Burung Walet Telah Kembali (Bag.2)

Jurnalis : Chandra Wijaya (Tzu Ching), Fotografer : Chandra Wijaya (Tzu Ching)
 
 

fotoTzu Ching Camp kali ini diikuti oleh 14 negara, dengan total 1007 orang yang terdiri dari peserta berjumlah 772 orang (331 Tzu Ching luar negeri dan 441 Tzu Ching Taiwan).

Keesokkan harinya, saya dan rombongan Tzu Ching lainnya mendapat kesempatan pekerjaan memanen kunyit di kebun. Rasanya sangat senang, akhirnya bisa pergi berkebun karena selama ini tidak pernah sekalipun berkebun apalagi melihat Shifu-shifu yang pergi berkebun menjadi sebuah ketertarikan tersendiri bagiku. Kami pun bergegas ke suatu tempat untuk memakai peralatan berkebun, sarung tangan, sepatu boot dan topi. Kesempatan ini sungguh sangat jarang bisa di dapat, Shifu bilang kunyit ini di tanam selama 2 tahun dan kali ini jadi berkah kita untuk memanennya.

Kebun kunyit memiliki tekstur tanah yang agak lembab dan lunak, kunyit yang akan di panen pun masih harus digali dari dalam tanah. Setelah digali barulah kita mengambil setumpuk besar kunyit dengan akar-akar yang beruas kuat dan menempel dengan tanah-tanah. Tidak sampai disitu saja, kami dan Shifu bekerja sama untuk membersihkan setumpukan kunyit itu dari tanah-tanah yang menempel pada kunyit. Sering kita bisa temukan beberapa hewan yang ada di dalam tanah tersebut, seperti cacing, semut, ulat kaki seribu tetapi Shifu Griya Jing Si dengan begitu welas asih setiap hewan yang ditemukan akan dilepaskan di tempat lain agar tidak terinjak ataupun terluka oleh kami saat memanen kunyit.

Saat itu, ada seorang Shifu yang bertanya kepada beberapa orang Tzu Ching termasuk saya dalam satu lingkaran grup kecil, “Kalau kita melihat setumpuk bongkahan kunyit ini, apa yang kalian pikirkan?” Tak ada yang terpikir dan menjawab sesuatu termasuk saya. Lalu, Shifu itu menjawab dan menjelaskan bahwa kalau kita melihat kunyit ini adalah sekelompok orang yaitu relawan Tzu Chi lalu kunyit itu punya akar yang kuat dan tanah yang menempel adalah ajaran Shigong Shangren, jadi kita semua harus bersama-sama He He Hu Xie (bekerjasama dengan harmonis) lalu mendengar, mendalami dan mempraktikkan ajaran Shigong, dengan begitu baru kita punya akar yang kuat seperti kalimat: Li Ti Liu Li Tong Xin Yuan; Pu Ti Lin Li Tong Gen Sheng (Bola Kristal 3D berpusat pada titik yang sama; Hutan Bodhi tumbuh pada akar yang sama).

foto   foto

Keterangan :

  • Setelah camp berakhir, beberapa Tzu Ching melanjutkan tinggal di Griya Jing Si dan menjadi relawan membantu para Shifu (kiri).
  • Kami mendapatkan kesempatan memanen kunyit yang hanya bisa dipanen setiap dua tahun sekali, dan sembari memanen, Shifu juga menceritakan hal yang bermakna  kepada kami (kanan).

Saya cukup kaget mendengar penjelasan itu, dan sebenarnya memang benar apa yang dikatakan oleh Shifu, dan aku sadar prinsip hidup Shigong Shangren dan para Shifu dengan hidup mandiri melatih diri dan belajar Dharma melalui kehidupan sehari hari seperti bercocok tanam, bukan hanya dengan melafalkan doa. Jadi sejak saat itu saya harus lebih bersungguh hati dalam menjalankan kehidupan saya dan belajar sebuah ajaran dari kehidupan orang lain.

Genggam Rasa Haru Itu
Tak terasa sudah 13 hari saya berada di Taiwan, rasanya waktu cepat sekali berlalu, begitu cepat. Pada tanggal 3 Januari 2013, tiba waktunya beberapa Tzu Ching Indonesia termasuk saya yang berjumlah 10 orang untuk pulang ke Jakarta. Rasanya berat, dan tak rela meninggalkan Taiwan dan akan kangen dengan suasana dan kehidupan di Griya Jing Si, tapi apapun yang terjadi saya tetap harus pulang ke Indonesia.

Saya akan transformasikan rasa kangen ini untuk menjadi semangat dalam melakukan Tzu Chi, seperti yang disharingkan oleh Ping Lun Xue Zhang sesaat sebelum acara penutupan Hari Tzu Ching Sedunia: “Kelak nanti, kita merasa terharu bisa bertemu dan mendengarkan ajaran langsung dari Shigong Shangren, lalu menyanyikan lagu Li Yuan Wen (Janji Bakti) mengiringi beliau meninggalkan aula dan lirik terakhir lagu itu: Jing Qing Shang Ren Mo You Lv (Berharap Master jangan khawatir). Kita harus terus menggenggam rasa haru itu, berharap Shigong Shangren jangan khawatir, maka kita harus lakukan Tzu Chi, lakukan apa yang dikatakan beliau dengan rajin, harus tahan kesulitan dan ujian dan membutuhkan lebih banyak orang.”

Saya yakin Tzu Ching Tong Xue Men dari Indonesia merasa terharu selama perjalanan pulang ke kampung halaman batin ini, mari kita bersama-sama genggam terus rasa haru dan semangat ini dalam menjalankan Tzu Chi, sehingga Master tidak khawatir dengan Tzu Ching Indonesia. Jia You…

  
 

Artikel Terkait

Menjaga Kesehatan Warga Kampung Cipanengah

Menjaga Kesehatan Warga Kampung Cipanengah

11 Maret 2020

Tzu Chi Sinar Mas melaksanakan baksos kesehatan umum di SMK Plus Madaniah, Kampung Cipanengah, Desa Cibodas, Kab Sukabumi (01/03/2020). Baksos ini bermula ketika Bambang Edi, relawan Tzu Chi Sinar Mas merasa prihatin melihat kondisi kesehatan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya.

Semangat Menempa Pendidikan Walau Kurang Pendengaran

Semangat Menempa Pendidikan Walau Kurang Pendengaran

01 Desember 2022

Relawan Tzu Chi mendukung penuh pendidikan Rachell, seorang anak penerima beasiswa Tzu Chi yang menderita tunarungu. Dari dukungan ini, relawan ingin memperbaiki kehidupan keluarga keluarga dan mewujudkan cita-cita Rachell. 

Pemberkahan Akhir Tahun 2015: Menjadi Murid yang Sesungguhnya

Pemberkahan Akhir Tahun 2015: Menjadi Murid yang Sesungguhnya

16 Januari 2016
Berbagi kisah dengan Rose yang inspiratif menyadarkan kita betapa pentingnya untuk menjadi murid Master Cheng Yen yang baik. Semoga di awal tahun yang baru ini menambah semangat dan tekad kita untuk maju dan berani mengemban tanggung jawab. Agar cinta kasih dapat disebarluaskan dan dunia dapat terbebas dari bencana.
Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -