Butiran Cinta Kasih dari Taiwan

Jurnalis : Mei Hui (He Qi Utara), Fotografer : Mei Hui (He Qi Utara)
 
 

fotoRelawan Tzu Chi, Siew Fong menyerahkan kupon beras kepada warga Pejagalan Jakarta Utara. Kegiatan ini serentak dilakukan relawan Tzu Chi di Jakarta pada tanggal 30-31 Juli 2011.

Sabtu, tanggal 30 Juli 2011 adalah hari pertama pembagian kupon beras dan sesuai pembagian wilayah, sejak pukul. 06.30 WIB pagi para relawan berkumpul di Kantor Kelurahan Pejagalan, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Qiu Lan Shigu selaku koordinator lapangan memberikan pengarahan dan mulai membagikan buku kupon dan data keluarga kurang mampu di setiap RT kepada penanggung jawab kelompok. Pukul 8 pagi, para relawan di setiap kelompok mulai berpencar ke setiap RT/RW di Kelurahan Pejagalan.

Saya berada satu kelompok dengan Swie Fong Shigu melakukan pembagian kupon beras di RT 08/RW 06, dengan jumlah 47 keluarga kurang mampu yang sebelumnya telah mendaftar melalui ketua RT-nya: Hasan Isman. Bapak Hasan mendampingi kami berkunjung dari rumah ke rumah. Kami berkesempatan bertemu langsung, berbincang-bincang dengan keluarga-keluarga tersebut dan menyerahkan langsung kupon beras kepada mereka yang benar-benarmembutuhkan.

Dalam kegiatan ini, relawan tidak hanya membagikan kupon beras, namun juga menyemangati keluarga-keluarga tersebut, mengajak mereka berbuat kebajikan bagi sekelilingnya dan lingkungan. Ketika mengunjungi Ibu Enen yang tinggal di sepetak kamar kos kecil bersama suami dan anaknya yang berusia 5 tahun, di rumah kos tersebut tampak keran air yang dibiarkan mengalir keluar dari ember cucian yang ditinggal. Siew Fong Shigu segera berinisiatif mematikan keran air dan mengingatkan penghuni rumah kos agar tidak membuang-buag air secara percuma, tetapi justru harus menghemat penggunaan air.

Mengunjungi Rumah-Rumah Warga
Menyusuri lorong sempit dan gelap, kami pun tiba di rumah Bapak Ridwan, seorang petugas parkir. Istrinya sedang memasak dengan sebuah kompor yang terletak di ruangan tempat tidurnya, di mana anaknya sedang tertidur.  Sambil memasak, istrinya bercerita mengenai keempat orang anaknya yang masih kecil dan satu anak lagi yang masih dalam kandungan. Namun dalam kesederhanaan tersebut, mereka bersyukur masih bertubuh sehat sehingga masih bisa mencari penghasilan.

“Dengan menjaga tutur kata dan bersikap dengan baik, maka kita akan menjadi orang yang disenangi dan dicintai orang lain.” Kata Perenungan Master Cheng Yen ini sangat nyata dalam kisah dari seorang ibu tua yang kami kunjungi. Dengan bangga ibu ini bercerita mengenai almarhum suaminya, Bapak Baso Rahim yang menjabat sebagai Ketua RT selama 36 tahun. Selama menjabat Ketua RT, almarhum berperilaku jujur dan baik terhadap warga. Tak heran jika warga sangat menyukainya sehingga almarhum terus dipilih dan memegang jabatan Ketua RT demikian lama. Ibu tua ini sekarang mencari penghasilan sendiri dengan mendistribusikan makanan kecil. Ia berterima kasih atas kupon beras yang diberikan oleh relawan Tzu Chi ini.  

foto  foto

Keterangan :

  • Para relawan yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, tengah berdiskusi di halaman kantor kelurahan sebelum berangkat ke rumah-rumah warga. (kiri)
  • Agar bantuan yang diberikan tepat sasaran, relawan Tzu Chi melakukan survei secara langsung dari rumah ke rumah. (kanan)

Dalam kunjungan kami ke rumah-rumah warga, ada juga keluarga yang tidak mau menerima bantuan beras karena mereka merasa masih banyak yang lebih membutuhkan bantuan ini daripada mereka, sungguh suatu kebesaran jiwa yang mengagumkan. Mendengar nasihat dari relawan, mereka pun mengamini:  “Memang benar, lebih baik bila bisa menjadi orang yang memberi daripada menerima bantuan,” ucap salah seorang warga.

Siang semakin panas, dalam perjalanan kami juga berjumpa dengan kelompok relawan Tzu Chi yang sedang membagi kupon beras kepada warga di RT lain. Pembagian beras cinta kasih ini dilakukan Tzu Chi untuk menyebarkan cinta kasih terhadap sesama. Beras yang dibagikan akan habis dalam hitungan waktu, namun cinta kasih dan perhatian relawan menjadi kenangan yang tak lekang oleh waktu.

Seorang pria terlihat sedang berjemur di gang depan rumahnya. Dari jauh ia memperhatikan kami dan tampak sangat senang ketika kami datang ke arahnya.  Ia langsung mengenali kami sebagai relawan Tzu Chi dan bercerita mengenai relawan-relawan Tzu Chi yang rutin mengunjunginya. Pria ini bernama Herman, ia sedang berjemur untuk terapi kakinya yang kesulitan berjalan karena kecelakaan yang dialami di tahun 2009.  Bapak Herman mengisahkan, sejak tahun 2010 ia menerima bantuan pengobatan dari Tzu Chi dan ia sangat berterima kasih kepada para relawan yang terus memperhatikan kondisinya, rutin menjemputnya pergi berobat ke dokter syaraf, dan kini kondisinya semakin membaik.

foto  foto

Keterangan :

  • Setelah melihat langsung kehidupan warga, relawan pun memberikan kupon beras kepada warga yang dapat diambil pada hari Sabtu, 6 Agustus 2011. (kiri)
  • Herman berterima kasih bahwa ia telah dibantu oleh Yayasan Buddha Tzu Chi sejak tahun 2010 untuk pengobatan kakinya. (kanan)

Bersyukur Kepada Penerima Bantuan
Pembagian kupon beras merupakan pengalaman pertama bagi saya. Saya merasakan bahwa lembaran biru kupon beras yang dibagikan bukanlah inti perjalanan kami hari itu. Makna terdalam adalah menyaksikan realita kehidupan masyarakat di sekeliling kita. Melihat anak-anak kecil yang terpaksa harus putus sekolah, orang tua yang hidup sendirian, menderita sakit dan tidak dapat mencari nafkah, serta anak-anak muda yang belum memiliki pekerjaan tetap di sebuah lingkungan yang gelap dan sempit. Merenungi kehidupan seperti ini, tidaklah cukup kita bersyukur dengan apa yang ada, namun kita juga bisa bergerak meluangkan waktu dan tenaga, mengulurkan tangan untuk bersumbangsih.

Bersyukurlah kepada orang yang menerima bantuan, karena mereka memberikan kesempatan bagi tercapainya pembinaan rasa cinta kasih kita.  Jika direnungi kembali, sungguh mengharukan, beras ini adalah hasil jerih payah para petani Taiwan, mengarungi samudera, dan menjalin jodoh baik dengan masyarakat di Indonesia. Ini menunjukkan bahwa cinta kasih mengalir dari mana saja selama manusia mau membuka hatinya.

“Bapak, Ibu, jangan lupa, tanggal 6 Agustus nanti, pengambilan beras di Kantor Kelurahan Pejagalan dengan membawa kupon ini,“ pesan Siew Fong Shigu kepada keluarga yang kami kunjungi. Kami pun bersama rombongan lain kembali ke Kantor Kelurahan Pejagalan, sambil berbagi cerita mengenai hari itu dan berharap pembagian beras nanti dapat berjalan baik sesuai rencana.

  
 

Artikel Terkait

Membangun Etika Sejak Dini

Membangun Etika Sejak Dini

24 Desember 2012 Kelas budi pekerti pada hari ini bertemakan “etika”. Hal ini didasari oleh kesadaran akan pentingnya penanaman etika kepada setiap orang sedini mungkin, karena etika sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Rasa Syukur Anak-Anak di Radmila

Rasa Syukur Anak-Anak di Radmila

07 Juli 2015
Pada dasarnya, anak-anak sudah mengerti makna dari kata bersyukur. Namun, tak banyak yang menyadari bahwa hal-hal sederhana juga seharusnya disyukuri.
Belajar Berbuat Kebajikan

Belajar Berbuat Kebajikan

15 Februari 2009 Acara ini dibuka dengan pertunjukan isyarat tangan Kacang Merah. Lu Lien Chu menjelaskan kepada anak-anak bahwa isyarat tangan ini memiliki makna yang sangat dalam. "Di dalam lagu ini Master Cheng Yen menunjukkan rasa kepeduliannya yang tinggi terhadap anak-anak asuh. Master sangat berharap anak-anak tidak meninggalkan pendidikan mereka, sehingga mereka bisa berhasil dan berguna bagi masyarakat."
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -