Shigong Shangren (Master Cheng Yen) sering katakan dalam ceramahnya bahwa setiap orang hendaknya selalu bersungguh hati setiap saat. Walaupun pekerjaan yang dilakukan ini cukup mudah, tetapi tidak boleh meremehkan pekerjaan itu.

  
 

Artikel Terkait

Berbakti pada Orang Tua adalah Akar dari Segala Kebajikan

Berbakti pada Orang Tua adalah Akar dari Segala Kebajikan

14 Mei 2020

Murid-murid Kelas Bimbingan Budi Pekerti di Tzu Chi Medan memperingati dan merayakan Hari Ibu Internasional melalui aplikasi Zoom, Minggu, 10 Mei 2020.

Pelajaran dari Sebuah Kunjungan Kasih

Pelajaran dari Sebuah Kunjungan Kasih

14 Januari 2011 Minggu tanggal 9 Januari 2011, relawan Tzu Chi dari He Qi Utara mengadakan kegiatan kunjungan kasih pertama di awal tahun 2011. Sejak pukul 8 pagi relawan mulai berkumpul di Jing Si Books and Café Pluit, dan tepat pukul 9 perjalanan pun dimulai.
Langkah Awal Membawa Berkah

Langkah Awal Membawa Berkah

08 Maret 2012 Berkat kesabaran, kerja keras dan niat tulus, di tahun 2012 ini, para insan Tzu Chi Tebing Tinggi berhasil membangun sebuah kantor penghubung yang akan menjadi pusat kegiatan serta sarana pelatihan diri bagi para relawan.
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -