Butiran Cinta Kasih Universal
Jurnalis : Thio Verna (He Qi Utara), Fotografer : Thio Verna (He Qi Utara) Master Cheng Yen mengatakan bahwa beras ini akan habis pada waktunya tetapi cinta kasih yang ada di setiap butir beras tersebut akan dirasakan oleh siapapun sepanjang hidup mereka. |
| ||
Master Cheng Yen berkata bahwa beras ini akan habis pada waktunya tetapi cinta kasih yang ada disetiap butir beras tersebut akan dirasakan oleh siapapun sepanjang hidup mereka. Master juga berharap dengan berlandaskan rasa Cinta Kasih Universal dan Kekal ini setiap manusia hendaknya dapat bersyukur, saling menghargai sesama, semua makhluk dan lingkungan disekeliling mereka. Menebar Cinta Kasih Untuk Sesama di Pademangan. Kegiatan kali ini merupakan saat yang tepat untuk menggarap ladang berkah dengan menebar cinta kasih untuk sesama. Hal ini dipergunakan sebaik-baiknya oleh para murid SMU Tzu Zhong dari Hualien, Taiwan yang berjumlah sekitar 40 murid. Barisan murid SMU Tzu Zhong dengan penuh senyum dan semangat, bernyanyi riang dan menari kecil menyambut para warga yang datang. Senyum balasan dari para warga pun terlihat sangat jelas bahkan ada beberapa dari mereka yang ikut menari kecil bersama para murid SMU Tzu Zhong. Murid SMU Tzu Zhong, khususnya murid lelaki mempunyai tugas untuk membantu mengangkat beras untuk warga yang sudah lanjut usia, wanita dan mereka yang tidak mampu untuk membawa sendiri.
Keterangan :
Rasa Haru Yu Huai Her pada Ibu “Sri Lestari” Yu Huai Her berusaha menenangkan Sri sambil terus membopong karung beras 20 kg di pundak kanannya dan tangan kirinya merangkul Sri tanpa ragu. Dalam perjalanan mereka sempat berhenti untuk duduk beristirahat sejenak sambil mengobati luka Sri. Yu Huai Her merasa sedih melihat Sri terluka saat mengantri beras dan tidak ada keluarganya yang datang membantu untuk mengangkut beras tersebut. ”Sudah seharusnya kita datang dan membantu mereka agar hati mereka dapat terbantu,” ujar Yu Huai Her.
Keterangan :
Tidak lama kemudian, Sri dijemput oleh Sang Suami yaitu Pak Maktiran (57), dengan menggunakan becak. Ternyata Pak Maktiran bekerja sebagai penarik becak guna menafkahi keluarganya, penghasilan yang ia terima pun tidak menentu terkadang Rp 20.000 - 25.000,-/hari itupun terkadang digunakan untuk Ibu Sri berobat 2 kali seminggu. Tiba-tiba Sri kembali menangis dan terlihat menyapu kedua matanya yang berlinang air mata dan ini bukan yang pertama kalinya.”Ibu merasa terharu dengan pemberian dan perhatian kalian semua,” ujar Pak Maktiran sambil tersenyum kecil kepada kami. Pak Maktiran menjelaskan bahwa bukan pertama kalinya dia mendengar tentang Yayasan Buddha Tzu Chi, di benak sang bapak, Tzu Chi itu merupakan sebuah organisasi yang berbaik hati menolong mereka yang kurang mampu tanpa pandang suku, agama maupun ras. ”Saya merasa sangat tersentuh atas perhatian yang kalian semua berikan kepada keluarga kami juga para warga sekitar pademangan ini, mudah-mudahan Tzu Chi dapat terus berbagi dan menyebarkan cinta kasihnya,” ujar Pak Maktiran. | |||
Artikel Terkait
Internasional: Membangun Tim Daur Ulang
27 Mei 2010Suara Kasih : Mendidik dengan Tepat
19 April 2010Jalinan Jodoh yang baik
31 Juli 2019Farah Rahma (24) mendapatkan pengalaman baru saat mengikuti sosialisasi tentang Tzu Chi yang diadakan di Galeri DAAI lantai 1, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, Minggu 7 juli 2019.