Cara Sederhana Mengurangi Pemanasan Global

Jurnalis : Leo Samuel Salim(Tzu Chi Medan), Fotografer : Leo Samuel Salim (Tzu Chi Medan)
 
 

fotoPara siswa-siswi melihat tayangan dampak pemanasan global bagi dunia. Mereka baru menyadari jika bencana yang timbul juga karena ulah manusia.

Permasalahan pemanasan global sudah menjadi hal yang sering kita dengar dalam beberapa waktu belakangan ini. Dalam kesempatan ini, relawan Tzu Chi Medan memberikan sosialisasi mengenai pemanasan global kepada siswa-siswi SMP dan SMA Perguruan W.R. Supratman 1 yang bertempat di aula sekolah pada tanggal 21 Maret 2012.

 

 

 

Begitu banyak orang sudah sering mendengar perkataan pemanasan global atau yang lebih tenar dengan sebutan Global Warming. “Siapa yang dapat menjelaskan apa itu Global Warming ?” tanya relawan Tzu Chi Medan yang bertugas menjadi pembicara pada acara tersebut. Rata-rata semua siswa-siswi telah mengenal perkataan tersebut tetapi tidak mengetahui arti yang sebenarnya. “Naiknya suhu rata-rata permukaan bumi!” jawab salah satu siswa SMA sembari mengancungkan tangannya ke atas. “Iya, betul!” jawab relawan. “Global Warming atau pemanasan global adalah naiknya suhu rata-rata permukaan bumi, laut, dan atmosfer,” tambah relawan Tzu Chi tersebut.

Setelah mendapatkan penjelasan secara singkat mengenai pemanasan global. Para siswa-siswi menyaksikan sebuah video yang bertajuk Food Crisis (krisis makanan-red). Di dalam tayangan tersebut, ditampilkan bagaimana kondisi masyarakat di belahan lain yang selama hampir 30 tahun lebih lamanya mengalami bencana kekeringan dan kelaparan yang berkepanjangan. Banyak dari siswa-siswi yang terhenyak melihat semua itu, salah satunya adalah Cecilia Livijaya yang mengatakan bahwa pentingnya bagi kita semua untuk menjaga bumi ini agar tidak semakin rusak. Cecilia juga menambahkan bahwa begitu banyak hal yang dapat dilakukan untuk menjaga Bumi ini tetapi semuanya berpulang pada niat dari masing-masing individu. Christine salah satu peserta lainnya juga berpendapat bahwa hendaknya mensyukuri atas semua yang telah diberikan dan hendaknya tidak menyia-nyiakan makanan.

Dalam salah satu sesi, semua murid yang hadir menjadi sadar jika penyumbang terbesar  pemanasan global adalah bukan dari asap kendaraan atau dari pabrik-pabrik, melainkan adalah dari peternakan. Gas rumah kaca tersebut sebetulnya berasal dari uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida, dan metana. Dari keempat gas tersebut, karbon dioksida adalah penyumbang terbesar dan kebanyakan berasal dari peternakan. Setiap harinya, luas hutan di Bumi ini semakin berkurang karena diperuntukkan sebagai lahan peternakan maupun pertanian. Sebagian hasil dari pertanian tersebut bukan untuk dikonsumsi oleh manusia melainkan untuk peternakan. Itulah sebabnya kelaparan masih kerap terjadi di beberapa belahan dunia  ini. Demikian juga dengan sumber daya air, yang sebagian besarnya diarahkan ke peternakan. Inilah sebuah kenyataan yang harus diakui oleh semua pihak.

foto   foto

Keterangan :

  • Penanaman pengetahuan mengenai apa itu pemanasan global kepada para murid dengan harapan mereka ikut serta mengurangi laju pemanasan global (kiri).
  • Kegiatan ini merupakan permulaan bagi para siswa, pelaksanaan kedepannya akan menjadi tantangan bagi mereka (kanan).

Jumlah lahan pertanian yang semakin lama semakin meningkat adalah salah satu bukti keserakahan umat manusia. Mulai dari sering membuang-buang makanan dan mengkonsumsi produk hewani. Hukum ekonomi tetap saja berjalan, persediaan akan semakin meningkat seiring dengan permintaan yang meningkat. Oleh karena itu, menjadi seorang vegetarian bukan lagi berdasarkan agama yang dipeluk melainkan sudah menjadi cara bagaimana kita dapat menekan lajunya pemanasan global ini. Kita setidaknya sudah merasakan bagaimana cuaca di luar dapat sebegitu dinginnya atau sebegitu panasnya. Ini adalah dampak dari pemanasan global itu di mana iklim telah berubah dan semakin banyak bencana yang terjadi di setiap belahan dunia.

Dari sisi manusia kalau dilihat dari struktur pencernaan, kita lebih cenderung sebagai pengkonsumsi sayur-sayuran daripada daging. Ini dapat dilihat dari contoh usus manusia yang panjangnya adalah 12 kali dari tinggi tubuhnya sedangkan panjang usus srigala adalah hanya 2 kali dari tinggi tubuhnya. Dan struktur gigi manusia lebih banyak berfungsi sebagai mengunyah makanan bukan mencabik-cabik makanan adalah bukti kalau manusia sudah selayaknya sebagai pengkonsumi sayur-sayuran. Inilah yang dikatakan oleh Master Cheng Yen, dimana dikarenakan keserakahan dan ketidaktahuan manusia inilah yang menyebabkan begitu banyak bencana silih berganti terus menerus terjadi di dunia ini.

Master Cheng Yen mengatakan hanya dikarenakan hendak memuaskan 3 inci ini (perkiraan panjangnya lidah manusia-red), banyak dari kita semua ini terus menerus memupuk semua bencana di bumi. Sebuah langkah yang sangat sederhana untuk melindungi bumi yang kita cintai ini agar terus menerus dapat diwariskan ke anak cucu kita adalah dengan bervegetarian.

  
 

Artikel Terkait

Ribuan Umat Memadati Perayaan Waisak Tzu Chi Indonesia

Ribuan Umat Memadati Perayaan Waisak Tzu Chi Indonesia

27 Mei 2024

Perayaan Tiga Hari Besar: Hari Waisak, Hari Ibu, dan Hari Tzu Chi Sedunia, kembali dirayakan di Aula Jing Si PIK, Jakarta Utara (12/05/2024). Sebanyak 2.886 peserta bersama-sama mengikuti prosesi Waisak dengan khidmat.

Mempererat Ikatan Kekeluargaan

Mempererat Ikatan Kekeluargaan

23 Januari 2017

Selain untuk mempererat tali persaudaraan sesama anggota TIMA, acara ini juga sosialisasi struktur kepengurusan dan program kerja 2017. Sebanyak 317 orang TIMA Jakarta dan Bandung mengikuti kegiatan temu kangen anggota yang diadakan pada hari Minggu, 22 Januari 2017.

Suara Kasih: Menggalang Bodhisatwa Dunia

Suara Kasih: Menggalang Bodhisatwa Dunia

18 Maret 2013 Pascabencana, Tzu Chi terus bergerak untuk memberikan bantuan darurat. Meski pemerintah Amerika Serikat juga segera memberikan bantuan, namun mereka tetap berharap Tzu Chi bisa memberikan bantuan kepada para imigran gelap maupun korban bencana lainnya.
Kesuksesan terbesar dalam kehidupan manusia adalah bisa bangkit kembali dari kegagalan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -