Cahaya Kehidupan itu Kini Telah Bersinar Kembali

Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Anand Yahya, Roann (He Qi Barat), Hadi, Pitra
 
foto

* Dengan hati seluas samudera, Dewi Susanti bercerita kepada undangan pemberkahan akhir tahun Tzu Chi mengenai masa lalunya yang sangat membenci sang papa hingga akhirnya ia tersadarkan oleh buku Sanubari Teduh.

Kesuksesan yang paling besar dalam hidup adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan. (Master Cheng Yen)

“Semangat hidup saya kembali tumbuh saat 2 relawan Tzu Chi, Ibu Widah dan Ibu Filan datang melakukan survei,” ujar Derato (37) terisak-isak saat memberikan sharing kepada para undangan Pemberkahan Akhir Tahun Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia. Acara pemberkahan ini dilangsungkan di gedung RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, 18 Januari 2009. Di atas panggung pemberkahan, Derato yang duduk di atas kursi roda berbagi cerita kepada semua yang hadir sore itu.

Empat Masalah Berat
Derato tak pernah sekalipun menyangka 4 masalah paling berat akan dihadapi dalam kehidupannya. Masalah pertama, usaha yang dirintisnya bersama istri tercinta bangkrut dan hancur karena di tahun 1998, tokonya dan seluruh isinya ludes dijarah massa. Tak ingin larut dalam kesedihan, ia pun mencoba bangkit dan merintis usaha baru. Ia kembali menyewa toko untuk berdagang. Karena kekurangan modal, ia pun meminjam ke bank, kartu kredit, dan bahkan rentenir. Namun karena sebagian besar modal berasal dari pinjaman, pendapatan yang didapat tak seimbang dengan hutang yang harus dibayar. Apalagi bunga pinjaman dari luar bank bunganya cukup besar. Di tahun 2003, usahanya pun mulai goyang. Omzet menurun dan mereka terjerat hutang dengan bunga yang tinggi. Krisis keuangan dalam keluarga pun terjadi. Masalah kedua, di tahun 2005, Derato mulai merasakan dirinya kurang sehat. Karena itu ia pun lebih sering beristirahat di rumah dan mengandalkan karyawannya dalam menjalankan usaha. Akibat hutang yang terus membengkak, usahanya pun kembali kandas. Karena minimnya biaya pula, Derato pun hanya sanggup berobat ke dokter umum.
foto  foto

Ket : - Seorang relawan harus membantu menenangkan Derato yang tidak kuasa menahan air matanya ketika
           menceritakan pengalaman hidupnya dimana pernah menghadapi 4 kesulitan besar. (kiri)
         - Sebelum memberikan sharing, dr Kurniawan berbincang-bincang dengan Derato yang saat ini telah terlihat
           lebih bersemangat dan bersyukur dalam menjalani hidup. (kanan)

Masalah ketiga, di tahun yang sama, Widiawati, istri Derato pergi meninggalkannya. “Mungkin karena faktor ekonomi dan kondisi saya yang sakit. Saya sering cekcok dengan istri,” terang Derato. Sang istri memang sering keluar rumah dan kurang mengurusi anak-anak. Namun, saat istrinya pergi, ia tak memperkenankannya membawa 2 anak mereka. Dan masalah yang terakhir, karena tak lagi bisa mengurus anak-anaknya, terpaksa ia menitipkan Jienesha (10) dan Jientonius (7) di salah satu panti asuhan di Jakarta. Meski begitu hingga kini ia tetap memiliki hubungan yang baik dengan kedua anaknya walau hidup terpisah. “Saya berprinsip walaupun kondisi saya gimanapun, anak-anak harus tetap dapat pendidikan,” kata Derato.

Derato lalu kemudian bekerja di percetakan sablon milik temannya. Namun di bulan Agustus 2005, penyakitnya makin parah dan ia pun tak bisa berjalan lagi. Oleh seorang teman yang bersimpati, ia dibawa berobat ke Rumah Sakit Sumber Waras, Grogol. Menurut dokter yang memeriksa, Derato yang menderita pengeroposan tulang ini harus dioperasi. Jika tidak, maka ia tidak mungkin dapat berjalan kembali. Karena ketiadaan biaya, Derato kembali ke rumah kerabatnya. Saat itu ia hanya bisa pasrah merenungi nasib. Sudah 9 tahun lamanya ia merasakan kepedihan hidup. Mulai dari usahanya yang habis dijarah massa di tahun 1998 hingga penyakit pengeroposan tulang yang mulai menjangkitinya di tahun 2005. Dan hingga awal tahun 2007, penyakitnya tak jua kunjung dapat disembuhkan.

foto  

Ket : - Tim medis Tzu Chi yang tergabung dalam TIMA juga berkesempatan menampilkan pertunjukan isyarat
           tangan dalam acara pemberkahan akhir tahun.

Harapan Akhirnya Muncul
Tak ada seorang pun yang menyangka, bahkan Derato sekalipun, harapannya untuk bangkit kembali muncul saat ia menonton DAAI TV yang belum lama memulai siaran. Ia suka sekali menonton dramanya. “Ada cinta kasih dan menolong orang lain,” kata Derato. Berkat siaran DAAI TV pula ia berinisiatif meminta temannya mendaftarkan dirinya memohon bantuan pengobatan ke Tzu Chi. Rupanya setelah surat permohonannya diterima, 2 relawan Tzu Chi, Widah dan Filan datang melakukan survei. Dua hari kemudian, ia menerima telepon dari Santi, karyawan Tzu Chi bagian penanganan khusus yang mengatakan Derato diminta untuk datang konsultasi ke Rumah Sakit Khusus Bedah Cinta Kasih Tzu Chi di Cengkareng, Jakarta Barat. Mendengar berita gembira ini semangat hidupnya kembali timbul.

Selain DAAI TV, anak-anak Derato yang masih kecil-kecil juga membuat semangat hidupnya tetap menyala. Putus asa pun hilang dan keberanian untuk bertahan hidup pun tumbuh saat melihat mereka. “Saya membuang kesedihan saya,” ungkapnya. Hingga kini, Derato telah 2 kali menjalani operasi bedah tulang. “Kalo dah pulih, saya mau usaha lagi. Saya mau rawat anak saya sendiri,” harap Derato.

foto   foto

Ket : - Mansjur Tandiono saat hendak menyerahkan angpao tahun baru kepada Habib Saggaf bin Syekh Abubakar,
           pemimpin Pondok Pesantren Nurul Iman, Parung, Bogor. (kiri)
         - Seorang anak sedang membuka dan memperhatikan dengan seksama lembar demi lembar suvenir dari
           Tzu Chi berupa buku agenda tahun 2009. (kanan)

Saat sharing, Derato mengatakan sejak mendapatkan pengobatan ia merasakan Tzu Chi adalah segala-galanya baginya. “Seakan-akan kembali hidup saya ini,” tuturnya. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Master Cheng Yen yang telah mendirikan yayasan kemanusiaan yang luar biasa ini. Ucapan terima kasih ia haturkan pula kepada para donatur dan para relawan Tzu Chi yang senantiasa memberikan pertolongan tanpa pamrih dan penuh cinta kasih. Ia pun berharap, bila telah sembuh nanti ia dapat mendaftar sebagai relawan dan memberikan apa yang ia rasakan saat ini. “Tzu Chi telah berjasa bagi hidup saya. Jika bukan karena Tzu Chi saya merasa tidak berarti menjalani kehidupan ini,” ungkapnya penuh syukur.

“Dunia kita sebenarnyalah ada cinta. Kita doakan Pak Derato cepat sembuh. Pak Derato, Tzu Chi akan selalu menemani hingga Bapak sembuh,” kata Wen-yu menyemangati Derato yang dibantu 2 relawan Tzu Chi perlahan meninggalkan panggung.

 

Artikel Terkait

Satu Hati, Satu Akar

Satu Hati, Satu Akar

04 Mei 2012 Untuk menyamakan langkah serta menyatukan hati dan pikiran, maka diadakanlah Training Tzu Ching Pertama di tahun 2012 yang berlokasi di Aula Sekolah Cinta Kasih Lantai 5.
Sahabat Jiwa Bagi Oma Siana

Sahabat Jiwa Bagi Oma Siana

15 Juli 2020

Oma Siana Loande (78) beranjak dari kursinya dengan tertatih-tatih ketika Rita Malia, dan Wey Alam relawan Tzu Chi dari He Qi Tangerang tiba di depan rumahnya. Saking bahaginya menyambut mereka, hampir saja ia lupa kalau kakinya bengkak akibat infeksi di jari kaki. 

Pagi yang Mengukir Cerita Indah

Pagi yang Mengukir Cerita Indah

29 Juni 2009 Selintas, hari ini, 8 Juni 2009, masih saja menyerupai terangnya hari kemarin, namun sedikit kecupan sinar matahari mampu membawa tuturan dan belaian cinta kasih universal membahana ke Panti Wreda Karitas Cimahi. Tepat pukul 08.00 pagi, 17 relawan Tzu Chi Bandung melaju ke panti yang dihuni 35 oma dan 9 opa itu.
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -