Camp Zhen Shan Mei , Menyamakan Persepsi

Jurnalis : Apriyanto, Melliza Suhartono , Fotografer : Halim Kusin, Rudi Darmawan


Sebanyak 145 peserta yang berasal dari relawan staff Zhen Shan Mei Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia dan DAAI TV mengikuti camp yang diadakan selama dua hari.

Tzu Chi Indonesia sudah hampir berusia 21 tahun. Tentunya sepanjang usia itu banyak kegiatan kemanusiaan yang telah terukir dalam sejarah Tzu Chi Indonesia. Sejak tahun 2000, Zhen Shan Mei  Indonesia mulai menerbitkan laporan dalam bentuk media cetak. Fungsinya adalah merekam jejak sejarah Tzu Chi Indonesia dan menyebarkan semangat cinta kasih Tzu Chi kepada masyarakat. Lama kelamaan media cetak yang semula hanya berkisar 4 halaman, pada tahun 2005 berkembang menjadi Majalah Tzu Chi dan Buletin Tzu Chi dengan jumlah halaman yang lebih banyak. Relawan yang bergabung di Misi Budaya Humanis khususnya Zhen Shan Mei (relawan pencatat sejarah benar, bajik, indah) pun semakin bertambah. Mengingat semakin berkembangnya misi ini, maka pelatihan-pelatihan oleh relawan lokal juga diadakan. Kendati demikian untuk menyamakan satu persepsi dan semangat tidaklah mudah. Karena itu untuk memperkuat barisan Zhen Shan Mei pada tanggal 26 hingga 27 April 2014 diadakan Camp Zhen Shan Mei di Aula Jing Si Indonesia yang tujuannya adalah menyamakan satu persepsi tentang betapa pentingnya kegiatan Tzu Chi didokumentasikan untuk menjadi sejarah Tzu Chi di dunia.

Kegiatan yang diadakan selama dua hari ini dimulai sejak pukul 8.30 pagi dan dihadiri oleh 145 peserta pada hari pertama dan 142 peserta pada hari kedua. Tentunya yang membuat pelatihan ini menarik adalah pembicaranya yang berasal dari divisi Zhen Shan Mei  Taiwan, yaitu Lai Rui Ling, Dylan, Huang Lin hui, Wu Rui Xiang, dan Shen Guan Ying. Selama dua hari itu mereka memberikan materi tentang pencatatan sejarah Tzu Chi dimulai dari yang bersifat umum, dasar, dan lanjutan. Dengan demikian para peserta diharapkan bisa memahami betul tugas dan fungsi dari relawan Zhen Shan Mei .  

Pada pelatihan itu dijelaskan, bahwa Misi Budaya Humanis terdapat di setiap misi Tzu Chi yang terdiri dari Misi Amal, Misi Kesehatan, dan Misi Pendidikan. Ini merupakan alasan dasar betapa pentingnya pencatatan sejarah Tzu Chi sebagai bagian untuk menginspirasi banyak orang. Oleh sebab itu keberadaan relawan Zhen Shan Mei  dalam merekam jejak sejarah Tzu Chi menjadi sangat penting. Terlebih penting lagi melalui laporan relawan Zhen Shan Mei pula Master Cheng Yen menjadi tahu tentang keadaan dunia dan tahu harus berbuat apa untuk dunia. Dengan kata lain Master Cheng Yen sangat membutuhkan ketulusan hati dari setiap relawan Zhen Shan Mei  dalam membuat laporan.

Pentingnya Tugas Zhen Shan Mei
Pada hari pertama pelatihan yang diadakan pada hari Sabtu, Lai Rui Ling, Dylan, dan Wu Rui Xiang memberikan materi tentang pencatatan sejarah yang terbagi dalam tingkat umum, dasar, dan lanjutan. Secara umum penyebaran berita Tzu Chi bertujuan untuk menyuguhkan esensi kehidupan yang cemerlang yang tanpa noda sebagai hasil perbuatan nyata kepada masyarakat luas. Sebagai mana diketahui sepanjang berkembangnya peradaban manusia, budaya pun mengalami banyak perubahan. Budaya kebaikan yang semula dipertahankan oleh masyarakat kini mengalami penurunan nilai seiring masuknya budaya pop.


Lima pembicara yang berasal dari divisi Zhen Shan Mei di Taiwan khusu memberikan materi untuk menyamakan persepsi.


Untuk mempertajam teknik liputan diadakan bermain peran dalam peliputan.

Maka dari itu karya dari relawan Zhen Shan Mei  akan memberikan sumbangsih di tengah masyarakat akan makna nilai luhur kehidupan. Menjadi relawan Zhen Shan Mei berarti mengulurkan tangan untuk menginspirasi orang – orang lain dan mendapatkan suka cita bagi diri sendiri. Relawan Zhen Shan Mei  harus memiliki rasa puas diri, bersyukur, berpengertian, dan toleransi.

Pada hari itu juga diberikan materi tentang etika dalam meliput. Dalam meliput harus mempunyai welas asih, empati. Maksudnya seorang relawan Zhen Shan Mei   saat meliput harus dapat merasakan seperti yang dirasakan narasumber. Dan tentunya harus mempunyai rasa ingin tahu. Jadi saat relawan memiliki rasa ingin tahu maka semua titik menjadi istimewa, walaupun kegiatan itu sama dan berulang.

Kesungguhan hati merupakan kunci dasar dalam merekam sejarah Tzu Chi. Ada istilah mendengar dengan mata dan melihat dengan telinga. Artinya merasakan dengan welas asih seorang relawan Zhen Shan Mei  baru bisa merasakan perasaan orang lain. Dan jika setiap relawan Zhen Shan Mei  memiliki perasaan ini, maka akan banyak kisah-kisah Tzu Chi yang menarik dan pada akhirnya akan melatih hati masing-masing relawan.


Selama dua hari, para peserta mengikutinya dengan antusias.banyak relawan yang menyadari betapa pentingnya tugas Zhen Shan Mei.


Pada hari terakhir relawan Zhen Shan Mei Indonesia memberikan sharing tentang pengalamannya selama bertugas.

Selain kisah tentu saja pendokumentasian gambar menjadi sama pentingnya, pada divisi Zhen Shan Mei.  Foto dan video adalah saksi zaman. Dengan mengumpulkan foto dan video sejarah akan terukir. Karenanya dalam mengambil gambar harus dilakukan dengan kesungguhan hati. Di Tzu Chi kesungguhan hati dikatakan sebagai sesuatu yang profesional, sebab kesungguhan hati akan menghasilkan karya yang menyentuh meski diambil oleh seorang yang bukan profesional. Inilah yang membedakan dokumentasi Tzu Chi dengan media lainnya. Karena pelatihan ini diberikan secara mendalam, maka tak sedikit relawan yang merasa tersentuh dan pandangannya terbuka khususnya mengenai pengambilan gambar dan betapa pentingnya pencatatan sejarah Tzu Chi. Junaedy Sulaiman, relawan Zhen Shan Mei Kantor Penghubung Lampung. Setelah mengikuti kegiatan ini, ia baru tahu bahwa privasi narasumber menjadi sangat penting demi rasa welas asih. Jika dulu ia menilai objek-objek kesedihan menjadi hal yang menarik untuk diabadikan, maka setelah mengikuti pelatihan ini ia mengubah cara pandangnya – bahwa  perasaan narasumber menjadi hal penting dalam dokumntasi Tzu Chi. Inilah yang dikatakann sebagai Zhen Shan Mei  - benar beritanya, bajik isinya, dan indah maknanya. Dari pelatihan ini pula Junaedi bertekad akan mengembangkan relawan Zhen Shan Mei   di Lampung agar lebih banyak. Ia juga bertekad akan mengembangkan kemampuan intuisinya dalam menyerap kejadian-kejadian yang ada dalam kegiatan Tzu Chi agar dapat didokumentasikan dengan landasan welas asih.

Tak hanya di Kantor Penguhubung saja, relawan Zhen Shan Mei  juga sangat dibutuhkan di TIMA (Tzu Chi International Medical Assosiation). Drg Linda salah satu anggota TIMA merasa terpanggil untuk mengikuti pelatihan selama dua hari ini karena merasa kegiatan pendokumentasian menjadi penting di badan TIMA.  Hal ini sangat ia rasakan betul ketika ia ingin membuat laporan, ia mengalami kesulitan dokumntasi. Padahal TIMA di Indonesia sudah berjalan 11 tahun, namun di TIMA sendiri tidak mempunya kelengkapan dokumentasi. dokumentasinya masih sangat kurang.  Akhirnya saat ia membutuhkan foto atau artikel ia selalu meminta ke divisi Zhen Shan Mei  Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia “Ini menjadi alasan kenapa saya mengikuti kegiatan ini. Ternyata TIMA juga sangat membutuhkan relawan Zhen Shan Mei  yang bersal dari kalangan dokter-dokter,” katanya.

Jika dokumentasi ini bisa dilakukan oleh dokter-dokter TIMA, tentu akan mempermudah pencarian dokumentasi saat dibutuhkan. Dari pelatihan itu drg. Linda mendapatkan pemahaman akan cara pengarsipan yang baik, “Banyak baksos yang dianggap bisa menginspirasi orang lain, tetapi saat mau dilaporkan, kesulitan mencari dokuementasinya,” ungkap Linda.

Setelah mengetahui betapa pentingnya tugas pendokumentasian, Linda merasa mempunyai dokumentasi sendiri tentu akan lebih baik. “Kegiatan Tzu Chi itu banyak, bakti sosial kesehatannya juga banyak, tentunya relawan Zhen Shan Mei juga tidak bisa mendokumentasikan semuanya. Tapi jika para dokter bisa mendokumentasi akan mempermudah tugas relawan Zhen Shan Mei ” jelas Linda.  Setelah pelatihan ini Linda pun berharap bisa memotivasi teman-teman dokter di TIMA untuk berminat menjadi pencatat sejarah Tzu Chi.


Artikel Terkait

Camp Zhen Shan Mei , Menyamakan Persepsi

Camp Zhen Shan Mei , Menyamakan Persepsi

30 April 2014 Sejak tahun 2000, Zhen Shan Mei Indonesia mulai menerbitkan laporan dalam bentuk media cetak. Fungsinya adalah merekam jejak sejarah Tzu Chi Indonesia dan menyebarkan semangat cinta kasih Tzu Chi kepada masyarakat.
Saat  Mata Mendengar, Telinga Melihat

Saat Mata Mendengar, Telinga Melihat

05 Mei 2014
Master Cheng Yen mengingatkan kita: “Kejahatan dan kebaikan sedang tarik menarik adu kekuatan, kita harus mengembangkan kebajikan dan meninggalkan kejahatan agar Tzu Chi dapat mewujudkan sebuah kekuatan besar untuk menentramkan masyarakat.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -