Catatan dari Kampung Halaman Batin

Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso (He Qi Utara)
 
 

fotoPara peserta pun membersihkan kamar mereka setelah usai menggunakannya selama training di Taiwan.

 

Hari Kamis, tanggal 17 Agustus 2011, pukul 09.45 WIB, jam di ruang kelas di Aula Jing Si Pan Jiao Taipei seakan berhenti berdetak saat seorang yang penuh wales asih berjalan menuruni tangga di dalam ruangan itu. Semua relawan dengan penuh rasa haru menyambut kedatangan guru mereka, Master Cheng Yen. Dengan ringan beliau melangkah menuruni tangga menuju sebuah meja kecil yang telah disiapkan. Raut wajah beliau memancarkan keanggunan dan wales asih yang mendalam.

 

Hari itu tercatat dalam sejarah hidup saya, di mana saya dan relawan lainnya yang pertama kali datang ke Taiwan dalam rangka mengikuti Traning 4 in 1 dapat melihat secara langsung guru yang selalu kita dengarkan ceramahnya melalui tayangan Sanubari Teduh dan Lentera Kehidupan. Kini beliau berada di depan mata kami. Master Cheng Yen duduk dengan rileks, menyapa semua relawan dengan senyum, lalu beliau membabarkan Dharma kepada kami, diantaranya mengajarkan kepada kami bagaimana masuk ke dalam persamuan Dharma tentang pertobatan besar.

Waktu menunjukkan pukul 11.50 WIB, beliau pun selesai membabarkan Dharma kepada kami dan melangkah keluar ruang kelas. Semua relawan pun merasa sangat sukacita atas pembabaran Dharma dari Master Cheng Yen. Pukul 13.30 WIB, Master Cheng Yen kembali memasuki ruang kelas, namun hanya sebentar untuk menyaksikan sharing dari para relawan yang berasal dari beberapa negara.

Keesokan harinya pukul 10.24 WIB, Master Cheng Yen kembali mengunjungi kami, karena banyak relawan  yang ingin diwisudhi Trisarana (Gui Yi San Bao). Hari itu sekitar 132 relawan menerima wisudhi dari Master Cheng Yen. Lalu pada pukul 13.30 WIB, beliau kembali ke ruang kelas. Kali ini acara yang sangat menyentuh, dimana Master Cheng Yen memakaikan gelang kepada relawan. Dengan tenang Master Cheng Yen memakaikan satu per satu gelang ke tangan sebelah kiri setiap relawan yang mengantri dengan rapi dengan diiringi lagu yang berjudul Xiang Shi Dou (Lambang Kerinduan pada Guru). Tampak banyak sekali relawan yang terharu dan tidak dapat menahan tumpahan air matanya. Mereka sangat terharu pada guru mereka yang telah memberikan dan membukakan ladang kepada relawan untuk menanam berkah. Memberikan kesempatan kepada relawan untuk belajar dan menjalankan Dharma dengan praktik langsung.

foto  foto

Keterangan :

  • Tanggal 19 Agustus 2011, ada sebagian relawan yang akan pulang ke Indonesia dan ada juga yg meneruskan perjalanan mereka ke Hualien, Taiwan. (kiri)
  • Lulu Shijie memberikan pengarahan kepada insan Tzu Chi Indonesia.(kanan)

Ketika selesai memberikan gelang kepada relawan, Master Cheng Yen sekali lagi membabarkan Dharma untuk semua relawan. Menurut Master Cheng Yen saat ini kita harus bisa memasukan Dharma ke dalam hati dan melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang relawan kita harus menjalankan semua misi-misi Tzu Chi dengan penuh sukacita, tulus, dan ikhlas. Di saat bencana melanda secara bertubi-tubi serta ketidakselarasan 4 unsur alam seperti saat ini, kita semua harus berintrospeksi dan bertobat. Selesai memberi ceramah, kali ini dengan langkah berat Master Cheng Yen melambaikan tangan beliau kepada kami semua. Setelah berjalan beberapa langkah, beliau membalikan wajahnya dan kembali melambaikan tangannya. Sepertinya Master Cheng Yen sangat berat untuk meninggalkan murid-muridnya. Begitu juga perasaan yang sama pada setiap muridnya yang merasa sangat sedih karena Master Cheng Yen sudah akan meninggalkan Aula Jing Si. Banyak sekali relawan yang terharu dan meneteskan air mata pada saat perpisahan itu.

Waktu berjalan cepat sekali, tiada terasa kami sudah tinggal selama 6 malam di Aula Jing Si Pan Jiao Taipei, Taiwan. Tanggal 19 Agustus 2011, 24 relawan meninggalkan Taipei menuju Indonesia. Saya yang termasuk didalamnya. Saat diatas pesawat China Airlines dengan penerbangan CI0679Y, saya terpikir akan perjalanan saya beserta 160 relawan (dari keseluruhan 284 relawan Indonesia sebagian telah berangkat sehari sebelumnya), berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Taipei pada hari sabtu tanggal 13 Agustus dan kami sudah berkumpul sejak pukul 04.30 pagi. Pukul 15.05 waktu Taipei, kami mendarat dengan mulus dan disambut dengan hangat oleh relawan di Bandara Internasional Thao Yuan. Setelah menempuh perjalanan sekitar 30 menit dengan bus, sampailah kami di Aula Jing Si Pan Jiao, di sana kami disambut oleh relawan setempat dengan hangat.

Sukacita Melatih Diri
Saya mendapat kamar 413 di tingkat 4 bersama 30 relawan lainnya. Saya berada di kelompok 6 dengan dui fu (mentor) Suryadi Shixiong. Selesai makan, kami berkumpul untuk mendengarkan pengarahan jadwal training kami kali ini. Keesokan paginya, pukul 04.10 kami sudah bangun, mandi dan siap di ruang kelas. Pagi itu kami melakukan Gong Xiu bersama. Setelah sarapan kami diberi sepotong roti untuk dimakan saat selesai menonton pertunjukan Drama Pertobatan yang akan digelar hari itu.

Kami berangkat ke Taipei Arena dengan 17 bus. Sesampainya di Taipei Arena ternyata telah dipadati oleh para pengunjung yang ingin menyaksikan pementasan drama ini. Kelompok kami mendapat tempat duduk di tingkat dua area D Huang 2-A, boleh dibilang kami beruntung karena tempat pementasan drama ini bertingkat tiga. Jadi jarak antara pentas dengan tempat duduk kami tidak begitu jauh sehingga kami bisa menyaksikan berjalannya drama ini dengan jelas dan cukup dekat. Semua tempat duduk terisi penuh tidak ada yang kosong. Padahal hari ini ada 2 kali pementasan. Saat menyaksikan Drama ini banyak yang merasa terharu dan meneteskan air mata. Pukul 13.00 kami kembali ke Aula Jing Si. Setelah makan siang selesai acara dilanjutkan dengan sharing-sharing dari relawan-relawan Da Ai TV, pelestarian lingkungan, dan lainnya.

foto  foto

Keterangan :

  • Hari terakhir traning, tanggal 18 Agustus 2011, relawan Indonesia berkumpul untuk mendengarkan pengarahan. (kiri)
  • Saat meninggalkan Aula Jing Si Pan Jiao, para relawan Tzu Chi Taiwan membantu membawakan koper-koper relawan Tzu Chi Indonesia Indonesia. (kanan)

Tanggal 15 Agustus 2011, sharing tentang bagaimana menjalankan misi-misi Tzu Chi sungguh membuat relawan merasa terharu dan meneteskan air mata. Saat itu ditampilkan foto-foto yang sangat mengharukan dan mengetuk hati setiap insan Tzu Chi untuk lebih giat dan lebih mengunakan hati dalam menjalankan misi-misi Tzu Chi. Malam hari diadakan diskusi kelompok, kami dibagi menjadi 2 kelompok,  pertama diskusi di mulai pukul 18.30 sampai pukul 20.00 dan yang kedua pukul 20.00 sampai pukul 21.30. Ketika melakukan diskusi kita ditemani oleh relawan yang sudah lama bersumbangsih di Tzu Chi. Banyak di antara mereka yang telah bergabung dengan Tzu Chi sejak 20 tahun lalu.

Tanggal 16 Agustus 2011, kami mendengar sharing dari relawan mancanegara. Banyak sekali hal positif yang dapat kita petik dari semua sharing mereka. Hari-hari berlalu penuh makna, setiap hari mengasah welas asih relawan. Setiap kata-kata selalu mengharukan, sulit rasanya menahan tumpahan air mata. Traning 4 in 1 kali ini dibagi menjadi 2 tempat:  San Cong dengan peserta 5 negara dan Pan Jiao 11 negara, antara lain Indonesia, Amerika Serikat, Kanada, Mexico, Argentina, Guatemala, Inggris, Afrika Selatan, dan lainnya. Di Pan Jiao ada 520 relawan. Peserta terbanyak adalah dari Indonesia sebanyak 284 relawan. Waktu berjalan cepat sekali, tidak terasa kami sudah selesai mengikuti training. Perasaan sukacita memenuhi setiap hati relawan. Saya dan banyak relawan lainnya bertekad dan berikrar untuk bervegetarian dan mengikuti langkah Master Cheng Yen untuk selama-lamanya.

Kami yang akan pulang pada tanggal 19 Agustus 2011 pun bersiap-siap membenahi barang kami. Besok ada 3 kelompok relawan pertama kelompok yang akan mengunjungi rumah Master Cheng Yen di Hualien, kelompok kedua adalah kelompok yang mengikuti training 3 in 1 di San Cong dan kelompok ketiga adalah kelompok yang tetap tinggal di Jing Si Pan Jiao untuk mempelajari pengoperasian Aula Jing Si yang tidak lama lagi akan di gunakan di Indonesia, serta kelompok keempat adalah kelompok yang akan pulang ke Indonesia.

Jalinan Jodoh yang Semakin Erat
Di hati sesama relawan juga terjalin rasa kebersamaan yang mendalam, hal itu terlihat saat akan berpisah, kita memiliki perasaan yang sangat berat. Walau hanya 6 malam kami tinggal bersama, makan bersama, mengikuti kelas bersama, namun jalinan jodoh ini semakin erat saat menjalani 6 hari yang penuh makna ini. Di saat hari keberangkatan kami, para relawan setempat membantu kami memasukkan koper ke dalam bus yang sudah siap membawa kami ke bandara. Jam tepat menunjukkan pukul 11.30 saat kami meninggalkan Jing Si Pan Jiao disertai lambaian tangan relawan setempat. “Shixiong-Shijie selamat jalan, kami harap kalian akan pulang ke kampung halaman batin kalian lagi tahun depan.”  

Di atas pesawat saya kembali berpikir bahwa apa yang dikatakan oleh Master Cheng Yen memang benar. “Genggamlah waktu dengan baik, karena waktu berjalan terus menerus. Waktu tidak pernah berhenti, jadi genggamlah waktu dengan sebaik-baiknya. Jangan biarkan waktu berlalu dengan sia-sia walau hanya sedetik saja,” demikian pesan beliau kepada semua relawan Tzu Chi.

  
 

Artikel Terkait

Tzu Chi Raih Adiupaya Puritama

Tzu Chi Raih Adiupaya Puritama

24 September 2010
Dalam rangka memperingati Hari Perumahan Nasional yang jatuh pada tanggal 25 Agustus, Kementerian Perumahan Rakyat memberikan penghargaan kepada para mitra kerja serta pemerintah daerah yang telah memberikan kontribusi nyata dalam program pembangunan perumahan.
Merajut Jodoh Kebaikan

Merajut Jodoh Kebaikan

20 November 2014 He Qi Selatan melakukan tiga kegiatan yaitu, Sosialisasi Sekolah Tzu Chi Indonesia untuk tingkat SMP kelas 1 dan 2 di Pantai Indah Kapuk, pameran produk Jing Si dan sosialisasi untuk relawan baru.
Nutrisi Bagi Balita

Nutrisi Bagi Balita

28 Juli 2009 Hal ini bisa dilihat dari berat badan Anisa Rizki yang naik hingga 9 ons sejak pemeriksaan terakhir, yaitu satu bulan sebelumnya. Anisa yang mengalami gangguan (lemah -red) pada kakinya hingga tidak bisa berjalan dan pernah mengalami koma selama 2 minggu, kini tampak ceria dan sangat antusias mengikuti urutan pemeriksaan, dan bahkan sangat menyukai bubur kacang hijau yang disediakan oleh relawan Tzu Chi. Tidak hanya menerima bantuan, tapi Anisa dan keluarganya juga menjadi salah satu donatur dengan menyerahkan dana amal yang dikumpulkan dalam bentuk uang logam.
Hanya dengan mengenal puas dan tahu bersyukur, kehidupan manusia akan bisa berbahagia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -