Camp 10 Tahun Tzu Ching Indonesia

Jurnalis : Widya (Tzu Ching Jakarta), Fotografer : Helen Yuliantie, Juliana Santy, Rudy Darwin (Tzu Ching Jakarta)

foto
Camp yang diadakan dalam rangka 10 tahun Tzu Ching Indonesia ini berlangsung pada tanggal 6-8 September 2013, di Aula Jing Si, Jakarta.

Perjalanan generasi muda Tzu Chi, Tzu Ching tahun ini genap menginjak usia yang ke 10 tahun. Tzu Ching Indonesia sendiri diresmikan tanggal 7 September 2003. Ini adalah waktu yang tepat bagi Tzu Ching yang berasal dari luar kota untuk pulang kembali ke rumah mereka pada tanggal 6-8 September 2013 yang diadakan di Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Sebanyak 192 Tzu Ching dari Pekanbaru, Batam, Medan, Bandung, Tangerang, Singkawang, Surabaya, Jakarta dan Makassar “pulang” untuk merayakan HUT 10 Tahun Tzu Ching Indonesia.

Tanggal 7 September 2013 adalah hari yang terpenting dan ditunggu-tunggu karena pada malam harinya akan diadakan Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas (Wu Liang Yi Jing) sebagai wujud syukur terhadap 10 Tahun Tzu Ching Indonesia. Pementasan Sutra Makna Tanpa Batas ini juga akan menjadi kado istimewa dan spesial kepada Shigong Shangren (Kakek Guru, Master Cheng Yen). Tidak mudah untuk mewujudkan Persamuhan Dharma Sutra Makna Tanpa Batas ini, karena selain membutuhkan Bodhisatwa dalam jumlah yang banyak 108 orang, juga membutuhkan waktu yang panjang selama kurang lebih 8 bulan untuk latihan dan hati yang jernih untuk memahami makna Dharma serta ajaran Shigong Shangren. Persamuhan Dharma dalam 10 Tahun Tzu Ching Indonesia ini menunjukkan bahwa Tzu Ching Yi Jing Zhang Da Le ( bertumbuh dan menjadi dewasa) karena lewat kesempatan ini, mereka berani menggenggam tanggung jawab menunjukkan kesungguhan hati untuk mewariskan Dharma dan ajaran Shigong Shangren.  

Sebelum mengadakan pementasan Dharma, pada pagi hari sudah melakukan pradaksina sambil membacakan “Jing Ji Qing Cheng, Zhi Xuan Xu Mo, Shou Zhi Bu Dong, Yi Bai Qian Jie” yang artinya dalam suasana hati yang tenang dan jernih, tekad luas dan luhur teguh tak tergoyahkan dalam milyaran kalpa. 16 kata ini juga dipetik dari penggalan kata Sutra Makna Tanpa Batas. Shigong Shangren berharap setiap insan Tzu Chi dapat mewujudkannya menjadi semangat dan intisari ajaran Tzu Chi. 16 kata ini juga menjadi semangat Tzu Ching dalam mewujudkan pementasan Sutra Makna Tanpa Batas. Walaupun tidak mudah untuk mewujudkannya, tapi Tzu Ching selalu bersemangat dan bertekad untuk menjalaninya. “Bertekad itu mudah, tetapi susah untuk menjalankannya, kesungguhan hati dapat mewujudkan potensi tanpa batas sehingga mencapai hati yang bersuka cita,” kata Martha Khosyahri yang menjadi koordinator dari keseluruhan Persamuhan Sutra Makna Tanpa Batas ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Sebanyak 192 Tzu Ching dari 9 daerah, termasuk Jakarta mengikuti camp ini. mereka pun belajar isyarat tangan bersama setelah mendalami makna dari setiap bab Sutra Makna Tanpa Batas (kiri).
  • Like Shigu memberikan penjelasan yang lebih mudah dimengerti dari bab ketiga Sutra Makna Tanpa Batas (kanan).

Dalam mewujudkan Pementasan Wu Liang Yi Jing ini, semua Tzu Ching menyatukan tekad, hati, dan jalan mereka. Kebenaran itu hanya satu tetapi cara penyebaran dan penyerapan Dharmanya berbeda-beda, genggam niat baik yang timbul seketika, manfaatkan jalinan jodoh yang ada pada waktu ini. Setiap bab dalam Sutra Makna Tanpa Batas ini memiliki makna yang mendalam akan arti kehidupan. Sebuah kado sederhana ini akhirnya berhasil dipentaskan pada Sabtu, 7 September 2013, pukul 19.00-21.00 di Aula Jing Si lantai 4, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Semua yang dilatih selama 8 bulan akhirnya bisa ditampilkan dengan lancar dalam 2 jam, semoga dengan Persamuhan Sutra Makna Tanpa Batas ini semua orang dapat menggenggam jodoh baik mereka dan menggarap ladang batin yang ada.

Tidak terasa 3 hari berlalu dengan cepat, pada hari ketiga Andy Wang Xuezhang (Kakak seperguruan) sharing mengenai “Yi Sheng Wu Liang, Gen Fu Tian” yang artinya “Satu menjadi tak terhingga, menggarap ladang batin yang ada.” Andy Xuezhang menjelaskan, “Melalui pementasan Sutra Makna Tanpa Batas ini kita sudah menyadari bahwa kita semua anak penuh berkah dan cara berbakti kepada orang tua tidaklah dari segi materi, banyak anak yang berpikiran bahwa asalkan orang tua kita terpenuhi dari kebutuhan pangan, sandang dan papannya sudah cukup. Kita bisa memulai cara berbakti kepada orang tua melalui sebuah senyuman, senyuman adalah bahasa wajah yang paling indah. Kita juga bisa berbakti kepada orang tua dengan cara bersumbangsih kepada masyarakat, kita sadar tubuh ini bukan milik kita. Tubuh adalah pemberian orang tua. Pergunakanlah tubuh kita dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu mulailah menyelamatkan dunia dari menyelamatkan hati.” Sebagai generasi muda yang selalu sibuk dengan kegiatan sehari-hari, kita selalu lupa akan orang tua kita. Tzu Ching kembali diingatkan akan pentingnya berbakti kepada orang tua.

Melalui Wu Liang Yi Jing ini, Tzu Ching belajar banyak hal dari memahami makna hidup, mewarisi Dharma dan ajaran Shigong Shangren hingga mengemban tanggung jawab. Cinta kasih tidak akan berkurang jika dibagikan, sebaliknya akan terus bertumbuh dan berlanjut karena dikembangkan. Salah satu tema Sutra Makna Tanpa Batas, Yi Sheng Wu Liang, Wu Liang Cong Yi Sheng, yang artinya cinta kasih ini dimulai dari satu orang dan menjadi tak terhingga banyaknya karena terus dikembangkan.

foto  foto

Keterangan :

  •  Selama camp 3 hari ini Tzu Ching diajak untuk lebih mendalami ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi (kiri).
  • Nuraisah, salah satu Tzu Ching asal Makassar menyampaikan sharing kegiatan Tzu Ching di daerahnya (kanan).

Nuraisah salah satu Tzu Ching Makassar yang sebelumnya pada Tzu Ching Camp 7, tahun 2012 lalu, ia pernah bertekad dihadapan semua peserta untuk mengembangkan Tzu Ching yang berada di Makassar. Saat itu di Makassar, Tzu Ching hanya berjumlah 2 orang. Semangat dan tekadnya dalam mengembangkan Tzu Ching karena ia termotivasi oleh sosok Shigong Shangren yang hidupnya sederhana dan ajarannya yang menyentuh serta dukungan dari Shigu-Shibo di Makassar. Awal jalinan jodohnya dengan Tzu Chi dimulai dari menerima beasiswa dan menjadi anak asuh Tzu Chi. Sejak itulah ia mulai mendalami dan mengenal Yayasan Buddha Tzu Chi. Walaupun ia menganut agama Islam, tapi itu tidak menjadi kendala baginya untuk menjadi bagian dalam keluarga besar Tzu Chi. “Banyak teman-teman saya yang awalnya meragukan Yayasan Buddha Tzu Chi karena mendengar dari nama yayasannya saja, ada Buddha di depannya. Lalu saya berkata kepada mereka, kalau tidak percaya akan ajarannya silahkan datang sendiri ke rumah Tzu Chi (kantor Tzu Chi cabang Makassar), akhirnya teman saya percaya dan membuktikannya sendiri, Tzu Chi ada sebuah yayasan yang universal dan lintas agama.” ujar Nuraisah dengan mantap. Hingga kini, ia berhasil merekrut 34 muda-mudi baru yang berada di Makassar. Dalam waktu 1 tahun yang begitu singkat, dengan tekad dan tanggung jawab yang besar, ia berhasil mengembangkannya. Berani bertekad, bertanggung jawab serta bersungguh hati menjalankannya membuat Nuraisah menjadi sosok yang pas sebagai benih bibit kebajikan yang dimulai dari satu orang kemudian bertumbuh menjadi banyak dan tak terhingga.

Dalam 10 Tahun HUT Tzu Ching Indonesia, tidak hanya Tzu Ching  yang berasal dari Indonesia saja yang merayakannya, tetapi yang uniknya Tzu Ching yang berasal dari Malaysia juga ikut merayakannya. Mereka berkuliah di Indonesia dan memanfaatkan waktu mereka untuk berpartisipasi menjadi bagian dalam Tzu Ching. Salah satunya, Jia Sheng yang kini berkuliah di Universitas Padjajaran Bandung, ia mengenal Tzu Chi dan dilantik menjadi Tzu Ching di Indonesia. “Saya mengenal Tzu Chi di Jakarta, melihat sosok Shigong Shangren dan mendengar lagu Qi Dao, saya mau membantu lebih banyak orang lagi. Together we pray for a better world (berdoa bersama untuk dunia yang lebih baik).”

Camp 10 Tahun Tzu Ching ini ditutup dengan pesan cinta kasih dan pembagian souvenir oleh kedua mama Tzu Ching, Like Shigu dan Lynda Shigu. “Waktu berjalan dengan cepat, dengan adanya pedoman dan Dharma dalam hati, maka jodoh baik akan berlanjut terus, Shigu bangga dengan semua Tzu Ching setelah melihat Persamuhan Dharma Makna Tanpa Batas kalian.” ujar Lynda Shigu dengan haru. “Persamuhan Dharma Makna Tanpa Batas kalian sangat luar biasa, bagaimanapun jalan ke depan masih harus dijalani dan panjang, mama harap setelah mendengar dan mempraktekkan Dharma kalian juga bisa bersikap dalam Dharma,” ucap Like Shigu dengan mantap.

Persamuhan Dharma Makna Tanpa Batas ini tidak akan menjadi sempurna kalau tidak adanya kerja keras dari pemain Lautan Dharma, dukungan dari Shigu dan Shibo serta setiap penonton yang hadir. Dengan tekad dan semangat yang kuat, semuanya tidak akan terasa susah. Tidak ada masalah yang susah dihadapi didunia ini, asalkan bersungguh hati semuanya tidak akan terasa susah. Gan en Tzu Ching .


Artikel Terkait

Suara Kasih: Tidak Melupakan Tekad Awal

Suara Kasih: Tidak Melupakan Tekad Awal

12 Agustus 2013 Kini, simulator bus yang mereka buat sungguh menjadi saksi zaman itu. Terlebih lagi, di simulator bus itu terukir simbol kuda  yang menjadi kode bus tersebut. Ukirannya sangat bagus. Ukiran itu dibuat dari papan bergelombang  yang diambil dari posko daur ulang. Mereka sangat kreatif.
Menyusuri Bukit Demi Melayani  Kesehatan Masyarakat

Menyusuri Bukit Demi Melayani Kesehatan Masyarakat

12 Maret 2020

Berawal dari kunjungan Tim Medis Tzu Chi ke rumah-rumah pasien saat baksos kesehatan di Desa Parigi membuat Tim Medis Tzu Chi tergerak untuk melakukan kunjungan rutin ke daerah-daerah terpencil di sekitarnya pada Minggu, 8 Maret 2020.

Bertekad Melestarikan Lingkungan

Bertekad Melestarikan Lingkungan

04 Juli 2017
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang manfaat sayur bagi kesehatan sudah lama dicanangkan oleh relawan Tzu Chi Sinar Mas di Xie Li Sumatera Utara. Hal itu diwujudkan dalam berbagai kegiatan. Kali ini, relawan mengajak serta warga sekitar dalam gerakan Kebersihan Terpadu.
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -